Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Grieving Language: Lebih Dari Sekedar Memahami Kata Sabar

Share:

Pernahkah Kamu mendengar seseorang berkata “Sekarang telah berbeda, semenjak ia pergi” setelah kehilangan orang terdekat? atau “Ia telah bahagia di sana”. Ungkapan-ungkapan ini hanyalah bagian dari “Grieving language” atau bahasa berduka, sebuah cara unik setiap orang untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan dalamnya lamunan karena kehilangan atau sesuatu yang sudah tidak ada lagi.

Lebih dari sekadar memahami kata-kata Sabar yaa,

Grieving language membuka nafas kita menuju “Gelapnya dunia seseorang yang kehilangan”. Bagai “Bangkrut di siang bolong!”. Ini bisa kita bayangkan seperti sebuah lukisan abstrak tak tentu, di mana setiap goresan melambangkan besaran bilai emosional dan pengalaman yang membingungkan. “Kok bisa terjadi begini cepat”.

Ketika kita memahami bahasa ini, kita dapat merasakan, terbawa, dan ikut terhanyut di semrawut kenangan yang lenyap. Naahh, melalui pemahaman akan grieving language, kita dapat belajar banyak tentang bagaimana orang berduka, dalamnya perasaan, ingatan yang begitu kuat, kekacauan harus bagaimana, dan kebingungan menghadapi kenyataan karena “Sungguh, aku tidak siap untuk menerima ini”.

Melihat yang tidak orang lihat, Tapi Bisa ku Mengerti.

 

Grieving Language, Lebih Dari Melihat Kehilangan

Setiap orang mengalami duka secara berbeda, lagi pula tidak ada cara yang “betul-betul benar” atau “salah” untuk berduka, toh. Semakin besar kedekatan dengan sesuatu itu, semakin berharga, semakin dalam pula goresan yang mereka rasakan. “Aku tak bisa hidup tanpamu”, misalnya.

Harus kita ingat juga, duka bukan hanya tentang semata-mata kematian, lho. Kata-kata mereka mungkin mengungkapkan kemarahan, kebingungan, rasa bersalah, atau bahkan “Diam” mati rasa. “Sabar yaa, bro”.

Sungguh aku tidak bisa mengatakan apa-apa, selain hanya bisa berharap yang terbaik bagimu.

Bahasa yang mereka lepaskan memberikan petunjuk tentang bagaimana mereka memproses luapan emosi, memberikan gambaran kapada kita sebagai ‘manusia’ tentang apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana kita dapat membantunya.

Tentu, bahasa ini sangat baik sebagai “kode”. Entah itu siapa yang berduka dan siapa yang memahami duka.

 

Dan Itu Diungkapkan

Menekankan kepada kehati-hatian bertutur dan bermaksud. Satu pilihan kata dan ungkapan yang di gunakan untuk menyampaikan rasa simpati dan belasungkawa kepada orang yang mengalami “sensitif tingkat tinggi”, atau kesialan yang berair mata.

Bahasa ini baiknya di ucapkan dengan tulus dan penuh empati agar dapat memberikan semangat dan dukungan bagi mereka yang sedang bersedih. Misalkan, ketika itu kita maksudkan kedalam satu ungkapan simpati, seperti:

  • “Turut berduka cita atas kehilanganmu.”
  • “Aku turut merasakan duka yang kamu alami.”
  • “Aku sangat sedih mendengar berita ini.”
  • “Pikiran dan doaku selalu bersamamu dan keluargamu.”
  • “Semoga kamu dan keluargamu di berikan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.”

 

Atau satu ucapan yang di maksudkan sebagai bentuk pengakuan atas kehilangan, seperti:

  • “Dia/Beliau/Almarhum/Almarhumah adalah orang yang luar biasa dan akan selalu dirindukan.”
  • “Kenangan indah bersama dia/beliau/almarhum/almarhumah akan selalu tersimpan di hati.”
  • “Kepergiannya meninggalkan lubang yang besar di hati kita semua.”
  • “Dia/Beliau/Almarhum/Almarhumah akan selalu di kenang sebagai orang yang baik dan penuh kasih sayang.”

 

Bisa juga ketika kita ingin mengikutsertakan satu penawaran dukungan atas seseorang yang sedang kehilangan, misalkan:

  • “Apapun yang bisa kulakukan untuk membantu, jangan ragu untuk memberitahuku.”
  • “Aku selalu di sini untukmu jika kamu ingin berbicara atau membutuhkan dukungan.”
  • “Aku bisa mengantarmu ke mana saja kamu perlu pergi.”
  • “Aku bisa membantumu mengurus beberapa hal yang perlu kamu selesaikan.”
  • “Jangan ragu untuk meminta bantuan kapanpun kamu membutuhkannya.”

 

Biasanya ketika kita menggunakan bahasa Grieving, doa dan harapan bisa menjadi senjata ampuh untuk paling tidak sedikit mengobati luka hati atas kehilangan. Dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan, layaknya:

  • “Semoga arwahnya di terima di sisi Tuhan dan mendapatkan tempat yang terbaik.”
  • “Semoga kamu dan keluargamu di berikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masa sulit ini.”
  • “Semoga kenangan indah bersama dia/beliau/almarhum/almarhumah dapat memberikan penghiburan bagi kalian semua.”
  • “Aku harap kamu bisa segera menemukan kedamaian dan ketenangan di hatimu.”

 

Ketika Bahasa Disimpulkan

Hindari menggunakan klise atau frasa yang tidak bermakna, seperti “Kamu pasti kuat” atau “Semangat yaa kawan”. Tunjukkan ketulusan dan empati dalam menyampaikan rasa duka cita. Berikan ruang bagi orang yang berduka untuk mengungkapkan kesedihan mereka, dan dengar dengan penuh perhatian.

Jangan menghakimi.

Tawarkan bantuan yang konkret dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahasa berduka merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa peduli dan kasih kepada orang yang sedang berduka cita. Dengan menggunakan bahasa yang tepat (penuh makna), kita dapat membantu ‘mereka’ merasa lebih baik atau di dukung dalam menghadapi masa sulit ini.

Memahami grieving language bukan hanya tentang kata-kata, “Aku turut berduka” tetapi juga tentang empati dan kesabaran. Buka hati dan telingamu, dan kamu bisa membantu orang yang berduka menemukan jalan mereka dan menuju pemulihan.

Dan untuk kamu yang kehilangan,

Ini mungkin saja membuat kita belajar untuk mampu menerima atas apa yang masih kita miliki saat ini. Kadang, kamu harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu dan begitu pentingnya ia. “Maaf”.

Kamu pun terjatuh kedalam sesal. Beberapa orang tidak akan pernah belajar bagaimana cara menghargai, menikmati, dan lebih bersabar atas ‘titipan’, sampai tiba saatnya mereka merasakan “apa itu kehilangan?”.

Maha Pencipta, meletakkan seseorang atau sesuatu itu di kehidupan kita karena adanya sebuah alasan. Jadi, jika kamu kehilangannya, maka hal tersebut karena kehendaknya. “Tentunya itu akan lebih baik”. Tak peduli apa yang telah hilang dari bagian atas dirimu, selama kamu masih mampu bersyukur, kamu tak kehilangan apapun.

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.