Circular Thinking, Otak Dari Gagal Paham

  • Post author:
  • Post category:Health
  • Post last modified:Oktober 12, 2023
  • Reading time:10 mins read
You are currently viewing Circular Thinking, Otak Dari Gagal Paham

“Jika tidak setuju dengan saya, kamu pasti salah. Atau, hanya membaca berita yang mendukung pandangan tertentu saja” Adakah dari kamu yang melakukannya? Pastinya ada yaa, dan ini otak dari kegagalan pemahaman, membuat buntu akal, dan bisa jadi mempengaruhi kamu dalam mengambil keputusan. Mereka sebut itu dengan Circular Thinking.

Kadang kala kita juga sering mengatakan bahwa semua orang yang tinggal di kota pasti sombong, tidak mau bergaul dengan kami si anak kampung. Atau anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu nanti jauh jodoh. Pikiran yang berputar pada basis “setahu saya begitu” dan mencari jalan pembenaran dari putaran labirin. Berputar-putar pada statuta “Aku yakin sekali” tanpa harus mengetahui dahulu “apa itu?”.

[INSERT_ELEMENTOR id=”18561″]

Tentang Circular thinking

Circular thinking, atau berputar-putar pada pikiran, adalah pola berpikir di mana seseorang berulang-ulang kali kembali ke titik awal argumen mereka, tanpa ada jalan lain untuk pembuktian tentang satu hal, atau kemauan yang dalam bahwa “bisa saja keliru”.

Berpikir Saklek, dengan keras hati mempertahankan dan sebagai pembenaran akan keinginan bahwa ‘aku ini begini’. Maunya seeh tampil beda. Tak mau mendengar dan mencari informasi tentang “Tidak ada kebenaran yang betul-betul benar”. Menggunakan kesimpulan mereka sendiri sebagai bukti untuk mendukung kesimpulan tersebut. Berfikir bahwa ini sudah benar adanya.



Berfikir Bahwa Ini Benar

“Aku pikir aku benar”. Okey. Sampai disini, apakah kamu benar-benar yakin banget bahwa keputusan itu betul 100%, “sudah given gitu” atau bahkan malahan jeblok? Coba kamu pikirkan kembali. Mmmmm…Itulah dia!

Circular thinking menjadi kesalahan logika informal yang terjadi dalam berbagai situasi, seperti dalam satu diskusi atau perdebatan, satu pandangan (budaya, sosial, ekonomi, politik), dan bahkan dalam kehidupan keseharian. Dengan mengatakan “Saya tahu ini tepat karena itu benar” atau “Dia tidak bisa menjadi tersangka karena dia tidak bersalah”. The End.

Statuta ‘Berfikir bahwa Ini Benar’ juga banyak diadopsi dalam bidang lainnya lho, seperti dunia perniagaan. “Produk ini adalah yang terbaik dari kami karena paling laris terjual”.  Tanpa mau berolahfikir tentang: mengapa paling banyak terjual? Apakah karena kualitasnya yang baik, atau karena harganya yang murah? Lama kelamaan bisa-bisa ini memang akar dari kegagalan kita.



Otak Dari Gagal Paham

Orang dengan Circular thinking bukan berarti meraka termasuk golangan orang-orang yang patuh, taat, idealisme atau pun semacamnya. Mencari pembuktian pun bukan keraguan, tetapi meminimalisir kekeliruan dan kesalahan. Mencari titik terang. Menjelajahi pengetahuan sebab akibat dan penegasan akan penalaran. Yaitu Kemasukakalan.

Membahas ini juga bukan akar dari pemikiran negatif. Boleh dong kita berfikir kritis dan mencari “apa seeh sebenar-benar maksudnya” Bukan juga sesuatu yang berfokus pada hal-hal negatif dan mengabaikan hal-hal positif saja, dengan memikirkan hal-hal yang bisa salah daripada hal-hal yang bisa saja benar.

