Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Vertical Agriculture, Solusi Terbaik Masa Depan

Share:

Apakah Vertical Agriculture atau Pertanian Vertikal menjadi Jalan solusi pangan di masa depan? Usut punya usut, populasi dunia pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 9,7 miliar orang. Hal tersebut membuat ketersediaan pangan dunia menjadi kurang. Para ilmuwan mengklaim bahwa, selama 40 tahun belakangan ini, Bumi kita telah kehilangan sepertiga lahan tanam. Setiap hari, kita kehilangan lahan subur disebabkan pertumbuhan industri dan urbanisasi.



Di Indonesia sendiri, penyusutan lahan terjadi setiap tahun. Hampir 120 ribu hektar lahan berubah fungsi. Selain penyusutan lahan, ada beberapa persoalan yang kita hadapi. Salah satunya kepemilikan lahan garapan bagi petani, yang rata-rata hanya 0,2 Ha. Itu pun dengan kondisi tanah yang kurang baik. Persoalan lainnya adalah aspek permodalan, penanganan pasca panen, lemahnya manajemen petani, dan minimnya penguasaan teknologi inovasi.

Dari beberapa persoalan yang dihadapi, banyak orang merasa bahwa Vertical Agriculture menjadi solusi dalam mengatasi masalah ketersediaan lahan tanam. Yang menjadi pertanyaan DyariNotesCom, Akankah kita mampu bergerak cepat menerapkan Pola Vertical farming secara besar-besaran?

Solusi Terbaik Masa Depan

Vertical Agriculture adalah metode pertanian di mana tanaman di produksi secara vertikal dari pada di baris horizontal umumnya para penggarap. Tumbuh secara vertikal menghemat ruang. Dan juga dapat menghasilkan hasil panen yang lebih baik per kaki persegi area yang di gunakan.

Pertanian vertikal biasanya di temukan di dalam ruangan, seperti di gudang, di mana mereka dapat mengatur kondisi lingkungan yang di perlukan bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang.

Belajar Dari Sejarah?

Berkebun hidroponik telah di praktikkan oleh manusia sejak zaman Raja Nebukadnezar. Pada tahun 1999, seorang Dickson Despommier memperkenalkan kembali gagasan Vertical Agriculture. Dia adalah profesor Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Universitas Columbia.

Ketika dia bertanya kepada para pelajar, apakah makanan dapat diproduksi di atap gedung pencakar langit New York. Kala itu, mereka mengajukan proposal untuk pertanian vertikal 30 lantai yang akan memberi makan sekitar 50.000 orang menggunakan hidroponik dan cahaya buatan.

Bagaimana Caranya?

Pertanian vertikal mengkonsumsi 95% lebih sedikit air daripada pertanian konvensional. Sistem pertanian vertikal menggunakan media taman yang berbeda secara keberlanjutan.

Pertama, pertanian vertikal bertujuan untuk menghasilkan lebih banyak makanan per meter persegi. Tanaman di tanam dalam lapisan bertumpuk keatas seperti dalam struktur menara.



Kedua, untuk menjaga tingkat cahaya yang ideal di dalam ruangan, menggunakan perpaduan sempurna antara pencahayaan alami dan buatan. Efisiensi pencahayaan bisa di tingkatkan dengan menggunakan banyak cara.

Ketiga, media pertumbuhan seperti aeroponic, aquaponics dan hydroponic di gunakan sebagai pengganti media tanah. Pertanian vertikal umumnya menggunakan lumut gambut, sabut kelapa, dan media non-tanah lainnya. Cara seperti ini dapat mengurangi biaya dan tebih terukur.

Di mana Kita memulai?

Taman vertikal pada dasarnya mengatur tanaman secara vertikal, baik dengan bantuan rak, kait, atau penyangga yang di buat khusus. Kamu bisa menggunakan kaleng bekas, pot tanah liat, media kayu khusus, hingga pipa paralon. Atau, kamu bisa membuat rak seperti tangga yang menempel di dinding dari bawah hingga keatas.

Bangunan-bangunan yang terbengkalai dapat juga di alihfungsikan. Seperti kontainer bekas dengan pencahayaan LED, mix and match dengan peternakan yang tersusun secara vertikal. Di bantu dengan kontrol suhu, dan sensor pemantauan. Hal ini dapat menghemat ruang sekaligus meningkatkan produktivitas.



Teknik yang Digunakan

Hydroponics

Ini adalah cara memproduksi makanan dalam air tanpa membutuhkan solusi nutrisi tanah dan mineral. Strategi ini memiliki manfaat utama untuk mengurangi masalah budidaya yang berhubungan dengan tanah seperti serangga dan hama.

Aeroponics

Tidak ada media tumbuh dan karenanya tidak ada wadah untuk memproduksi tanaman secara Aeroponics. Alih-alih air, kabut atau larutan nutrisi di gunakan dalam Aeroponics. Di butuhkan ruang yang lebih kecil. Dengan sedikit air, dan tidak menggunakan media tanah. Tanaman melekat pada penyangga dan akar di perlakukan dengan air sebagai nutrisi.

Aquaponics

Istilah Aquaponics di ciptakan dengan menggabungkan dua kata: aquaculture (budidaya ikan) dan hydroponics (tanaman tanpa media tanah) untuk menciptakan interaksi simbiosis antara tanaman dan ikan.

Simbiosis terbentuk dengan memberi makan limbah kaya nutrisi dari tangki ikan ke tempat produksi hidroponik yang di sebut “fertigate“. Pada gilirannya, tempat tidur hidroponik bertindak sebagai bio-filter, menghilangkan gas, asam, dan bahan kimia dari air seperti amonia, nitrat, dan fosfat.


Keuntungan bertani vertikal

  1. Mengusulkan strategi untuk memenuhi permintaan pangan di masa depan;
  2. Memungkinkan tanaman untuk di tanam sepanjang tahun;
  3. Ini mengkonsumsi lebih sedikit air;
  4. Tanaman tidak terpengaruh oleh cuaca;
  5. Di mungkinkan untuk menanam lebih banyak tanaman organik;
  6. Lebih sedikit paparan bahan kimia dan penyakit.

Kekurangan pertanian vertikal

  1. Kelayakan ekonominya rendah;
  2. Penyerbukan akan sulit dan mahal;
  3. Biaya tenaga kerja yang terlibat akan lebih tinggi;
  4. Ketergantungan pada teknologi, dan penggunaan daya listrik.

Salam DyariNotesCom

Related Posts:

Jangan Lewatkan

1 Comment

  • UMKM Indonesia

    Kita sudah melakukan, akan tetapibdalam skala kecil. Belum menjadi industrialisasi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.