Suara pagi menyapa salam, membasuh keringat bau matahari Dymas yang sedari subuh sibuk mencangkul sawahnya. Di balik mandi lumpur, terukir senyum penuh syukur. Bagi Dymas, menjadi petani bukan sekadar pekerjaan, tapi sebuah panggilan. Satu panggilan yang berbeda dengan pendapat kebanyakan orang, tentang: “status menjadi penentu”.
Berikut kisahnya.
Status menjadi Penentu
“Jelek-jelek gini aku bukanlah seorang jomblo” kata Dymas yang memiliki nama panjang Dymas Wicaksono. Sambungnya “Ada seseorang yang sering memikirkan ku”. Ia aku panggil dengan nama Rini. Si gadis cantik kembang Desa Talang Pete. Wanita yang berprofesi sebagai seorang pegawai pemerintah, dan dituntut untuk selalu berseragam kala bekerja.
Rini Romina lengkapnya. Sungguh Ia menikmati stabilitas dan kenyamanan pekerjaan. Urusan hubungan, awalnya keraguan sempat menghantui si gadis berambut lurus. “Bagaimana bisa seorang PNS menjalin hubungan dengan petani?” Stigma sosial dan perbedaan gaya hidup menjadi pertimbangan. Dan status menjadi penentu kala orang tua mencari menantu.
Namun, cinta Dymas yang tulus dan tekadnya yang kuat untuk menjadi petani sukses, mampu meluluhkan hati gadis idaman, Rini. “Ciieee” Rini melihat kegigihan Dymas dalam mengelola sawahnya, semangatnya untuk belajar, berinovasi, serta gigih dan ketulusan hatinya dalam membantu sesama.
Ini hanya cerita ideal di instagram. Dan,
Pada kenyataannya
Kenyataannya bukan hanya uang dan kenyamanan, Rini butuh status sosial dan derajat. Hatinya hanya bisa diluluhkan oleh tingkatan statuta. Lebih memilih Duda tua, kaya, anak lima, di bandingkan seorang Dymas yang bau keringat kuda.
Walupun begitu, Dymas tidak pernah kalah dengan urusan beginian. Dimas menunjukkan kebesaran mentalnya dengan “Menjadi petani bukan berarti tertinggal, bukan juga satu kehinaan”. Kata Dymas dengan Semangat “Aku petani, dan aku bangga”.
Jiwa wiraswasta dan semangat pantang menyerah, Dymas Tamfan mampu mengubah sawahnya menjadi ladang penghasilan yang berlimpah dan menjadi contoh bagi yang membaca artikel singkat ini.
Menumbuhkan Nafas Kehidupan
Dymas tak hanya mencangkul dan menanam padi. Ia telah berhasil menumbuhkan nafas kehidupan. Mempelajari teknik budidaya modern, memanfaatkan teknologi, pemasaran, dan membangun jaringan dengan sesama petani. Ia tak ragu untuk keluar dari zona nyaman dan tetap konsisten membangun jaringan seraya berinovasi.
Semangat wirausahawan Dymas menjadi inspirasi bagi para petani di Desa-desa yang minim pengetahuan. Dymas mendirikan semacam “koperasi tani” untuk membantu para petani memasarkan hasil panen mereka dengan harga yang lebih baik. Dymas juga aktif dalam pelatihan dan edukasi bagi para petani muda, menularkan ilmu, dan pengetahuannya.
Penentu Bukan Bermantu
Penentu keberhasilan itu bukan seperti orang bermantu. Seperti halnya Dymas. Ia tak hanya tekun dan ulet, tapi dia juga cerdas dalam mengelola usaha. Dymas selalu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terbaru di bidang yang di tekuninya. Dengan mengikuti pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan.
Dymas tak sempit ilmu. Dia dengan senang hati berbagi pengalaman dan pengetahuannya dengan para petani lain. Dymas percaya bahwa dengan saling membantu, para petani dapat meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan mereka.
Lebih dari Sekadar Pekerjaan
Kisah Dymas membuka mata kita bahwa profesi bermandikan lumpur, tak kalah mulia dan penting. Dan tak kalah urgent dengan urusan ‘percintaan’ yang penuh dengan syarat. Petani adalah pahlawan yang memompa kehidupan. Di tangan-tangan kasar ‘meraka si petani’, terlahir sumber kehidupan.
Lebih dari sekadar pekerjaan, menjadi petani adalah sebuah perjuangan. Di butuhkan dedikasi, kerja keras, dan kecintaan pada tanah untuk menjadi petani yang sukses. Dymas adalah contoh nyata bahwa “semua akan terlihat indah di pada waktunya, setelah tiga bulan menunggu” PANEN RAYA. Begitu indah, kuning bagai emas, dapat di lihat bukan hanya di instagram saja.
Salam Dyarinotescom.