Banyak sekali Akibat yang ditimbulkan dari Circular thinking yang katanya “Aku selalu berpegang teguh pada keyakinan atau pendapat yang tidak bisa diubah”. Dari kami Dyarinotescom, antara lain:

– Keputusan Yang Buruk

Membuat keputusan yang buruk berdasarkan informasi yang tidak akurat bisa terjadi. Paling fatal jika kita memimpin dengan cara seperti ini. Ketika seseorang berpikir Circular, mereka menggunakan kesimpulan mereka sendiri sebagai bukti untuk mendukung kesimpulan tersebut. Intinya bla, bla, bla.

Hal ini dapat menyebabkan mereka membuat keputusan yang berdasarkan informasi yang tidak valid. Misalnya, jika seseorang percaya bahwa mereka tidak perlu mengkaji kembali karena merasa sudah tepat. Hasilnya, mereka mungkin gagal mencapai potensi keberhasilan penuh mereka. Jika pun berhasil pasti babak belur.




– Menutupi Ide-Ide Potensial

Ide-ide baru yang berpotensi akan terbuang dengan sia-sia, pun jika itu bermuara dari anak-anak yang masih belia atau remaja. Nilai dari satu hikmah dengan sombongnya diacuhkan, karena merasa paling. Menilai diri terlalu tinggi dan selalu benar.

Circular thinking dapat membuat orang tidak mau mendengarkan ide-ide baru yang bertentangan dengan maunya mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka gagal untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri dan itu sulit untuk berkembang.

– Kelebihan Bobot Percaya Diri.

Kepedean itu jalan cepat menuju jurang. Kata Loli, “Keutamaan keberhasilan itu adalah kepercayaan diri”. Tapi sering kali lupa bahwa kunci penting untuk kepercayaan diri adalah persiapan dan bukan dogma yang mengatakan bahwa itu 100% pasti betul.

Circular thinking dapat membuat orang merasa yakin akan diri mereka sendiri, bahkan jika keyakinan mereka tidak didukung oleh bukti. Gagal mengelola nalar dan membiarkan resiko mendatanginya serta lupa mengejar peluang-peluang baru. Gajah didepan mata tidak terlihat, semut yang jauh begitu terukur dan sangat jelas.




Proposisi Panjang

Circular thinking dapat sulit di deteksi, terutama jika argumen tersebut melibatkan rangkaian proposisi yang panjang. Sesuatu yang memang harus dipercaya, dipertanyakan, dibantah atau dibuktikan benar atau tidaknya. Namun, ada beberapa cara untuk mengidentifikasi Circular Thinking. Dalam penekanan kemanusiaan termaktub dalam beberapa cara, yakni:

– Argumen

Argumen itu sang pencari fakta. Carilah argumen yang menggunakan simpulan sebagai fakta baru dan bukti untuk mendukung kesimpulan tersebut. Bertujuan untuk meyakinkan orang tentang suatu pandangan atau pendirian. Bukan untuk menyerang, menyalahkan apalagi amit-amit merendahkan.

Satu Argumen tentang Budaya Patriarki, sebagai contoh. Budaya ini disimpulkan salah karena merugikan perempuan. Argumennya adalah: Budaya patriarki menempatkan laki-laki sebagai superior dan perempuan sebagai inferior. Hal ini dapat menyebabkan perempuan mengalami diskriminasi dan kekerasan.

Budaya yang memenjarakan, mengkerdilkan nalar dan membatasi peran perempuan dalam masyarakat. Dahulu kala, Perempuan di dogma hanya boleh fokus pada peran tertentu, seperti: urusan rumah tangga (layani suami, memasak, mencuci) dan membesarkan anak.

Kabar baiknya sekarang hal tersebut sudah jarang kita temui. Di Metro Mini perempuan sudah siap untuk berdiri di kaki sendiri, karena kita sepakat mengutamakan kesetaraan gender. Hehehe. “Siap-siap berdiri yaa neng”.




– Independensi

Bukti itu sebagai petunjuk pembenaran kesimpulan sambil menunggu bukti-bukti lainnya. Argumen yang tidak memberikan bukti independen apakah bisa kita anggap sah? Bukti harusnya yang berasal dari sumber yang tidak bias, tidak terkait dengan argumen yang berputar-putar, dan tidak berpatokan pada perkataan tokoh tunggal.

Bukti yang independen penting adanya dalam memperkuat dan meyakinkan orang lain tentang celah-celah kebenaran. Menunjukkan bahwa argumen harus didasarkan pada fakta dan logika, bukan pada pendapat, asumsi atau keyakinan pribadi.

