Ternyata, Selama Ini Kita Terpedaya Oleh Iklan

Aduh, ternyata selama ini kami, kamu, dan kalian semua di bohongi oleh literasi iklan (advertisement). Kok bisa-bisanya kita tertipu dengan bualan iklan tanpa kita memahami maksud dan arti kandungan didalamnya. Tentu ini membahayakan! Mirisnya lagi, masyarakat sebagai konsumen tetap, begitu menikmati akan kebohongan tersebut.

Misalnya di Negeri Konoha yang tercinta ini, masih banyak anak-anak mengkonsumsi teh secara berlebihan tanpa tahu atau bahkan ada anjuran bahwa “konsumsi teh tidak baik bagi pertumbuhan si-anak”. Ini benar-benar terjadi terutama pada daerah-daerah yang minim pengetahuan selama bertahun-tahun.

Pemahaman Yang Mengakar

Pahami dahulu sebelum kamu menilai sebuah tulisan.

Sebuah iklan bisa sangat membahayakan apabila tidak di informasikan dengan jelas dan detail “siapa saja yang boleh atau bisa mengkonsumsinya”. Karena sekarang-sekarang ini kami baru tahu bahwa: mengkonsumsi teh tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Sayangnya pengetahuan semacam ini kami dapatkan dari para konten kreator di sosial media, dan bukan dari Pemerintah sebagai pengelola Negara. “Sedih, atau harus Cuex, tak ada yang mau peduli”. Masyarakat sekarat pun ‘mungkin’ masa bodoh bagi mereka.

Dengan kesederhanaan cara berpikir masyarakat, bisa saja kami kaitkan hal tersebut dengan beberapa kasus stunting yang sedang ramai-ramainya terjadi.

Kepastian yang benar: kasus stunting menjadi sebuah ancaman serius. Kami ambil sampel di Indonesia, misalnya. Stunting atau kekerdilan pada anak, menjadi masalah kesehatan serius yang dihadapi Indonesia.

Koreksi jika salah: Data Terbaru yang kami dapatkan mengatakan bahwa: Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%, lebih rendah dibandingkan tahun 2021 (24,4%). Meskipun mengalami penurunan, angka ini masih jauh di atas target nasional yang ditetapkan yaitu 14% pada tahun 2024.

Ada pun beberapa angka yang kami dapatkan, 14 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi stunting di atas rata-rata nasional. Daerah dengan prevalensi stunting tertinggi berada di kawasan tengah dan timur Indonesia, seperti: Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

Mengapa Sebuah Iklan Bisa Sangat Aman tapi Menyesatkan

Advertisement yang di pertontonkan secara terus menerus membuat otak bawah sadar kita menerima informasi mentah-mentah tanpa membantah. Dahulu kala, sebelum Youtube, Instagram, dkk ada di permukaan, iklan menjadi senjata ampuh dalam meningkatkan penjualan.

Dan banyak hal yang terjadi. Jika kita bongkar dengan benar, ada beberapa advertisement produk yang agak lain. Kita sebagai konsumen di suruh berbelok ke kiri dengan pandangan lurus kedepan. “Belok tapi lurus”.

Satu advertisement yang aman “para ranah hukum” tetapi menyesatkan dibuat dengan tujuan untuk meyakinkan atau membingungkan konsumen agar membeli produk atau jasa yang diiklankan. Iklan ini seringkali menggunakan informasi yang kabur, tidak benar, atau berlebihan, dan menggunakan aktor yang masyarakat idolakan.

Dan memang nyatanya justru dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen di tahun-tahun kedepan tanpa ada pertanggungjawaban. Siapa yang bertanggungjawab tidak jelas. “Semua angkat tangan!”. Hanya kita sebagai konsumen yang menanggung akibat dari kebodohan yang dibiarkan.

Beberapa jenis iklan yang menyesatkan, bisa saja dengan:

1. Iklan yang Mengandung Klaim Palsu

Iklan ini berisi pernyataan yang tidak benar tentang produk atau jasa yang diiklankan. Contohnya, iklan yang mengklaim bahwa suatu produk dapat menyembuhkan penyakit tertentu padahal kenyataannya tidak.

2. Iklan yang Melebih-lebihkan Manfaat Produk

Iklan ini melebih-lebihkan manfaat produk agar terlihat lebih menarik bagi konsumen. Contohnya, iklan yang mengklaim bahwa suatu produk dapat membuat seseorang menjadi lebih cerdas padahal kenyataannya tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.

3. Iklan yang Tidak Menampilkan Informasi Penting

Iklan ini tidak menampilkan informasi penting tentang produk atau jasa yang di iklankan, seperti harga, efek samping, atau syarat dan ketentuan. Contohnya, iklan yang hanya menampilkan sisi positif dari suatu produk dan tidak menyebutkan efek sampingnya.

4. Iklan yang Menggunakan Testimoni Palsu

Iklan ini menggunakan testimoni dari orang-orang yang sebenarnya tidak pernah menggunakan produk atau jasa yang di iklankan. Contohnya, iklan yang menggunakan testimoni dari selebriti untuk mempromosikan suatu produk padahal selebriti tersebut di bayar untuk memberikan testimoni tersebut.

5. Iklan yang Meniru Iklan Ternama

Iklan ini di buat dengan meniru iklan ternama agar terlihat lebih meyakinkan bagi konsumen. Contohnya, iklan yang menggunakan logo dan warna yang mirip dengan iklan ternama.

Dampak Iklan Menyesatkan

Di era modern yang penuh dengan hiruk pikuk informasi, iklan bagaikan senjata ampuh bagi para pejuang di medan pertempuran pemasaran. Demi meningkatkan angka pendapatan, beberapa nilai dari produk mulai di buat seolah-olah tinggi. Dan ini sungguh menyesatkan kita.

