Siapa bilang kita harus mandi setiap hari! Rutinitas yang sudah terlalu mengakar dalam kehidupan kita. Namun, belakangan ini, muncul sebuah tren yang cukup mengejutkan. Para ahli, misalnya, yang selama ini kita anggap sebagai ‘sumber kebenaran’ soal kebersihan tubuh, justru menyarankan kita untuk mengurangi frekuensi mandi. Pendapat mereka ini tentu saja terdengar ‘nyeleneh’ bagi sebagian besar orang. Bagaimana bisa, tidak mandi selama 2-3 hari tidak masalah?
Bukankah 🤔kebersihan adalah kunci kesehatan!?%^&^
“Pandangan para ahli ini di dasari oleh beberapa alasan ilmiah.” Katanya. Mereka berargumen bahwa terlalu sering mandi justru dapat menghilangkan minyak alami kulit yang berfungsi sebagai pelindung. Selain itu, bakteri baik yang hidup di kulit juga ikut terpangkas dan terhapus, sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Namun, benarkah demikian? Apakah mengurangi frekuensi mandi benar-benar aman dan bermanfaat? Atau jangan-jangan, ini hanyalah tren sesaat yang tidak perlu kita ikuti!
Table of Contents
Toggle
Apa Yang bisa terjadi jika kita tidak mandi 2-3 hari?
Dalam kesederhanaan penalaran,
Jika kita tidak mandi selama 2-3 hari, kulit kita akan menjadi tempat berkumpulnya kotoran, sel kulit mati, dan keringat. Akibatnya, pori-pori kulit bisa tersumbat yang dapat memicu munculnya jerawat, komedo, atau bahkan infeksi kulit. Selain itu, kamu jadi bau! Bau badan yang tidak sedap akan muncul, karena bakteri pada kulit akan ‘mengurai’ keringat dan menghasilkan bau yang menyengat.
‘Tidak bersih-bersih’ dalam jangka waktu tertentu juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dan buruk pada kulit. Bakteri jahat akan semakin banyak, dan dapat menyebabkan berbagai macam infeksi kulit. Selain itu, penumpukan kotoran, daki, 😀upil, taik-taik, dan keringat juga dapat menyebabkan iritasi, kulit jadi lengket, dan menimbulkan rasa gatal yang mengganggu.
Dalam jangka panjang,
Kebiasaan ‘Tidak bersih-bersih’ secara teratur dapat berdampak pada kesehatan yang sebenarnya, Yaitu: kegilaan perilaku. Rasa percaya diri sedikit menurun, agak cuek bau bebek, kebutuhan akan parfum menjadi meningkat, dan tentu saja membuat kita merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang lain.
“Kita saja tidak nyaman, apa lagi orang lain!”
Fakta Yang Bertahan
Seringkali kita mendengar ‘mitos’ bahwa tidak mandi setiap hari justru baik untuk kesehatan kulit. Namun, faktanya adalah tubuh kita membutuhkan kebersihan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan menjaga kesehatan kulit.
Jika kita tidak mandi, tidak bersih-bersih “bagai orang hutan, misalnya,” selama 2-3 hari, risiko terkena infeksi kulit akan semakin tinggi dibandingkan orang yang mandi. Selain itu, “Bau ketiak mu yang tak sedap itu, lho” dapat mengganggu lingkungan menjadi polusi aroma yang membuat kita merasa tidak seperti manusia.
Area tubuh seperti ketiak, selangkangan, dan kaki adalah area yang paling rentan mengalami masalah jika jarang dibersihkan. Keringat dan gesekan pada area-area tersebut dapat menciptakan lingkungan yang lembap dan hangat, sehingga menjadi tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Tapi,
Apakah Ada manfaat Jika Kita mengurangi frekuensi mandi?
Tentu Ada Manfaat!
Ingat, ini mengurangi frekuensi bersih-bersih, bukan tidak mandi hingga 2-3 hari. Jika kita pada kenyataannya harus mengurangi frekuensi mandi disaat keadaan tertentu, misalnya, tentu saja itu bermanfaat bagi kita. Dan tidak ada pula aturan mutlak kok tentang seberapa sering kita harus mandi, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda.
Namun,
Ada beberapa kondisi di mana mengurangi frekuensi mandi justru bisa bermanfaat. Misalnya, jika kamu memiliki kulit yang cenderung kering atau sensitif, mandi terlalu sering dapat menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan iritasi. Selain itu, jika menjalani gaya hidup yang tidak terlalu aktif dan tidak banyak berkeringat, mungkin tidak perlu mandi deh setiap hari. Apalagi jika kamu berprofesi sebagai nelayan.
Dengan mengurangi paparan air dan ‘sabun dari bahan kimia’ yang terlalu sering, kita memungkinkan kulit untuk mempertahankan minyak alaminya yang berfungsi sebagai pelindung. Hal yang dapat membantu mencegah kulit menjadi kering dan iritasi. Selain itu, mikrobioma kulit, seperti: kumpulan mikroorganisme yang hidup di kulit, memiliki peran dalam menjaga kesehatan kulit.
Kita beri kesempatan bagi mikrobioma tersebut untuk berkembang secara alami dan menjaga keseimbangan.
Yang Kami Yakini
Mandi atau tidak, itukan sekedar pertanyaan.
Toh selama ini di Indonesia yang kita lihat, kita diajarkan bahwa menjaga kebersihan tubuh adalah hal yang sangat penting. Ini menjadi rutinitas sehari-hari yang kalo bisa, jangan di tinggalkan.
Tapi, dengan semakin banyaknya informasi mengenai kesehatan kulit dan mikrobioma, kita di ajak untuk berpikir ulang. Frekuensi mandi yang ideal ternyata lebih fleksibel daripada yang kita kira, yaa.
Jadi,
Penting untuk menemukan keseimbangan antara menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan kulit. Pada akhirnya, keputusan untuk “mandi atau tidak” terletak pada diri kita sendiri.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti jenis kulit, tingkat aktivitas, dan kondisi lingkungan, kita bisa merasa nyaman dan sehat dengan pilihan kita. Lagian, sebelum kita beribadah di haruskan bersuci dan membersihkan diri. Dan mandi adalah salah satu cara membersihkan diri untuk berangkat menuju tahapan yaitu: Menyucikan Hati.
Salam Dyarinotescom.