– Given

Waspadalah terhadap argumen saklek yang menggunakan kata-kata, seperti “jelas, pasti, sudah given” atau “sudah dari sononya” tanpa memberikan penjelasan atau fakta apa pun. Untuk membuktikan bahwa sesuatu memang sudah given, kita perlu menunjukkan bahwa hal tersebut sudah diterima secara umum atau sudah dianggap sebagai kebenaran (untuk saat ini)

Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa hal tersebut sudah diakui oleh para ahli di bidangnya, sudah menjadi kesepakatan umum dalam masyarakat, dan didukung oleh bukti-bukti yang kuat lainnya.



– Open Mind dan Empati

Buka pikiran terhadap ide-ide baru. Jangan takut untuk mendengarkan perspektif yang berbeda, bahkan jika bertentangan dengan keyakinan yang telah diajarkan oleh orang terdahulu ataupun para senior.

Ketika seseorang menyampaikan pendapat yang berbeda dengan kita, jangan mencela atau langsung menolak. “Tidak, tidak, itu tidak benar!”. Dengarkan dengan cermat apa yang mereka katakan dan cobalah untuk memahami sudut pandang mereka.

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda, yang dapat membentuk cara mereka berpikir dan bertindak. Jika tenyata itu merupakan bukti baru yang bertentangan dengan keyakinan, jangan takut untuk berdamai dengan pikiran tersebut, walaupun itu keharusan untuk meninggalkan zona nyaman.

– Berpikir Kritis dan Objektif

Mampu untuk menganalisa informasi secara objektif dan menarik kesimpulan dengan penalaran. Yakin mau menerima informasi mentah-mentah begitu saja. Pertimbangkan sumber informasi tersebut dan cari bukti lainnya sebagai dukungan.

Banyak orang tertipu dengan celotehan tokoh-tokoh yang hanya mengutamakan kepentingan mereka saja. “Beli, beli BitCoin. Harga lagi bagus”. Layaknya para buzzer bayaran, mereka menyuarakan isu untuk kepentingan si pemodal mereka.

Melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda untuk menghasilkan simpulan yang berbeda juga. #Cakep. Lalu, bisakah kamu menantang asumsi kamu sendiri? Asumsi itu boleh jadi jendela di dunia. Gosok mereka sesekali jika dibutuhkan untuk hasil yang lebih matang.



Titik Yang Membahayakan

Manusia diciptakan untuk membaca dan berpikir. Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya. Posisi yang membahayakan yaa itu, Kita tidak cukup mau untuk belajar, mendengarkan bukti dan berdamai dengan kenyamanan kita.

Seperti halnya Circular thinking, dapat berbahaya karena dengan ini kita menjadi keras kepala, dan nyatanya membuat keputusan salah hingga fatal. Dan ketika argumentasi tidak lagi di perdengarkan, akan banyak kemunduran dari: saran yang konstruktif, umpan balik, dan mematikan nilai dari berkompromi. Orang yang paham akan menjauh.

Tahukah kamu, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang baik, tidak perlu menjadi Hebat. Kita hanya perlu Hijrah. Dari yang duduk menjadi berdiri, dari sombong menjadi rendah hati, dan paling pintar menjadi individu yang mau terus belajar. Belajar membaca catatan tentang ini.



Catatan Tentang Ini

Mana yang lebih baik: Mendapatakan kebenaran karena bukti baru dan data autentik yang terakumulasi, atau duduk nyaman dengan pembenaran yang ada di kepala tapi kedepannya jelas itu salah?

Catatan Dyarinotescom adalah penting untuk dapat mengidentifikasi Circular Thinking dan menghindari penggunaannya dalam argumen kita sendiri. Kita juga harus kritis terhadap argumen yang kita dengar dari orang lain, dan memastikan bahwa mereka tidak menggunakan circular thinking juga untuk meyakinkan kita akan sesuatu. Sesuatu yang di mulai setelah kamu mau mendengarkan kami. Apa itu? Share artikel ini kepada 10 temanmu. Gege.

Salam Dyarinotescom.

Tinggalkan Balasan