Di nukilkan dari kitab al-Mawa’izh wa al-Majalis karya Ibn al-Jauzi, seseorang yang di kenal shalih bertutur,
“Di samping rumahku hidup seorang nenek tua renta. Nenek itu memiliki seorang anak lelaki yang gemar berbuat dosa.
Ketika ajal menghampiri anak lelaki tersebut, ia berkata, “Wahai Ibu, letakkanlah pipiku di atas tanah.” Lalu sang ibu melakukannya. Kemudian anak lelaki itu menangis.
Ketika ia benar-benar di ambang kematian, ia berkata, “Wahai Ibu, demi Allah, sekiranya aku mati, janganlah ibu memberitahu seorang pun tentang kematianku. Kuburkanlah aku di salah satu pojok rumah ini saja, sebab selama ini aku selalu menyakiti tetanggaku yang masih hidup dan aku tidak ingin kelak menyakiti pula tetanggaku yang sudah mati.
” Maka si ibu menuruti permintaan putranya, dan ia pun di kuburkan di salah satu pojok rumahnya.
Pada suatu malam, nenek tersebut memimpikan anaknya. Putranya berada di taman yang sangat indah dengan sebuah istana megah, di antara kedua matanya terdapat tulisan dari cahaya,
‘Inilah seorang hamba Allah yang mengakui dosanya lalu bertaubat.’
Ibunya berkata, “Berhentilah, Nak!” Lalu sang ibu melanjutkan bertanya, “Wahai anakku, bagaimana engkau dapat memperoleh posisi setinggi ini?”
Si anak menjawab, “Ibu, ketika aku telah meninggal, Dzat Yang Maha benar memanggilku di hadapan-Nya dan berfirman kepadaku, “Wahai hambaKu, sikapmu untuk menjauhi manusia sebenarnya membuat mereka marah kepadamu, sehingga mereka menutup pintu kasih sayang terhadapmu.
Seakan ampunanKu penuh sesak oleh dosa-dosamu, seakan gudang kekuasaanKu membutuhkan amal kebaikan darimu.
Namun, Aku telah memberi rahmat kepadamu karena rasa butuhmu terhadap ampunan dariKu, karena sikap penghambaanmu kepadaKu dan kekhusyu’anmu, silakan melangkah, masuklah. Aku telah mengampuni dosamu.”