Table of Contents
ToggleMereka cuma katakan ini. Apa maksud perkataan mu? Coba jelaskan dengan terang. Apa yang mereka katakan? Apakah mereka menyuruhmu melakukan sesuatu. Apakah mereka tidak membiarkanmu untuk bertanya? Jelaskan!
Baik, baik, akan aku jelaskan sejelas-jelasnya. Guru, Coach, dan Orang tua ku bilang bahwa ‘kami’ tidak boleh melakukan itu. Kami tidak boleh bertanya mengapa harus begini, mengapa harus begitu. Mereka hanya mau kami menuruti saja apa yang harus dikerjakan, apa yang mereka ajarkan. “Ini perintah”. #Itu saja.
[INSERT_ELEMENTOR id=”18561″]
Cuma Katakan Ini
“Mereka cuma katakan ini”. Mungkin itu bukan dosa besar. Tapi kadangkala kita ‘orang yang lebih tua’ sering kali memaksakan kehendak kita kepada orang yang dibawah kita. Anak, adik, saudara muda, murid bahkan bawahan kita.
Lelah? Pasti. Karena harus menjawab dengan jelas apa maksud perkataan dan perintah kita, jika mereka bertanya atau kebingungan. Dan demi meninggalkan jawaban, kita skip bagian-bagian tersebut dengan penekanan amarah di balik perintah. Yaa, perintah.
Padahal satu perintah yang kita paksakan, boleh jadi membuat anak tersebut mundur. Kemunduran dalam sisi pengetahuan dan pengalaman, mundur dalam kreatifitas, dan berbalik arah dalam penalaran sisi manusia.
Mundur Karena Perintah
Penalaran kita sebagai manusia yang berakal akan mundur, karena satu perintah yang tak berakar, samar, dan tak bernalar. Tidak, itu tidak terlihat baik ketika kita selalu memerintah mereka. Anak-anak perlu belajar untuk mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
Jika kita selalu memerintah bocah nakal dan sembrono, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan satu keterampilan. Satu alasan bahwa hidup ini punya mereka, bukan dimilki orang lain.
Satu instruksi yang tidak beralasan, dapat membuat anak merasa tidak berdaya dan tidak dihargai. Duduk manis dan tak boleh bergerak. Anak-anak ‘perlu’ dan harus merasa bahwa mereka memiliki kontrol penuh atas hidup mereka. Jika kita selalu memerintah mereka, mereka akan merasa bahwa mereka tidak penting, dan merasa “Aku tidak dapat dipercaya”.
Satu Instruksi Yang Tidak Beralasan
Apakah kamu yakin, sebagai parent memberikan satu instruksi yang tidak beralasan, dapat membuat baik situasi dan keadaan? Satu alasan yang jelas bahwa “aku melakukan perintah ini agar mereka tahu siapa yang berkuasa di tempat ini”. Tanpa sadar sebatas itu. Mengatakan itu dengan hidungmu yang mekar seperti raja hutan.
Satu instruksi yang tidak beralasan dapat membuat anak menjadi seorang pemberontak. “Penjahat kecil yang mencari jati hidup”. Jika anak-anak merasa bahwa mereka tidak memiliki suara, mereka mungkin akan mulai memberontak terhadap ketidakadilan dan otoritas. Dan…
Munculah Masalah Baru
Satu instruksi yang tak beralasan, dapat memunculkan masalah baru. Problematika kehidupan anak. Yaitu masalah perilaku dan hubungan. Perilaku-perilaku yang bertentangan akan mulai mereka buat. Dan pastinya mereka akan menjaga jarak dengan kita si orang tua.
Tentu saja, ada kalanya kita perlu memberikan perintah kepada anak. Misalnya, kita perlu memberi tahu mereka untuk segera berhenti bermain, mandi, dan makan malam. Namun, penting untuk menyeimbangkan perintah dengan kesempatan bagi anak untuk membuat keputusan sendiri.
Menyeimbangkan Antara Perintah dan Penalaran
Kesimbangan antara perintah dan penalaran penting untuk diterapkan dalam pasal-pasal pengasuhan. Perintah diperlukan untuk membantu anak memahami aturan dan batasan ruang jelas. “Ini boleh, itu tidak boleh”.
Sementara penalaran penting untuk membantu anak mengembangkan satu keterampilan dan bagaimana berpikir kritis, tajam dan terbuka. Terlebih jika mereka mulai belajar dalam pengambilan keputusan. Mulai beranjak dewasa.
Anak-anak (Sana, Sini, dan Situ) perlu tahu apa yang diharapkan dari perilaku yang mereka kerjakan dan perbuat. Aturan harus jelas, konsisten, dan itu diberlakukan sama dengan mengedepankan rasa keadilan.
Mereka cenderung mengikuti aturan jika mereka mengerti. “Mengapa harus ini dan mengapa harus melakukan itu”. Mengapa aturan itu penting. Jelaskan kepada mereka alasan di balik aturan dan bagaimana aturan itu membantu mereka.
Alasan “Harus!”
Alasan mengapa itu ‘Harus!’. Harus itu satu kata kunci dalam penegasan dan kesegeraan. Padahal satu kata “Harus” harus juga kita perkuat dengan rangkaian penalaran. Penalaran adalah alat dan penguat kita berperintah.
Ketika anak melanggar aturan, gunakan penalaran untuk membantu mereka memahami mengapa mereka melanggar aturan dan apa yang dapat mereka lakukan secara berbeda di lain kesempatan.
Hindari hukuman fisik atau penghinaan. “Bodoh banget seeh”. Hal tersebut akan merusak hubungan kamu dengan si anak. Dan tentunya sudah pasti membuat mereka lebih sulit untuk belajar dari beberapa kesalahan yang mereka perbuat kedepannya.
Penguatan Alasan
Alasan yang kita berikan sebagai cabang dari perintah “kamu harus” dapat diperkuat dengan satu apresiasi. Apresiasi itu kemasan atas satu pujian, seperti pelukan hangat tanpa kontak fisik. Berikan satu pujian itu sebagai obat penyembuh.
Ketika anak mengikuti aturan atau membuat keputusan yang baik, pastikan untuk memberi mereka pujian dan penguatan positif. Ini akan membantu mereka merasa baik tentang “aku sudah melakukan hal yang benar”, dan lebih mungkin untuk berperilaku baik di masa depan.
Catatan Untuk Mereka
Setiap orang tua bermimpi agar kehidupan sang anak lebih maju dari kita. Kita sangat menginginkan anak-anak tumbuh sebagai sosok yang membanggakan. Kita dahulu pernah menjadi seorang anak kecil, remaja dan kemudian dewasa.
Dan sekarang, peran itu sudah berbeda. Dulu kita di ajari, saat ini kita mengajarkan. Setiap anak adalah seorang hunter (pemburu). Berburu pengetahuan dan pengalaman tanpa banyak alasan.
Salam Dyarinotescom.