Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Kubukakan Jalur Surga Untukmu

Share:

Pernahkah kamu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya diinginkan oleh seorang anak dari orang tuanya? Jawabannya sederhana: kasih sayang, bimbingan, dan perlindungan. Itulah ruas-ruas jalan dari jalur surga yang mereka maksudkan. Sayangnya, tidak semua anak mendapatkan hal yang sama.

Kubukakan Jalur Surga Untukmu.

Tragedi demi tragedi menimpa anak-anak di seluruh belahan dunia, membuat kita bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Dimana orang tua berada saat anak membutuhkan mereka? Bagaimana kita sebagai orang tua dapat mencegah bahkan menolong ‘mereka’ anak-anak kita terjerumus ke dalam jurang kegelapan?

 

Semua Terbuka

Peningkatan kasus kejahatan terhadap anak-anak di berbagai negara makin memprihatinkan. Diperkirakan, sekitar 1 miliar anak di dunia mengalami kekerasan setiap tahunnya. Eksploitasi, kekerasan seksual, perundungan (bullying) dan perdagangan anak, merupakan beberapa jenis kejahatan yang paling sering dilaporkan.

Dan tahukah kamu di Indonesia sendiri, *benarkan jika salah* sepanjang Januari-September 2023 (data 2024 belum tayang), tercatat 563 kasus Perlindungan Khusus Anak, di mana 33 kasus melibatkan anak sebagai pelaku. Itu yang di publish ke masyarakat.

 

Ini sungguh mengkhawatirkan,

Mengingat anak-anak seharusnya berada di sekolah, belajar, bermaian, mengaji, dan menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, bukannya malah jadi korban atau bahkan pelaku kejahatan. Kasus pencurian, narkoba, pembunuhan, kejahatan seksual, dan penganiayaan, mendominasi tindakan kriminal yang di lakukan mereka.

 

Mengapa hal ini terjadi?

Pastinya orang tua mereka sudah tidak ada.

Tidak ada maksudnya bisa saja mereka adalah seorang Yatim Piatu. Jika pun ada, tidak terlihat sebagai orang tua. Yang terlihat hanyalah orang tua yang sering marah-marah, membiarkan si anak tanpa ada bimbingan, dan mengotori pikiran anak dengan contoh buruk. Dan anak hanya bisa diam, menangis, menerima, bertahan, dan mencontoh, serta melepaskan apa-apa yang mereka dapatkan di rumah, sekolah, dan lingkungan.

 

Terjebak dalam lingkaran kekerasan, eksploitasi, dan pengabaian.

Saat dunia seharusnya menjadi tempat bermain dan belajar, mereka justru harus berjuang untuk bertahan hidup. “Jadi ingat kasus gorontalo”. Di hadapkan pada situasi yang sulit, memilih untuk diam, menerima, dan bertahan. Mereka belajar untuk menekan emosi, menyembunyikan luka, dan mengadopsi perilaku yang mungkin tidak sehat.

Pastinya kedepannya bakal menjadi sangat serius, mulai dari gagal mental, memilih mundur dalam bersosialisasi, hingga kecenderungan untuk mengulangi karena merasa kekerasan itu adalah dunia mereka.

 

Anak-anak adalah Peniru Ulung.

Jangan salahkan mereka jika anak-anak mencotoh apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Mereka belajar dari lingkungan sekitar, terutama dari orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru. Karena benar, anak-anak paling menghabiskan waktu di rumah dan sekolah.

Ketika mereka menyaksikan ketidakadilan, kotornya pikiran, kekerasan, diskriminasi, atau ketidakadilan di rumah atau sekolah, mereka akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang normal. Akibatnya, mereka cenderung meniru perilaku tersebut dan mengulanginya pada orang lain. Siklus kekerasan pun terus berputar, dari generasi ke generasi.

 

Anak-anak Berkorban untuk Kehilangan.

Dalam upaya untuk bertahan agar tetap di akui, tidak di marahi, dan tidak di hukum, banyak anak terpaksa mengorbankan masa kecil mereka. Mereka kehilangan kesempatan untuk bermain, belajar, dan berkembang secara optimal.

