Istilah “orang tua stroberi” atau “strawberry parent” masih tetap menjadi perbincangan hangat. Ini terkait dengan gaya pengasuhan anak yang dikhawatirkan berdampak negatif pada mental anak di masa depan. Dan kami meyakini ini sebagai gaya pengasuhan yang melahirkan generasi stroberi. Apa itu? Satu generasi muda yang dianggap “mudah terluka dan manja”. Lalu, apakah kamu termasuk kategori orang tua stroberi? biang dari generasi rapuh!
Table of Contents
Toggle
Kamu Orang Tua Stroberi?
Perumpamaan ini muncul sebagai kritikan terhadap “pola asuh yang dianggap terlalu memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan”. Layaknya buah stroberi yang gampang bruised (memar, busuk), anak yang dibesarkan oleh orang tua stroberi dianggap rentan terhadap tekanan dan kesulitan. “Tidak boleh ini dan itu”.
Banyak yang mengatakan berasal dari Taiwan. Labelling “stroberi” digunakan sebagai metafora untuk generasi muda yang terlihat “cantik, imut” dan “sempurna” dari luar, namun lembek secara mental ketika menghadapi tekanan. “Ayam sayur”.
Siapa yang membuat mereka menjadi seperti itu? Yang membuat mereka menjadi sangat lembek dan ringkih, salah satunya adalah kamu, si orang tua lebay.
Biang Dari Generasi Rapuh
Bayangkan sebuah kebun stroberi. Stroberi di kebun ini ditanam dengan penuh kasih sayang. Setiap hari, mereka disiram, dipupuk, dan dilindungi dari hama. Stroberi ini tumbuh dengan indah dan besar, namun mereka mudah lecet dan tidak tahan cuaca panas.
Jika kita berandai-andai, andaikan kamu orang tua stroberi, kamu biasanya melakukan hal-hal yang dianggap terlalu lebay, dengan ciri:
1. Memenuhi Segala Keinginan
Orang tua stroberi cenderung menuruti semua kemauan anak tanpa mempertimbangkan konsekuensi dan kebutuhan jangka panjang. Mereka ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, namun tanpa mengajarkan arti berusaha dan pentingnya batasan.
2. Uang sebagai Pengganti Waktu
Kesibukan orang tua stroberi terkadang membuat mereka memberikan kompensasi berupa uang kepada anak, alih-alih meluangkan waktu untuk mendampingi dan memberikan kasih sayang.
3. Berlebihan Melindungi
Orang tua stroberi berusaha melindungi anak dari segala rintangan dan kegagalan. Mereka ingin anaknya selalu aman dan bahagia, tanpa memberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan membangun ketahanan mental.
4. Bereskan Pekerjaan Rumah Si Anak
Keinginan untuk memanjakan anak terkadang membuat orang tua stroberi mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan anak. Hal ini dapat membuat anak menjadi kurang mandiri dan tidak memiliki rasa tanggung jawab.
5. Mengkritik sebuah Kritikan
Orang tua stroberi cenderung tidak menerima kritik terhadap anak mereka. Mereka merasa bahwa anaknya selalu sempurna dan tidak boleh dikritik oleh orang lain. “Anakku adalah anak yang paling baik sedunia ini” tegas mu si orang tua.
6. Membela Secara Berlebihan
Orang tua stroberi selalu membela anaknya, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Hal ini dapat membuat anak menjadi kurang bertanggung jawab atas tindakannya dan tidak belajar dari kesalahannya.
7. Memanjakan dengan Hadiah
Orang tua stroberi sering memanjakan anak dengan hadiah sebagai bentuk kasih sayang. Hal ini dapat membuat anak menjadi materialistis dan tidak menghargai nilai-nilai lain dalam hidup.
8. Pendidikan Konsekuensi
Mereka terbiasa dimanja dan selalu ditolong oleh orang tua, sehingga tidak belajar untuk menghadapi akibat dari kesalahan mereka sendiri. Cenderung memenuhi semua keinginan anak, sehingga anak tidak terbiasa dengan perasaan kecewa ketika tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Hal ini bisa membuat mereka kesulitan menghadapi realita kehidupan yang penuh dengan penolakan dan kegagalan.
9. Tidak Untuk Kebebasan
Orang tua stroberi sering kali terlalu protektif dan tidak memberikan anak mereka kebebasan untuk membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat membuat anak menjadi kurang mandiri dan tidak memiliki rasa percaya diri.
