Memahami nilai dari sebuah harapan sangat penting ditumbuhkan di dalam diri setiap manusia, terutama pada remaja dan anak-anak. Headline ini menjadi sangat populer di kota-kota besar. Mereka disana hidup dengan sebuah harapan. Seperti halnya kita, keluar rumah karena satu harapan. Terus berharap dan mengharap.
Sulit sekali untuk berhenti memikirkan hal-hal buruk. Pandemi yang tak kunjung hilang, rusuhnya berita, kekerasan jalanan, perubahan budaya, fenomena sosial dan kegilaan peradaban sangat amat meresahkan. Dan mungkin berdampak pada anak dan remaja kita.
Jika kita tidak mempergunakan cara yang tepat untuk mengatasi semua masalah ini, keputusasaan akan datang. Kegagalan akan menghantui. Mentalitas anak-anak secara keseluruhan akan menurun.
Hanya harapan yang dapat memberi mereka energi, untuk tetap kuat secara mental selama masa-masa sulit. Dan ternyata, inilah perbedaan dari mereka yang mudah menyerah. Perbedaan anak-anak yang kuat secara mental dari ‘mereka yang mudah menyerah‘ dan bagaimana kita sebagai orang dewasa dapat mengajarkannya.
Memahami Nilai Harapan
Harapan sebenarnya mengurangi ketakutan, kecemasan dan depresi masa remaja dan kanak-kanak. Depresi akan kekonyolan pergaulan, cemas akan penolakan dan ketakutan akan kegagalan. Memahami nilai-nilai harapan akan sangat baik untuk anak dan remaja.
Anak-anak yang penuh harapan memiliki kontrol diri. Tepatnya pengendalian diri. Mereka memandang Tantangan dan rintangan sebagai hal yang sementara dan dapat diatasi. Kita yakin mereka bisa dan harus bisa.
Mereka lebih mungkin untuk berkembang dan membantu orang lain disekitarnya. Bermanfaat bagi orang banyak dan dirinya. Namun terlepas dari kekuatannya yang luar biasa, harapan kerap disepelekan, oleh kita sendiri. Kita pelakunya!
Kabar baiknya harapan sangat bisa kita ajarkan. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan ini adalah membekali anak-anak dengan keterampilan. Suatu keterampilan untuk menangani problematika hidup yang tidak terhindarkan.
Berikut adalah tips dan cara DyariNotesCom berikan, untuk membantu anak-anak mempertahankan harapan dari peradaban saat ini, diantaranya:
1. Bagikan Kabar Gembira dan Berita penuh Harapan –
Anak-anak yang penuh harapan, mendengar cerita yang berorientasi harapan pula. Media kekerasan dapat menciptakan pandangan dunia sebagai keadaan diluar yang benar-benar kejam, menakutkan lagi berbahaya. Berita yang menggembirakan, membuat harapan anak-anak tetap hidup.
Bagikan kabar dan berita gembira yang menyajikan harapan. Carilah berita inspiratif untuk di bagikan kepada anak-anak kita dari waktu ke waktu. Berusaha membuat ulasan sebelum tidur tentang bagian-bagian baik tentang diri setiap orang.
Di maksudkan untuk membantu anak-anak menemukan sisi terang kehidupan. Dan ingatkan mereka tentang kemenangan mereka sendiri atas perjuangan. Seperti: “Ingat ketika kamu salah dalam pergaulan?” Atau “Sekarang kamu punya teman yang hebat!”
2. Brainstorming –
Anak-anak yang penuh harapan tidak menghindari masalah. Mereka menghadapi dan mengambilnya secara langsung karena mereka telah belajar bahwa masalah dapat diselesaikan. Diselesaikan dengan cara baik, tentunya.
Jelaskan bahwa, langkah & cara tepat untuk melepaskan diri agar ‘memicu otak mereka’ dalam mencari solusi. Kemudian tanamkan brainstorming pada mereka. Salah satu triknya adalah dengan langkah-langkah seperti:
- Berfikir step by step. Jangan terburu-buru
- Ceritakan apa masalahmu, apa yang sudah terjadi?
- Tanyakan, Apa yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi itu?
- Sebutkan semua yang dapat kamu lakukan untuk menyelesaikannya tanpa menghakimi, dengan kata lain mencari solusi.
- Tentukan pilihan terbaik dan lakukan.
3. Tingkatkan ketegasan-
Anak-anak yang merasa putus asa merasa sulit untuk membela diri. Mempelajari ketegasan, yang merupakan titik tengah antara kepasifan dan agresi, meningkatkan harapan dan hak pilihan.