Iklan yang menyesatkan tentunya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi konsumen, seperti: Kerugian finansial, kesehatan, dan kekecewaan. Konsumen mungkin membeli produk atau jasa yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka atau yang tidak sesuai dengan yang di iklankan.

Kita pengguna bisa saja secara tidak sadar menggunakan produk yang berbahaya bagi kesehatan. Konsumen mungkin merasa kecewa dan di rugikan setelah membeli produk atau jasa yang tidak sesuai dengan harapan mereka.

Dengan banyak nya kasus yang merugikan para konsumen, pengelola negara begitu ademnya menangani hal-hal seperti ini tanpa ada rasa bersalah. Dan banyak iklan menyesatkan mereka biarkan begitu saja. Dengan klarifikasi “Jika tidak ada pengaduan, artinya tidak ada masyarakat yang dirugikan. Lalu mengapa kami harus mempermasalahkan”.

Jelas Menyesatkan Tapi Dibiarkan

Iklan yang menarik dan informatif tentunya dapat memikat perhatian konsumen potensial dan menarik mereka untuk mencoba produk. “Waah ini rasanya sungguh segar dan nikmat” Senyum konsumen tanpa tahu apa isi kandungan yang bisa membahayakan, mungkin baik untuknya, tapi tidak untuk anak-anaknya.

Beberapa faktor yang menyebabkan banyak iklan menyesatkan di biarkan begitu saja, Dyarinotescom kaitkan dengan:

1. Kurangnya penegakan hukum

Undang-undang terkait advertisement menyesatkan masih belum cukup kuat dan tegas, atau memang di buat begitu lemah. Sanksi yang di berikan kepada pelanggar advertisement menyesatkan juga masih terbilang ringan. Instansi yang berwenang untuk mengawasi dan menindak pelanggaran iklan, seperti: Pengawasan masih kekurangan sumber daya dan kewenangan.

2. Kesulitan dalam pembuktian

Membuktikan bahwa suatu advertisement menyesatkan bisa menjadi hal yang sulit. Pelaku iklan menyesatkan seringkali menggunakan berbagai cara untuk mengelabui konsumen dan menyamarkan kebohongan mereka. Konsumen yang di rugikan oleh iklan menyesatkan juga seringkali enggan melapor karena prosesnya yang rumit dan memakan waktu.

3. Ketidakpedulian konsumen

Banyak konsumen yang tidak aware terhadap advertisement menyesatkan dan tidak kritis terhadap informasi yang mereka terima dari advertisement. Konsumen juga seringkali tergoda oleh iming-iming harga murah, diskon besar, atau janji-janji berlebihan yang di tawarkan dalam advertisement.

4. Ketidakjujuran pelaku usaha

Demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar, banyak pelaku usaha yang tidak segan-segan untuk menggunakan advertisement menyesatkan. Mereka memanfaatkan kelemahan konsumen dan kurangnya penegakan hukum untuk melakukan praktik curang ini.

5. Efisiensi dan daya tarik iklan menyesatkan

Advertisement menyesatkan seringkali lebih menarik dan efektif untuk menarik perhatian konsumen di bandingkan iklan yang jujur dan transparan. Hal ini membuat pelaku usaha tergoda untuk menggunakan praktik ini meskipun mereka tahu bahwa itu salah.

Menghindar Dari Hal yang Demikian

Tentu saja kami di sini bukan untuk mengompori atau menyesatkan kalian para konsumen aktif. Kami hanya ingin kita semua cukup sadar dalam mengkonsumsi sesuatu. Apa yang baik untuk suami, untuk istri, dan anak-anak dirumah.

Banyak cara untuk menghindari iklan yang menyesatkan. Berhati-hatilah dengan klaim yang terlalu bagus di luar batas nalar. Lakukan riset sendiri sebelum membeli produk atau jasa.

Tentunya sering-sering membaca ulasan dari konsumen lain. Perhatikan juga informasi penting, seperti: harga, efek samping, syarat dan ketentuan. Laporkan iklan yang menyesatkan ke pengawas obat dan makanan di daerah kamu.

Catatan Yang Kudu Di perhatikan

Di era modern yang penuh dengan bombardir informasi, merek telah menjelma menjadi kekuatan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Sekali kedip saja kita bisa tahu produk apa yang harus kita gunakan, “tanpa sadar apakah itu benar?”.

Sungguh amat kita sayangkan, kekuatan Brand tidak selalu di gunakan secara bertanggung jawab. Banyak merek yang memanfaatkan citra dan pengaruh mereka untuk ‘menipu’ dan menyesatkan konsumen, terutama dalam hal kesehatan.

Berhati-hatilah dengan kata-kata bombastis dan testimoni yang meragukan. Waspada terhadap klaim yang tidak berdasar atau mereka lebih-lebihkan tentang: efektivitas produk, apa lagi jika itu berkaitan dengan produk yang konsumen konsumsi.

Dengan mengetahui jenis-jenis advertisement yang ‘menyesatkan’ dan bagaimana cara untuk menghindarinya, kita sebagai konsumen dapat melindungi diri dari kerugian. Beberapa informasi dapat menjadi alat yang berharga untuk membantu kita membuat keputusan yang tepat, tentang: “Apa yang baik untuk kita dan keluarga konsumsi”. Mari ciptakan ekosistem informasi yang lebih berpihak dan itu bukan mereka. Salam dari kami.

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kumpulan artikel lifestyle yang dikemas menarik, dengan tips dan opini, serta didesain secara kekinian untuk pembaca setia.