Apakah kamu bagian dari sekelompok orang yang menganggap bahwa makan pagi itu tidak lagi baik bagi tubuh semok kamu? Sudah tahu belum jawaban bahwa: sarapan itu bisa menjadi sahabat atau bisa juga musuh bagi kesehatan? Jika tertarik yuk baca artikel berikut ini.
Ini bukan tentang nasi telur tempe orek pagi hari yaa. Bukan juga ngobrolin roti lapis bakar mu yang penuh dengan keju. Tapi ini menceritakan masalah sarapan pagi dan serapan tubuh. Ini tentang kamu, sehat dan perutmu. Sebelumnya sudah sarapan?
Table of Contents
Toggle
Sarapan Pagi Tidak Lagi Sehat?
Ada sebagian orang-orang tamfan di Indonesia, memiliki pandangan yang berbeda dengan kebiasaan makan pagi. Mereka mengklaim bahwa “Melewatkan sarapan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan secara keseluruhan”, terutama dalam hal pengelolaan berat badan dan kesehatan metabolisme.
Pendekatan ini didasarkan pada konsep Intermittent Fasting atau puasa intermiten, melibatkan siklus antara periode makan dan puasa. Pola makan ini tidak menentukan: “Makanan apa yang harus dimakan, melainkan kapan kamu harus memakannya”. Dalam hal ini, puasa intermiten bukan merupakan “Diet…” dalam pengertian konvensional, melainkan lebih tepat di gambarkan sebagai satu pola makan secara berselang.
Apa saran tentang itu?
Mereka menyarankan untuk melewatkan sarapan agar “memperpanjang periode puasa” pada tubuh kita yang dilakukan pada malam hari saat kamu tidur lelap. “Ini” kata mereka, “Berpotensi meningkatkan: sensitivitas insulin, mengurangi penyimpanan lemak, dan meningkatkan autophagy (membersihakan sel tubuh yang rusak dan meregenerasi sel-sel baru)”.
Jadi Sarapan itu Musuh atau Sahabat?
Menurut Papa Mama, sarapan pagi itu sahabat atau musuh kita? Jawabannya tentu kondisional. Semua itu sesuai kondisi tubuh dan keadaan saat itu. “Pandangan tentang tidak sarapan baik untuk tubuh” tidak diterima secara universal oleh komunitas ilmiah.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan ‘potensi manfaat dari puasa intermiten’, termasuk urusan melewatkan sarapan, tentunya masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya efek tersebut terhadap tubuh. Itu pun berbeda perlakuannya pada masing-masing kondisi kesehatan orang.
Untuk kesekian kalinya, ada pandangan yang ‘cukup seimbang’ tentang makan pagi tidak lagi baik bagi tubuh, misalkan pada:
1. Pendekatan yang mungkin cocok
Kamu orang dengan potongan porsi tubuh ekstra, yang kelebihan dalam berat badan atau obesitas, memiliki prediabetes atau diabetes, atau ingin meningkatkan kesehatan dan fungsi metabolisme, mungkin sangat baik melewatkan sarapan sebagai bagian dari regimen puasa intermiten. Sungguh itu banyak manfaatnya. Semoga Body Goals kamu segera tercapai. Aamin.
2. Mempertimbangkan kebutuhan & preferensi
Penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi dari masing-masing orang. Tidak semua orang tentunya bereaksi dengan baik terhadap “Makan pagi tidak lagi sehat bagi tubuh”. Jadi lemah niih.
Beberapa individu mungkin saja bisa mengalami penurunan tingkat energi, gangguan konsentrasi, atau rasa lapar yang hebat jika mereka melewatkan sarapan. Al-hasil balas dendam deh, di porsi makan siang dengan nasi tambah. #SeparuhAkuSantan
3. Konsultasi Dulu Dong!
Sebelum membuat perubahan signifikan pada pola makan kamu, terutama yang melibatkan melewatkan sarapan (dengan penuh nawaitu), penting untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang berpengalaman dan tentunya melakukan hal tersebut.
Itu sangat baik agar dapat menilai status kesehatan, tujuan, dan gaya hidup individu kamu dalam menentukan: “Apakah melewatkan sarapan itu tepat untuk kamu?” beserta panduan yang di personalisasi.
Melewatkan Sarapan untuk Metabolisme yang Lebih Baik
Mendengarkan tubuh adalah kuncinya: Pada akhirnya, cara terbaik untuk menentukan apakah melewatkan sarapan adalah dengan memperhatikan bagaimana tubuh kamu bereaksi. Jika kamu mengalami efek samping negatif, seperti: pusing, kelelahan, mudah marah, atau kesulitan berkonsentrasi, sebaiknya masukkan kembali sarapan ke dalam rutinitas di pagi hari yang cerah.
Diet sehat itu bukan pendekatan yang cocok untuk semua orang. Ini tidak lebih satu pilihan dari banyak pilihan pola makan. Apa yang berhasil untuk satu orang, mungkin tidak berhasil untuk kamu dan temanmu. Sangat penting untuk menemukan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan, preferensi, dan tujuan kesehatan individu kita.
Kami Catat dan Kami Pertimbangkan
Jika kamu baru mengenal Puasa Intermiten yang semacam ini, mulailah dengan periode puasa yang lebih sort dan tingkatkan durasi puasa tersebut secara bertahap ketika kamu sudah terbiasa secara perlahan dan bertahap.
Pola semacam ini bukan seperti puasa di bulan Ramadhan atau puasa sunah lainnya. Minum tetap kamu lakukan agar tetap terhidrasi. Tentunya tanpa menggunakan pelengkap seperti gula dong, terutama selama periode puasa “Ala anak kecil begitu (Puasa setengah hari)”.
Dengarkan apa kata si perut dan tubuhmu. Mereka pasti kan berbisik “Lapar! Lapar!”. Jika kamu merasa lapar, pusing, atau ‘Langsung Tepar’ secara tidak enak badan, hentikan puasa dan makan sesuatu.
Pun saat kamu makan, pastikan untuk memilih makanan yang sehat, bergizi, dan lakukan itu dengan penuh kesadaran. Sadar berapa potong ayam yang kamu makan, dan sadar siapa yag bayar makan siang kali ini. Lol.
Puasa semacam ini bukanlah peluru ajaib untuk menurunkan berat badan atau jaminan kesehatan yang baik. Penting untuk menggabungkannya dengan gaya hidup sehat dengan menggabungkan olahraga teratur dan diet seimbang.
Jika ingin bersih dan sehat badanmu, Puasa dengan sebenar-benarnya puasa.
Secara keseluruhan, Puasa Intermiten adalah cara yang cukup bisa di katakan aman untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan. Ketahuilah hal pertama yang baik untuk kita lakukan ketika bangun: bukanlah sarapan yang enak, tapi doa dan harapan.
Jadi, sarapan itu musuh atau sahabat?
Salam Dyarinotescom.