Timeless Lessons on Wealth, Greed and Happiness

Oh… uang…

Oh… lagi-lagi uang.

Inilah sepenggal lirik dari lagu ‘Uang’ yang dinyanyikan oleh Pretty Sisters yang dilagukan ulang oleh Nicky Astria.

Ya, uang. Hampir setiap aktivitas keseharian dan kehidupan kita berhubungan dengan uang. Ada uangkapan popular bahwa uang bukan segalanya. Ada orang yang punya banyak uang dan harta tetapi hidupnya jauh dari bahagia. Namun, tanpa uang hampir dipastikan kita tak akan memiliki akses apa-apa: pendidikan, kesehatan, bahkan perkara sandang dan papan. Jadi, setiap orang tetap membutuhkan uang.


Bagi sebagian orang, memiliki uang berarti kesenangan, dapat membeli apa pun: kebutuhan dan keinginan, kesenangan duniawi. Namun, tak semua orang senang karena memiliki banyak uang. Beberapa orang yang punya uang berlimpah, justru kebingungan dan takut akan kehilangan uang dengan mudah karena tidak mampu mengelolanya dengan bijak. Uang perlu dikelola? Tentu.

Dalam bukunya The Psychology of Money: Timeless Lessons on Wealth, Greed, and Happiness, Morgan Housel mengajarkan bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik dan benar agar mendatangkan kesejahteraan dalam hidup alih-alih kesengsaraan.

Mengelola Uang Tidak Harus Pintar

Kesuksesan dalam pengelolaan uang tidak melulu tentang apa yang kita ketahui, melainkan bagaimana kita berperilaku. Perilaku adalah hal yang sulit diajarkan bahkan kepada orang yang sangat pintar sekalipun.

Seorang genius yang kehilangan ketenangan dan kendali atas emosinya dapat mengalami bencana keuangan. Sebaliknya, orang biasa tanpa pendidikan finansial dapat menjadi seorang yang kaya raya jika memiliki sejumlah keahlian terkait perilaku yang tidak ada hubungannya dengan ukuran kecerdasan formal.

Selama ini kita diajarkan jika investasi, rancangan keuangan, dan keputusan bisnis merupakan perkara matematika dimana data dan formula akan memberi tahu apa yang harus kita lakukan. Namun, di dunia nyata justru berbeda bagi segelintir orang. Mereka tidak akan memutuskan sesuatu terkait keuangan hanya berdasarkan data dan laporan.


Orang-orang ini tidak membuat keputusan finansial di spreadsheet. Keputusan di buat saat di meja makan atau di ruang rapat di mana pengalaman berbicara: pandangan unik tentang dunia, ego, kebanggaan, pemasaran produk, dan perasaan yang bercampur aduk. Jadi, pengalaman yang kita miliki akan sangat mempengaruhi penilaian kita tentang uang.

Sampai sini dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan finansial bukan jaminan dia akan mampu mengelola kondisi keuangannya. Namun, perilaku dan gaya hidup dapat menjamin kemampuan pengelolaan kondisi keuangan.

Fakta Unik Tentang Uang

Tak perlu disangkal bahwa kita memiliki kebiasaan untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Ini merupakan proses yang tiada akhir karena akan selalu ada orang di atas kita. Di atas langit masih ada langit, begitu istilah yang umum digunakan.

Yang harus kita jadikan catatan penting adalah kita harus merasa cukup. Karena tanpa merasa cukup, kita akan menjelma makhluk serakah yang tak pernah puas dan tidak tahu kapan saatnya harus berhenti.

Sadarilah dan jadikan pengingat bahwa hal di dunia ini tidak sepadan dengan resiko yang akan ditanggung. Sebagai contoh saat fokus meraih kekayaan kita akan berisiko kehilangan reputasi, teman, kebebasan, bahkan keluarga.

Fakta unik lainnya yaitu kekayaan (uang) merupakan sesuatu yang tidak kita lihat.



Kita cenderung menilai kekayaan berdasarkan apa yang kita lihat dengan mengandalkan tampilan luar yang kita takar sebagai keberhasilan finansial seseorang.

Fenomena Flexing, crazy rich yang bertaburan di media sosial semakin mengaburkan penilaian kita akan kekayaan. Pamer gawai keluaran terbaru, tas ratusan juta limited edition, mobil mewah, makan di resto-resto bintang lima dengan harga wah, dan banyak ragam lainnya.

Namun, behind the scene-nya luput dari sorot mata kita: catatan hutang mereka di sana-sini, tunggakan kartu kredit di banyak bank, dan hal yang tak terlihat lainnya, Fenomena Post Truth.

Kita tak memandang orang-orang yang tampil dengan kesederhanaan padahal mereka memiliki kekayaan triliunan. Ingatlah, bahwa kita tidak dapat menilai keberhasilan finansial seseorang hanya dari tampilan luarnya saja.

Mempertahankan VS Memperoleh Kekayaan

Ada banyak cara untuk memperoleh kekayaan. Namun, hanya ada satu cara untuk tetap mempertahankan kekayaan yaitu dengan cara hidup sederhana dan memiliki rasa takut.

Untuk memperoleh kekayaan, kita perlu mangambil resiko dan tetap optimis. Sedangkan untuk mempertahankan kekayaan, kita butuh pola pikir yang sangat bertentangan, yaitu mindset untukhidup lebih sederhana dan menumbuhkan rasa takut jikalau kekayaan yang kita kumpulkan selama ini dapat hilang dalam sekejap. Itulah sebabnya kita harus memiliki survival mindset dalam mempertahankan kekayaan agar tidak sembrono dalam mengambil keputusan keuangan.

Mulailah mengalokasikan untuk investasi dan tabungan. Pilih jenis investasi yang memberikan hasil relatif bagus untuk jangka panjang. Rencanakan secara matang. Rencana yang baik harus bisa menyisakan ruang untuk kegagalan. Artinya, siapkan rencana B, C, D, dan seterusnya untuk mengantisipasi kegagalah rencana A.

“Kamu bisa membangun kekayaan tanpa pendapatan yang besar, tapi kamu tidak bisa membangun kekayaan tanpa mindset yang benar soal uang”

Salam DyariNotesCom


Related Posts:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kumpulan artikel lifestyle yang dikemas menarik, dengan tips dan opini, serta didesain secara kekinian untuk pembaca setia.