Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Limbah Ada Di Mana-Mana, Sadarkah Kita?

Share:

Limbah ada di mana-mana. Di depan, belakang, samping kiri dan kanan berpotensi menghasilkan limbah. Negara Maju pun turut andil di dalamnya. Jika kita tidak pandai-pandai dalam mengelola, tentu akan ada konsekuensinya. Lalu, sadarkah kita ini serius? Sadarlah yaa.

[INSERT_ELEMENTOR id=”18561″]

Ooh iya, sudah tahukah kamu? Lebih dari satu juta ton limbah nuklir di Jepang akan di buang ke laut. Proses ini akan memakan waktu cukup lama, yaitu selama kurang lebih 30 tahun kedepan. Hebat yaa. Limbah nuklir itu mereka simpan di PLTN Fukushima. Di ketahui, PLTN tersebut memang rusak parah akibat tsunami tahun 2011 lalu.

Kata mereka. “Limbah nuklir Fukushima aman” dan pengawas nuklir PBB setuju akan hal tersebut. “Sebelum dibuang ke laut”, kata mereka, “limbah nuklir Fukushima kami saring dahulu untuk menghilangkan unsur radioaktif. Kemudian diencerkan untuk mengurangi kadar tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air”. Iyalah.



Limbah Ada di Mana?

Limbah ada dimana-mana dari dahulu hingga sekarang. Kita pun bisa di katakan ‘limbah’. Menelusuri sejarah limbah, sebut saja zaman kuno. Awalnya, limbah cenderung alami terurai, seperti sisa makanan atau bahan-bahan organik lainnya. Meskipun begitu, dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban, limbah mulai memunculkan sedikit masalah.

Mengapa menjadi masalah? Yaa karena sudah banyak jumlahnya. Bau mulai terasa. Orang mulai lelah ngurusin neeh limbah. Bodoh amat daah. Biarkan saja. “Lagian kami tidak memiliki cukup pengetahuan untuk itu” ungkap mereka.



Lanjut

Pada zaman Yunani dan Romawi kuno, mulai ada upaya untuk mengatasi masalah persampahan. Seperti kota Athena, misalnya. Mereka mulai membangun sistem pembuangan air kotoran dan kloset umum. Namun, sistem ini masih terbatas. Limbah masih tetap saja menjadi masalah.

Pada abad pertengahan pun masih bisa dikatakan tidak begitu efektif dalam hal pengolahan waste. Selama periode ini, pengelolaan limbah memang belum ada keteraturan. Limbah masih sering mereka buang begitu saja di jalan, sungai, dan mengakibatkan masalah kebersihan serta kesehatan yang serius. Tapi di beberapa kota, warga sana diwajibkan untuk membersihkan jalanan depan rumah mereka.



Perubahan Mulai Terjadi

Orang mau berubah karena sudah mulai terdesak. “Biasanya seeh begitu”. Dan nyatanya memang benar demikian. Ini terjadi pada Revolusi Industri kisaran abad ke-18 dan 19. Revolusi Industri mengubah pandangan manusia tentang limbah. Semua mulai terbuka. Dari bahaya hingga bagaimana cara mengolah yang tepat.

Produksi yang meningkat dan urbanisasi yang tumbuh dengan cepat, menghasilkan produk limbah yang lebih besar dan beranekaragam. Ini cerita bukan sekedar limbah dari taik kambing saja. Kala itu memang, pabrik pengolahan melepaskan limbah industri ke sungai dan udara tanpa hambatan. Dan akibatnya polusi lingkungan pun tak bisa terhindarkan.



Produksi Vs Limbah

Setelah berlomba-lomba dalam memproduksi dan menghasilkan limbah yang tidak sedikit kala itu, semua terdiam. Lingkungan mulai tercemari. Polusi bau tak terhindarkan. Sadar tentang dampak negatif limbah terhadap lingkungan akhirnya bangkit. “Kami sadar” kata mereka.

Abad ke-20, tepatnya Pada tahun 1970-an, gerakan melindungi dan melestarikan lingkungan semakin menguat kala itu. Ini terbukti karena undang-undang lingkungan mulai di berlakukan di berbagai Negara. Konsep pengurangan, daur ulang, dan pengelolaan limbah mulai diterapkan secara lebih serius dan meluas.




Penerapan Teknologi Mulai Digunakan

Dengan perkembangan teknologi, metode pengelolaan limbah semakin bertumbuh. Abad ke-21 mulai memikirkan konsep ekonomis yaitu penggunaan kembali daur ulang bahan dalam siklus produksi. Mengapa baru sekarang?

Limbah elektronik dan limbah berbahaya lainnya, menjadi perhatian khusus. Limbah elektronik atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang masuk ke lingkungan, akan mengakibatkkan asidifikasi tanah yang dapat merusak tanah. Selain itu juga, tanah limbah ini akan mencemari air dan udara dengan zat berbahaya yang terkandung didalamnya.

Lantas apa saja yang bisa kita lakukan kedepannya menurut catatan Dyarirnotescom?

Berbicara limbah ada dimana? Tidaklah begitu penting. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita membangun sistem pengolahan limbah yang baik, agar bisa menyambungkan kemana jalan cerita lembaran ini.