10. Mengatur Masa Depan Anak
Orang tua stroberi sering kali mengatur masa depan anak mereka tanpa mempertimbangkan keinginan dan minat anak. Hal ini dapat membuat anak menjadi tidak bahagia dan tidak mencapai potensi penuh mereka.
Dampak Pola Asuh Strawberry Parents
“Mungkin saja kami salah” dan tidak semua orang tua stroberi memiliki semua ciri-ciri di atas. Ada banyak orang tua yang mungkin memiliki beberapa ciri-ciri ini, tetapi tidak semuanya. Tapi,
Ketika pola asuh yang demikian kita terapkan pada si anak, boleh jadi kita khawatirkan dapat membuat anak sulit menghadapi kegagalan, Kurang mandiri, dan Kurang resiliensi (adaptasi pada situasi).
Jikalah mereka terbiasa di urus dan segala keinginannya dipenuhi, kedepannya pasti sulit untuk mengerjakan sesuatu sendiri. Mereka mungkin menjadi manja dan tidak memiliki inisiatif.
Pun karena terbiasa di lindungi dari kegagalan, anak rentan menyerah ketika menghadapi tantangan. “Aku gak bisa!” Mereka tidak terbiasa menghadapi kesulitan dan tidak memiliki pengalaman untuk bangkit dari keterpurukan.
Tertekan dan tertekan pada akhirnya mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi. Mereka tidak memiliki mental yang kuat untuk menghadapi tekanan dan mudah terluka “secara emosional”.
Pahami bahwa hidup ini penuh dengan tantangan dan penolakan. Anak yang di besarkan oleh orang tua stroberi mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal tersebut. Mereka bisa menjadi mudah frustrasi dan tidak bisa menyelesaikan masalah dengan baik.
Seringkali kita lihat, karena uang begitu di anggap remeh oleh sebagian orang tua, mereka secara berlebihan memanjakan anak dengan hadiah. Hal ini bisa membuat anak terbiasa menilai sesuatu berdasarkan nilai materi dan kurang menghargai nilai-nilai kehidupan yang lain.
Dan pada gilirannya, ia di hadapkan pada konsekuensi dari perbuatannya. Ini bisa membuat mereka menjadi tidak mau bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan. Anak yang selalu di lindungi dan tidak pernah di beri kebebasan untuk mencoba sendiri mungkin akan kesulitan untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri.
Menghindarinya Bagaimana?
Anak memiliki hak untuk memilih dan menikmati hidupnya. Sebagai orang tua, kita tentu menginginkan yang terbaik untuk mereka. Namun, jangan sampai kebahagiaan yang mereka inginkan terabaikan.
Berikan mereka ruang untuk bereksplorasi dan menemukan jati diri mereka. Yakinkan diri untuk menghindari pola asuh orang tua stroberi. Untuk itu kita membutuhkan usaha dan komitmen dari orang tua.
Bagaimana caranya:
1. Luangkan Waktu Berkualitas dengan Anak
Semua akan terbayar dengan masa depan mereka yang ceria. Mungkin setiap detik tidak memiliki arti apa-apa, kecuali jika kita memilih untuk membuat waktu tersebut menjadi penting dengan mengatakan “Kamu tuh anak baik”.
Quality time tidak harus mewah dan mahal. Main bersama, mengobrol, atau sekadar menemani anak mengerjakan tugas bisa membangun kedekatan dan komunikasi yang baik. Waktu adalah hakim adil dan itu sekeras palu. Waktu yang kamu gunakan untuk bersama mereka ‘si anak’ tidak akan sia-sia.
2. Ajarkan Nilai-nilai Kehidupan
Diskusikan tentang pentingnya arti sebuah kejujuran, kebaikan, kerja pintar, pantang menyerah, setia kawan, dan tanggung jawab. Gunakan contoh-contoh kehidupan nyata untuk membantu anak memahami konsep ini.
Katakan kepada si anak, bahwa “Tidak perlu menjadi seseorang yang semua serba bisa layaknya ‘Superman dengan celana dalam di luar’. Tekuni saja salah satu bidang yang paling kamu suka. Kemudian jadilah seseorang yang hebat dengan bidang tersebut”.
