Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Quarter Life Crisis: Tekanan Sosial, Ketidaktahuan dan Realita

Share:

Di umur kepala dua ini, beberapa pertanyaan berakal muncul. Misalkan “Kamu mau jadi apa?”. Hadeeh untuk anak kecil jika ditanya hal semacam ini, tentu di anggap remah saja. “Jawab semaunya!”. 😊 Tapi, tidak pada kita. Semua kini berbeda. Aku sekarang berkisar kepala 2 (dua) dan jujur saja, “masih bingung mau jadi apa”. Kata orang, ini dikaitkan dengan Quarter Life Crisis (QLC). Disebabkan oleh tekanan sosial, ketidaktahuan, dan realita hidup yang berbeda dari ekspektasi. “Mau tidak mau, aku harus siap!”, karena ini realita.

Selamat Datang di Dunia Nyata.

 

Krisis seperempat abad atau Quarter-Life Crisis (QLC) adalah fase transisi yang banyak orang alami ketika beranjak dewasa, kisaran usia 20-an (sekitar 18 s/d 30 tahun). Di periode ini, mereka, kami, dan kamu diserang “Attack!” oleh: perasaan ragu, cemas, dan bingung. Ini tak lain terkait arah hidup, karir, hubungan, dan masa depan.

Dahulu kami mengandalkan mereka (Ayah dan Bunda). Tapi sekarang sudah tidak bisa. Kami menjadi ‘monster‘, jika terlalu banyak di rumah. “Harus mandiri” kata mereka. Di perburuk dengan tiada seseorang pun yang menuntun kami, kearah mana yang bisa kami lalui. Kami hanya berjalan terus tanpa tentu arah, dengan kemauan kami sendiri tentunya, di ikuti paparan dan tekanan sosial yang datang kepada kami.

 

 

Tekanan Sosial yang subjektif

Di era modern, budaya populer yang di bawa media sosial sering menampilkan citra kesuksesan yang instan dan sempurna. “Bagai Dewa yang turun ke Dunia”. Menciptakan “tekanan sosial yang besar” Meningkatkan standar sukses, bagi anak muda untuk mencapai standar tinggi dalam waktu relatif singkat.

Walaupun setiap kriteria kesuksesan itu subjektif, artinya berbeda-beda bagi setiap orang, ini dapat memicu perasaan ‘kecil hati’, agak goyang, dan frustrasi bila tekanan itu di paksakan. Walaupun hanya sebatas pencapaian pribadi, kontribusi sosial, kesehatan, kebahagian, bahkan kebebasan finansial dan hubungan yang di pertontonkan.

Oleh karena semangat muda yang butuh ‘banyak asupan pengalaman’, melihat kesempatan terbuka yang berbeda dengan bermacam pilihan, menjadikan fase ini tersentuh rasa ragu dan kebingungan. “Yang mana nihh?”. Yaa, sering kali kami: Memilih tempat-tempat dengan tanda zona nyaman.

Dan semua di mulai atas nama:

 

Ketidaktahuan dan Keraguan

Masa transisi dari masa remaja ke dewasa diiringi dengan berbagai pilihan dan kemungkinan yang tak terbatas. “Semua di bukakan lebar tanpa sensor!”. Bingung? Tentu saja. Hal ini dapat membuat individu muda merasa bingung dan tidak tahu arah tujuan hidupnya. Ketidakpastian tentang masa depan dan keraguan akan kemampuan diri dapat memperparah perasaan cemas dan depresi.

Orang-orang termasuk ‘penulis sendiri’ selalu takut akan perubahan. “Takut tidak bisa mengimbangi”. Dahulu kala orang takut pada listrik ketika pertama di ciptakan, bukan? Orang takut pada mesin batubara dengan asap hitamnya, mereka takut pada mesin bertenaga gas.

Dari baru menuju lalu, akan selalu ada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan itu membawa ketakutan. Tetapi sejalan dengan waktu, semua tetap berjalan membawa ketakutan itu menjadi satu kebutuhan. Walaupun semua hal tersebut banyak yang tidak sesuai dengan realita hidup dan ekspektasi masing-masing orang.

 

Realita Hidup yang Berbeda dari Ekspektasi

Banyak individu muda memiliki ekspektasi tinggi tentang kehidupan mereka di masa depan. Namun, realita hidup sering kali berbeda dari apa yang di bayangkan. Kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang tepat, kegagalan dalam hubungan, dan berbagai rintangan lainnya dapat membuat kita jatuh terpuruk dan kehilangan semangat.

