Gak salah, bahasa gaul bisa menghilangkan identitas negara? “Asal bunyi saja, yaa”. Tapi, pernyataan ini menarik untuk kita bahas ketika bangsa ini lupa bahwa kita punya bahasa. Mereka sebut itu dengan: “Bahasa gaul”, sebagai produk budaya yang dinamis, namun memiliki pengaruh signifikan terhadap identitas bangsa.
Apakah bahasa gaul benar-benar bisa menghilangkan identitas negara?
Seberapa jauh sih pengaruh bahasa gaul dalam kehidupan bangsa ini. Mmmm… Istilah kekinian yang kerap kita dengar atau gunakan sehari-hari, bukankah hanya sekadar tren tahunan, yang hanya sekedar lewat, “wuuzzz” atau,
Justru menjadi ancaman bagi identitas bangsa.
Awalnya dianggap sebagai bentuk kreativitas generasi muda, kini menjadi sorotan karena potensinya untuk menggeser penggunaan “bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Bukan kompor, ada banyak perspektif yang harus kita lihat terlebih dahulu. Misal, ketika satu argumen itu mendukung, atau malah menentang, seperti:
Kami yang Mendukung
Mereka berkata bahwa: Ini sebagai bagian dari Penggerusan Bahasa Nasional.
Penggunaan bahasa gaul yang berlebihan dapat menggeser penggunaan bahasa nasional dalam komunikasi sehari-hari. Tentu dong ini berpotensi melemahkan fondasi identitas nasional yang dibangun di atas nama bahasa persatuan. Dan,
Tidak lain dan tidak bukan karena: Adopsi Budaya Asing.
Banyak istilah bahasa gaul yang berasal dari “bahasa asing dari dimensi ke 7, hehe”. Penggunaan istilah-istilah ini secara masif dapat mengurangi kekayaan kosa kata bahasa Indonesia itu sendiri. “Tak ‘engllees’ tak pintar”.
Dan unjung-ujungnya yang terjadi: Hilangnya Nuansa Lokal.
“Bahasa gaul” yang katanya keren abis, cenderung bersifat umum saja, dan tidak pula spesifik terhadap suatu daerah. Sunda, Jawa, Padang, misalnya. Menghilangkan kekhasan dialek dan ungkapan lokal yang kaya akan nilai budaya.
Kami yang Menentang
Mereka yakin bahwa: Bahasa bagai Makhluk Hidup.
Mereka tumbuh bagai mahluk hidup. Satu entitas yang terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Disesuaikan dengan selera pada zamannya. Dan ini adalah bagian dari dinamika, dan tidak juga serta-merta menghilangkan identitas “Kamu dari negara mana seeh?”.
Sebagai bentuk: Identitas Nasional yang Multidimensi.
Identitas nasional tidak hanya ditentukan oleh bahasa, tetapi juga oleh sejarah, budaya, nilai-nilai, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Bahasa gaul hanyalah salah satu bagian kecil dari keseluruhan identitas tersebut.
Dan pastinya ini adalah perwujudan dari: Kreativitas dan Ekspresi Diri.
Pemikiran kami tidak bisa kalian penjarakan. Begitu juga kreativitas dalam mengekspresikan diri, pada hal-hal yang kami anggap “itu menarik” secara bersama-sama. Ini wadah kami sebagai bagian dari generasi muda untuk mengexplore diri, membangkitkan naluri mencari ‘keasyikan bersosial’. Imajinasi dalam berbahasa.
Hal ini justru menunjukkan dinamisme dan vitalitas budaya satu nusa satu bangsa.
Jika sudah Begini
Jika sudah begini maunya, tak bisa dipungkiri bahwa bahasa tidak lebih sebagai “Alat komunikasi doang”. Tapi, dari beberapa sumber, ada banyak solusi yang dapat dilakukan, walau bukan jaminan, seperti:
1. Menyeimbangkan Penggunaan
Penggunaan bahasa gaul dan bahasa nasional harus seimbang. Dalam konteks formal, penggunaan bahasa nasional tetap menjadi prioritas. Disekolah, para aparatur negara, kantor-kantor pemerintahan wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mengembangkan Kosakata
Tak penting asalnya dari mana, bahasa harus dikembangkan. Kita harus dan harus mengembangkan bahasa baku kita. Kita terus mengembangkan dan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia agar mampu mengakomodasi perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri.
3. Menghargai Keanekaragaman
Berbeda bukan berarti kita lantas menzolimi, mengharamkan apa yang terjadi. Toh ini bagian dari kemajuan dan pemikiran. Baguskan. Kekayaan akan bahasa. Bahasa Indonesia, daerah, dan bahasa gaul. Kita perlu menghargai kekayaan dialek dan ungkapan lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.
4. Jalur Pendidikan
Benar kan bahwa pendidikan itu penting adanya. Jangan bermain-main dengan “bagaimana cara kita mendidik”. Jangan gunakan cara-cara dari peninggalan kolonial. Pendidikan itu harus kita kembangkan, sebagaimana bahasa yang terus bertumbuh.
Pendidikan bahasa yang efektif sejak dini sebagai start awal untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bahasa nasional. Sebagai bagian dari kebanggaan mempunyai bahasa pemersatu kala pikiran tak lagi menyatu.
Jika Bahasa Kita Sudah Tak Sama Lagi
Bahasa boleh saja terus maju berevolusi, tetapi akar budaya kita jangan sampai gosong dan terkuliti. Saling menghargai perbedaan “tentu!”, mendukung kreativitas, dan menjaga kekayaan bahasa, dapat menciptakan harmoni dalam keberagaman.
Ini jembatan penghubung, bukan tembok pembeda. Jangan biarkan pengaruh asing menguasai. Jika bahasa kita sudah tak sama lagi atau “Tak ada artinya bagimu”, jati diri Bangsa ini akan hilang, tak bisa kamu temukan.
Sedih menjadi bangsa pengikut yang kehilangan akar dan batang. Identitas bangsa harus kokoh dan bersinar sepanjang nama itu masih ada. Perjuangkan dan pertahankan, yaitu dengan bahasa.
Salam Dyarinotescom.