3. Berikan Tanggung Jawab
Jika kamu ingin anak-anak berdiri dengan tegak (sigap), letakkan beberapa beban tanggung jawab di atas pundak mereka. Dan bisikan kepada bocil tersebut, bahwa “Nilaimu bisa di atas 100 jika kamu berani memikul tanggung jawab”. Yuk bantu mama 😊
Sesuai dengan usia, berikan anak tugas-tugas rumah tangga yang bisa mereka kerjakan, seperti: Membersihkan tempat tidur, merapikan mainan, dan tugas-tugas ringan lainnya. Ini akan membantu anak belajar mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab.
4. Biarkan Belajar dari Kesalahannya
Jangan langsung menyelamatkan anak ketika mereka berbuat kesalahan. Biarkan mereka merasakan konsekuensi dari perbuatannya. Namun, dampingi dan bimbing mereka untuk belajar dari kesalahan tersebut.
5. Ajarkan Kemandirian
Anjurkan anak untuk mencoba memecahkan masalah mereka sendiri terlebih dahulu sebelum meminta bantuan. Ini akan membantu mereka belajar untuk berpikir kritis dan mandiri.
6. Dukung Minat dan Bakat
Dukunglah anak untuk mengeksplor minat dan bakatnya. Olahraga, kesenian, matematika, atau sejenisnya. Biarkan mereka mencoba hal-hal baru dan jangan terlalu mengontrol kegiatan mereka.
7. Berikan Sedikit Kebebasan untuk Membuat Keputusan Sendiri
Tentu ini kita orang tua sesuaikan dengan usia si anak. Berikan mereka kebebasan untuk membuat keputusan sendiri tentang hal-hal kecil. Ini akan membantu mereka belajar untuk bertanggung jawab atas pilihan mereka.
8. Bicarakan Tentang Masa Depan Mereka
Libatkan anak dalam diskusi tentang cita-cita dan masa depan mereka. Bantu mereka untuk membuat rencana dan target, namun tetap hormati keinginan dan minat mereka.
9. Batasi Penggunaan Gadget
Terlalu dini memperkenalkan dunia melalui gadget akan sangat fatal. Bukan si anak yang masuk untuk berkenalan dengan dunia yang sesungguhnya, tetapi Dunia akan masuk ‘ke kepala anak’ tanpa ada sensor dan kesesuaian. Tentu si anak belum siap untuk itu.
Orang sering mengatakan bahwa “Gadget adalah sahabat kita, tanpanya semua gelap” tetapi terkadang terlalu lama bermain gadget bisa merusak lebih banyak daripada yang kita pelajari.
Setiap jam yang anak habiskan bersama gadget kesayangan, berarti lebih sedikit waktu untuk interaksi dengan orang di dunia nyata. Dan itu termasuk kamu si orang tua.
10. Jalin Komunikasi Terbuka Dengan Menjadi Teladan yang Baik
Jalin komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak. Anak harus merasa nyaman untuk bercerita dan berdiskusi dengan orang tua mereka. Orang tua adalah role model bagi anak-anaknya. Tunjukkan pada anak perilaku dan nilai-nilai yang ingin kamu tanamkan pada mereka.
Petik Sesuatu Sebagai Hikmah
Menjadi orang tua tidak selalu tentang memenuhi semua keinginan anak. Penting untuk membekali mereka dengan kemampuan menghadapi dunia yang penuh tantangan. Dengan pola asuh yang tepat, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan mampu menghadapi masa depan.
Anak-anak perlu di beri kesempatan untuk mencoba. Biarkan mereka belajar dari pengalaman dan kesalahan mereka. Jika orang tua selalu mengendalikan mereka, mereka tidak akan pernah berkembang menjadi individu yang mandiri.
Tidak ada yang sia-sia ketika kita melakukan sesuatu untuk anak-anak. Meskipun mereka mungkin tidak selalu menunjukkannya, mereka memperhatikan dan menghargai apa yang kita lakukan. Anak-anak akan tumbuh menjadi apa yang kamu percayai tentang mereka. Percayalah pada kemampuan mereka dan tanamkan nilai-nilai positif dalam diri mereka.
Yang terpenting, berikan waktu kamu untuk anak-anak. Bermainlah bersama mereka, ajari mereka, dan sayangi mereka. Mereka adalah amanah dari Tuhan yang harus di jaga dan di besarkan dengan penuh kasih sayang.
Salam Dyarinotescom.