Ketegasan itu baik. Bahasa tubuh juga penting. Ajarkan dasar-dasar bahasa tubuh untuk tetap percaya diri. Percaya akan diri dan kemampuan sendiri, seperti: “Mengangkat kepala kamu tinggi-tinggi membantu kamu tampil percaya diri. Selalu tatap mata orang itu.”
Brainstorm comebacks dapat digunakan anak dalam membela dirinya sendiri. Semisal: “Itu tidak keren!. Itu tidak benar, Aku tidak ingin melakukan itu” dan lain sebagainya. Latih terus keterampilan ini sampai anak dapat membela diri.
4. Stop! Negative Thinking –
Hentikan hal negatif saat ini juga. Pesimisme yang tidak berdasar dapat menggerogoti dan mematikan harapan. Itulah sebabnya penting sekali, untuk membantu anak-anak menangkap dan mempelajari hal-hal negatif sebelum menjadi kebiasaan.
Amati jeleknya orang ketika merokok, misalnya. Kembangkan kode pribadi untuk memberi sinyal “itu negatif”, seperti menarik telinga. Kemudian dorong mereka untuk menghindari pikiran negatif. Berhenti berfikir negatif.
5. Magic Words Untuk Harapan
Kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Satu atau dua kata akan sangat bermanfaat. Bantu anak kita mengembangkan mantra optimis semisal: “Saya mengerti, selalu ada hari esok atau Semua akan baik-baik saja”. Untuk digunakan selama masa-masa sulit.
Kemudian ajarikan kepada mereka menggunakan frasa tersebut untuk mengurangi pesimisme. Kamu juga dapat meminta mereka untuk menetapkan mantra positifnya di ponsel.
6. Tanyakan ‘Bagaimana jika?’
Anak-anak pesimis sering memikirkan “Probabilitas Suram“, yang meredupkan harapan dan menurunkan keberanian. Tetapi anak-anak yang penuh harapan belajar menilai secara akurat.
Ketika anak berbagi keraguan, ajukan pertanyaan “Bagaimana-Jika” untuk memikirkan hasil yang mungkin lebih realistis.
Kamu mungkin bertanya: “Apa yang mungkin terjadi jika kita mencoba atau tidak mencoba? Apa hal terburuk yang bisa terjadi? Seberapa besar kemungkinan itu terjadi? Apa hasil yang paling mungkin?” Aku Lapar Hehe…
Pertanyaan-pertanyaan ini membantu anak-anak mempertimbangkan apakah hasil potensial benar-benar seburuk yang mereka bayangkan. Atau tidak demikian.
– Pengetahuan itu bisa menjadi jalan ke depan, menuju kegagalan, di depan pintu keberhasilan.
7. Rayakan Keberhasilan Sekecil Apapun-
Kegagalan berulang meningkatkan keputusasaan. Akan tetapi mengakui kesuksesan kecil sekalipun, dapat meningkatkan sebuah hope (harapan). Mendefinisikan kembali “sukses” sebagai keuntungan dan peningkatan yang lebih baik atas kinerja masa lalu, karena upaya yang sudah dilakukan.
Kemudian bantu anak dalam mengidentifikasi keuntungan pribadi yang sudah di dapatkan. Misalnya: “Terakhir kali, kamu mendapatkan nilai sembilan. Hari ini kamu bisa mendapat nilai 10! Keren juga! Ada kemajuan!…”
8. Ajarkan Selalu Bersyukur-
Anak-anak yang penuh harapan ajarkan untuk bersyukur. Orang yang menyimpan rasa syukur merasa lebih berharap tentang hidup mereka. Adakan tradisi waktu makan akhir pekan, di mana setiap anggota keluarga mengungkapkan satu hal yang mereka syukuri yang terjadi seminggu kemarin.
Mungkin bisa juga dengan melakukan ritual pada waktu sebelum tidur. Di mana setiap orang menyebut nama seseorang untuk mereka bersyukur dan mengapa? Atau tuliskan apresiasi anak-anak dalam suatu catatan untuk mengingat bagian-bagian baik dari kehidupan mereka.
9. Pelukan Hangat Sebagai Dukungan –
Ketika kemalangan meningkat, keputusasaan akan singgah dan muncul. Menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan. Anak-anak yang penuh harapan memiliki orang dewasa yang peduli yang menjadi teladan harapan.
Temukan penyebab yang di sesuaikan dengan hasrat anak-anak dan dukung upaya mereka. Proses harus di dorong oleh keprihatinan mereka sendiri. Dan itu juga, tidak di rancang agar terlihat bagus di resume. Ikuti jejak mereka, seperti halnya kami, memelukmu dalam tulisan.
Salam Dyarinotescom.
Nice artikle