Sistem Pengolahan Limbah Yang Baik

Menurut Dyarinotescom, sistem pengolahan limbah yang baik melibatkan banyak rentetan tahapan yang kita rancang dengan sadar, dan pada akhirnya tujuan tersebut memang untuk mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut kata Bohir dalam catatan 9 Dyarinotes, seperti:

Daur Ulang (Recycling)

Bagaimana konsep yang benar tentang Daur Ulang (Recycling). Limbah yang dapat didaur ulang harus lah diarahkan ke fasilitas daur ulang yang sesuai. Daur ulang itu bisa mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru. Dan juga mengurangi volume limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Ini tentunya sangat membantu sekali mengurangi tekanan dan perusakan terhadap lingkungan dan sumber daya alam.




Pengurangan pada Sumbernya (Source Reduction)

Upaya pertama dalam sistem pengolahan limbah yang baik adalah mengurangi jumlah limbah yang di hasilkan dari sumbernya. Ini jelas dan Ini juga dapat di capai dengan mengedukasi masyarakat, kamu, kami juga dan anak muda yang lagi nongkrong lainnya untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan sekali pakai, misalnya. Dan mendorong konsep-konsep hidup bersahaja yang lebih berkelanjutan.

Pengumpulan dan Pemilahan (Collection and Segregation):

Pengumpulan limbah harus di lakukan dengan sistematis dan teratur. Limbah harus di pisahkan sesuai dengan jenisnya, seperti limbah organik, kertas, plastik, dan logam, serta limbah berbahaya. Pemilahan ini memudahkan proses lanjutan, termasuk daur ulang itu sendiri. Dan di tempat-tempat tertentu, kegiatan ini cukup membantu kehidupan para pemulung.




Pengolahan Biologis (Biological Treatment)

Limbah organik dapat di olah melalui kompos atau proses anaerobik untuk menghasilkan pupuk alami atau biogas. Ini mengurangi volume limbah organik dan menghasilkan produk yang bermanfaat. Biological treatment untuk limbah berbahaya melibatkan sistem biologis alami dan / atau rekayasa dengan organisme hidup untuk pengolahan limbah berbahaya.

Dalam pengolahan limbah B3, jenis limbah B3 yang paling cocok ialah limbah B3 berfasa cairan. Untuk mempemudah mendegradasi bahan kimia secara biologis, maka di anjurkan limbah B3 di olah terlebih dahulu dengan proses kimiawi misalnya proses presipitasi atau oksidasi sehingga senyawa organik ataupun logam berat dapat tereliminasi.



Pengolahan Kimia dan Fisika (Chemical and Physical Treatment)

Beberapa limbah berbahaya atau limbah dengan kontaminasi tinggi memerlukan pengolahan khusus. Proses kimia dan fisika seperti pengendapan, filtrasi, atau oksidasi di gunakan untuk menghilangkan kontaminan dan menjadikan limbah lebih aman.

Pengolahan Energi (Energy Recovery)

Limbah yang tidak dapat di daur ulang atau di olah lebih lanjut dapat di ubah menjadi sumber energi, seperti pembakaran limbah untuk menghasilkan listrik atau panas. Paham kan maksud kami. Yups betul banget. Waste to Energy. Apa Itu?

Waste-to-Energy adalah proses menghasilkan energi dalam bentuk panas atau listrik dari sampah. Dalam konteks negara-negara Eropa, fasilitas Waste-to-Energy bisa memasok 18 juta penduduk dengan energi listrik dan 15.4 juta penduduk dengan energi panas (heat).



Pembuangan Akhir yang Aman (Safe Disposal)

Buanglah limbahmu di tempat yang seharusnya. Tempat yang bagaimana? Yaitu tempat yang aman bagi lingkungan. Limbah yang tidak dapat di olah atau di daur ulang harus di buang dengan aman. Tempat pembuangan akhir seperti landfill (tumpukan sampah) misalnya, harus di rancang dan di kelola dengan tepat untuk mencegah pencemaran tanah dan juga air tanah.

Teknologi Canggih (Advanced Technologies)

Coba bayangkan jika kita memiliki Artificial Intelligence (AI) yang paham betul dalam mengatasi limbah saat ini. Keren bukan? Terbantu pastinya mereka yang tidak tahu mengelola mengelola limbah. Negara-negara yang kalah sebelum berperang mulai bangkit dari maslaah limbah mereka sendiri.



Pengembangan teknologi baru terus berlanjut untuk mengatasi tantangan dalam pengolahan limbah, seperti pengolahan limbah elektronik, limbah berbahaya, dan limbah plastik. Teknologi seperti pirolisis, gasifikasi, dan pengolahan membran telah di gunakan untuk mengolah limbah dengan lebih efisien.

Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

“Sadar bro, sadar. Ini baik buat kita semua”. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan ‘buangan’ yang baik adalah kuncinya. Edukasi tentang pemilahan limbah, daur ulang, dan praktik berkelanjutan membantu membangun kebiasaan yang mendukung sistem pengolahan ‘waste‘ yang efektif.




Catatan Yang Lahir dari Buah Tangan

Sistem pengolahan limbah haruslah melibatkan kita semua. Secara lahir menjalin kerjasama antar pemerintah, industri, masyarakat, dan sektor swasta, Dengan pendekatan yang berkelanjutan, menguntungkan dan tidak saling menipu, membuat dampak negatif limbah terhadap lingkungan poin to zero.

Dan hari ini, tantangan besar itu di depan mata kita. Tantangan tentang bagaimana kelanjutan kita setelah membaca tulisan ini. Diam atau hanya mengucapkan salam.

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.