Mimpi-mimpi mereka terkubur dalam tumpukan masalah sampah yang harus mereka hadapi. “Sampah-sampah orang tua dan guru, mereka terima”. Seorang anak yang terlalu banyak berkorban atas kehilangan diri mereka “sebagai anak-anak” akan juga kehilangan kepercayaan diri, harga diri, dan rasa aman.

Dan melamun karena Kesendirian.

 

Karena Kekerasanlah anak menjadi Manusia yang kasar.

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seringkali tumbuh menjadi orang dewasa kasar ucapan dan tindakan. Mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal, dan bahkan secara enteng terlibat dalam tindakan kriminal. Mereka terlanjur minum dari mata air kekerasan yang sulit untuk dihapus.

 

Apa yang perlu Orang Tua Lakukan?

Apa yang harus orang tua lakukan? Tidak ada! Sudah terlalu rusak jalan pikiran anak karena bodohnya kamu sebagai orang tua. Paku yang sudah menancap di kayu, andai pun kita cabut, akan ada bekas yang ditinggalkan.

Tapi,

Secara pribadi tentu ada jalan keluar dari semua kesulitan yang terjadi. Yang penting adalah orang tua sadar dan mengulangi kesadaran itu kembali, jika: “Penyakit mental itu datang”. Hey! kamu yang suka marah-marah, yang suka membentak, memukul, tidak peduli, dan berlaku kasar kepada anak-anak, sadarlah. Kamu itu bakal tua, bakal masuk kedalam tanah.

Siapa lagi orang terdekat sebagai ladang pahalamu jika bukan anak?

Jadi apa yang perlu orang tua lakukan?

Lakukan pencegahan.

 

Lakukan Karena Kita Keluarga

Mencegah anak menjadi korban kekerasan di mulai dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Orang tua memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Komunikasi terbuka, membangun rasa percaya, dan mengajarkan anak tentang batasan tubuh serta hak-hak mereka adalah langkah awal yang penting. Selain itu, memberikan contoh perilaku yang baik dan mengajarkan anak untuk berani mengatakan “tidak” juga sangat baik.

Kubukakan Jalur Surga Untukmu.

 

Lakukan Karena Aku Seorang Guru

Pahlawan tanpa jasa. Itulah Guru.

Sekolah sebagai tempat kedua setelah rumah, juga memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi anak. Guru dan staf sekolah perlu di berikan kesadaran dengan: pelatihan untuk mengenali tanda-tanda kekerasan pada anak, serta cara melaporkan dan menangani kasus tersebut.

Selain itu,

Sekolah harus menciptakan lingkungan belajar yang positif dan aman, di mana anak-anak merasa nyaman untuk mengungkapkan masalah yang mereka hadapi. Oleh karena anak-anak penuh dengan energi untuk mengetahui, mengeksplorasi, dan belajar tentang banyak hal di luar akademisi, di butuhkan juga fasilitas, seperti: sarana olahraga, tempat bermain, ekstrakulikuler, ruang kesenian, dan sebagainya, tentu akan sangat bermanfaat.

 

Penting untuk diingat

Anak yang berhadapan dengan hukum memiliki hak-hak khusus, termasuk hak untuk mendapatkan perlakuan manusiawi dan bantuan hukum. Sistem peradilan anak harus memastikan bahwa penanganan kasus anak di lakukan secara adil dan restoratif, dengan fokus pada pemulihan dan reintegrasi sosial.

 

Aku Bukakan Jalur Surga Untuk Anak ku

Kasih sayang, perhatian, bimbingan, dan dukungan adalah jalur surga yang lurus bagi tumbuh kembang anak menuju pintu kebaikan. Layaknya tanaman yang membutuhkan air dan sinar matahari untuk tumbuh subur, mereka juga memerlukan kasih sayang dan perhatian dari orang tua untuk berkembang secara optimal.

Kasih sayang yang tulus akan membuat mereka merasa aman, di cintai, dan berharga. Perhatian yang di berikan orang tua akan membuat anak merasa di perhatikan dan di dengarkan. Bimbingan yang tepat akan membantu anak membedakan mana yang benar dan salah, serta memberikan arahan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Sementara itu, dukungan yang tak tergoyahkan akan memberikan anak kekuatan untuk meraih cita-citanya.

 

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.