Realita hidup itu yaa memang begini. Semakin sering kamu berada pada situasi tersulit sekali pun, semakin kuat pula kamu menghadapinya. Secara mendasar, apa yang kita semua mau dari semua ini adalah kata “Semua berjalan dengan semestinya”. Walau kita lebih banyak memilih kata ‘Maklum’, untuk membersihkan kotoran di dalam ekspektasi.

Lalu apa yang bisa kita pelajari?

 

Gejala QLC

Quarter Life Crisis atau QLC dapat berwujud dalam berbagai bentuk, mudah marah, misalnya. Bentuk lain yang semakin memperparah keadaaan, seperti: kehilangan motivasi, kesulitan mengambil keputusan, dan rasa terjebak dalam situasi serba salah. Gejala-gejala ini dapat menghentikan mesin kehidupan, dan membuat kita merasa tidak cukup mempunyai daya.

Untuk hidup, kamu harus bisa memperkirakan mana saja yang berdampak baik, atau justru menambah buruk. Semua akan terhenti, ketika kamu mengambil keputusan dalam keadaan terlalu gembira atau teramat sedih, karena boleh jadi itu membawa penyesalan di kemudian hari. Semakin banyak pengetahuan, semakin baik dalam menyalakan mesin keputusan.

 

Dampak QLC

Krisis yang berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan mu tentunya, hubungan dengan berbagai pihak, dan pekerjaan yang sedang kamu jalani. Siapa seeh yang mau seperti ini? Semua orang tidak mau mengalami lebih banyak salah.

Tidak ada yang mengurangi kecemasan lebih cepat daripada tindakan atau “paling tidak tenangkan dirimu dulu”. Kesalahan terbesar yang bisa kamu perbuat dalam hidup adalah takut salah pilih, terus-menerus cemas, dan uring-uringan yang tiada henti.

 

Cukup Dukung dan Paham

“Jika kamu paham, pasti kamu dukung”. Penting untuk mendapatkan dukungan dan pemahaman dari orang terdekat. “Yang mana saja boleh”. Jadilah kuat, terima kata ‘maklum’ itu. Percayalah, segala sesuatu mungkin terjadi ketika kamu memiliki orang yang tepat. Orang yang selalu ada di sana untuk mendukung dan memarahimu.

Setiap orang ingin di dengar, di perhatikan dan ingin di hargai. Karena dukungan itulah, mereka bisa menjadi terbaik yang mereka bisa lakukan saat ini. Tapi sayangnya tidak semua orang memiliki dukungan dan jalan keluar yang semacam itu.

 

Semua Akan Baik-Baik Saja

QLC dapat menjadi momentum dan kesempatan untuk introspeksi diri. Menemukan kemana arah serta tujuan hidup kita yang sebenarnya. Meluangkan waktu untuk mengenal diri sendiri, nilai-nilai, dan passion, kamu dapat membangun masa depan yang lebih berarti dan sesuai dengan harapan kamu dan mereka.

Jika kamu ingin berkembang, baik nya tantang diri mu sendiri. Jadikan setiap kata dari kritik dan hinaan sebagai jalan untuk memperbaiki diri. Semua orang pernah merasa malas, gagal, dan bodoh. tetapi mereka tetap terus bergerak dan mencoba. Jujur saja, kita lebih banyak membranding kelemahan daripada meningkatkan kelebihan.

Semua akan baik-baik saja ketika kita menemukan kesadaran dan solusi yang tepat untuk kita mainkan di tahapan berikutnya.

 

Kesadaran dan Solusi

Penting untuk kita sadari bahwa setiap orang memiliki waktu dan jalannya sendiri. Kegagalan dan rintangan adalah bagian dari proses belajar dan pendewasaan. Hindari membanding-bandingkan dengan orang lain dan fokuslah pada kemajuan diri sendiri.

Quarter Life Crisis (QLC) bukanlah akhir dari kisah cerita. Ini tak lebih seperti jalan di pasar tradisional yang ‘becek’ dan padat. Akan baik ketika kita menemukan dukungan, fokus pada pencapaian “sekecil apa pun”, dan menjalani hidup dengan totalitas penuh.

Kamu anak muda setengah dewasa dapat melewati fase ini demi masa depan dengan penuh percaya diri. Meskipun terasa sulit, sadar bahwa introspeksi dan pendewasaan diri kita lakukan. Dengan usaha dan ketekunan, semua akan kita lewati seperti satu halaman bacaan.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Join Us

Bergabung Bersama Kami Menjadi Bagian Dari Komunitas Dyarinotescom

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.