Bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, selalu dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Tak terkecuali pada sang anak, yang dengan polosnya ingin ikut merasakan atmosfer spesial ini. Namun, tak jarang, semangat mereka di awal Ramadan perlahan meredup seiring berjalannya waktu. Dari yang tadinya excited ikut sahur dan berbuka, tiba-tiba jadi mager. “Bangun sahur susahnya minta ampun😒”. Fenomena “jatuh bangun” dalam berpuasa ini wajar terjadi, dan sebagai orang tua, kita punya peran penting untuk mengubah “jatuh” (falling) menjadi “tumbuh” (growing).
Memupuk semangat puasa pada anak bukanlah perkara mudah, butuh kesabaran, ketekunan, kasih sayang dan kreativitas. Jangan sampai momen Ramadan yang seharusnya penuh suka cita malah jadi ajang “paksaan” yang bisa-bisa membuat mereka ogah melakukannya kembali, anak menjadi trauma. Yuk, kita ubah mindset, dari yang tadinya “puasa itu beban” jadi “puasa itu seru dan menyenangkan”!
Kita awali dengan:
Memahami Dunia Anak
Anak itu berpikir out of the box, sangat simple dan to the point. Tidak pula pendendam tapi trauma-an. Dari sesuatu yang menurut kita impossible, bisa jadi epic moment buat mereka. Imajinasi mereka begitu kuat.
Nah, sebelum kita mulai “memupuk” semangat, penting bagi kita untuk memahami secara dalam dunia anak. Anak-anak itu makhluk yang kepo “Ingin tahu apa pun”, suka explore terutama jika itu berkaitan dengan permainan, dan gampang juga gabut atau bosan.
Jangan kita (sebagai orang tua) samakan mereka dengan orang dewasa yang sudah paham betul makna dan hikmah dari puasa di bulan Ramadan. Untuk itu, lakukan dengan:
1. Bahasa dan Penjelasan Sederhana
Gunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Misalnya, “Coba bayangkan, Nak, puasa itu seperti latihan jadi pahlawan super! Pahlawan itu kan kuat, berani, dan bisa menahan diri dari hal-hal yang tidak baik. Nah, saat puasa, kita juga belajar jadi kuat menahan lapar dan haus, seperti pahlawan yang sedang bertugas. Tapi, pahlawan kita ini bukan melawan monster jahat, melainkan melawan rasa lapar dan haus kita sendiri.
Hebat, kan?
Selain itu, puasa juga mengajarkan kita untuk lebih sabar dan peduli pada teman-teman yang kurang beruntung. Kita jadi tahu bagaimana rasanya menahan lapar, sehingga kita bisa lebih bersyukur dengan makanan yang kita punya. Jadi, puasa itu bukan cuma menahan lapar dan haus, tapi juga latihan jadi pahlawan yang kuat, sabar, dan peduli.”
2. Libatkan dalam aktivitas seru
Libatkan anak dalam aktivitas seru ala chef cilik! Buka akses bagi mereka untuk unboxing bahan makanan untuk sahur dan berbuka, lalu recook menu favorit keluarga dengan sentuhan kreativitas mereka. Biarkan mereka berkreasi menghias rumah dengan pernak-pernik Ramadan yang aesthetic, mendesain feed Instagram jadi makin kece.
Atau, ajak mereka membuat kartu ucapan custom untuk teman-teman, biar mereka merasa jadi content creator Ramadan yang keren. Dijamin, puasa mereka bakal jadi pengalaman yang memorable dan jauh dari kata boring!
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan
Ciptakan suasana yang menyenangkan, agar anak-anak merasa Ramadan tahun ini, vibes-nya positif dan tentu saja happy. Jangan cuma fokus ke ritual ibadahnya saja, tapi ciptakan momen-momen seru yang bakal menjadi core memory buat mereka.
Misalnya, putar lagu-lagu Ramadan yang easy listening dan bikin semangat, biar suasana sahur dan buka puasa jadi lebih hype. Bacakan cerita-cerita Islami yang relatable sama kehidupan mereka, jangan yang terlalu berat atau boring.
Atau, adakan buka puasa bersama keluarga besar atau teman-teman, biar mereka merasa Ramadan itu event yang spesial dan dinanti-nanti. Bikin suasana buka puasa kayak lagi party, dengan dekorasi yang meriah, makanan yang instagramable, dan permainan yang seru.
Ingat-nya: Abadikan momen-momen priceless ini dengan foto atau video, biar bisa jadi kenangan yang everlasting.
Tiba Saatnya Falling ke Growing
Ketiga poin di atas merupakan cara yang banyak orang lakukan, “termasuk juga kita” ketika memasuki dunia anak. Meskipun membutuhkan upaya ekstra, sabar banget pokoknya, setiap momen yang kita ciptakan sangatlah berharga bagi mereka, terutama di era di mana anak-anak menyerap dan meniru setiap pengalaman yang mereka lihat dan rasakan.
Next levelnya menuju:
Strategi “Growing” yang Jitu
Sebenarnya, ada banyak banget life hacks jitu tentang “Bagaimana Memupuk Semangat Puasa Anak”. Gak semua orang aware atau mau take action, tapi trust me, ini worth it banget buat kita semua coba dirumah. Beberapa cara dan strategi anti-mainstream dari falling ke growing dalam semangat puasa, yang bisa bikin Ramadan anak-anak jadi next level, di antaranya:
1. Puasa Bertahap
Strategi “Puasa Bertahap”, misalnya, ini super recommended buat anak-anak yang baru belajar puasa. Jangan langsung kitanya nge-push mereka untuk puasa full day, itu sama aja kayak nyuruh mereka ikut marathon tanpa latihan. Mulai aja dari puasa setengah hari atau “puasa bedug”, kayak lagi main game dengan level yang disesuaikan.
Misalnya, puasa sampai waktu zuhur, atau sampai asar. Ini bakal bikin mereka merasa “Aku berhasil menang” dan termotivasi buat lanjut ke level berikutnya. Konsepnya mirip kayak main mobile legend, gitu.
Dengan cara ini, anak-anak gak bakal merasa overwhelmed dan malah jadi enjoy sama proses belajar puasanya. Ini juga bisa jadi momen bonding terbaik yang seru buat orang tua dan anak.
Istilah kekiniannya: “mabar puasa bareng!”
2. Apresiasi dan Reward
Strategi apresiasi dan reward ini literally jadi booster semangat puasa anak. Setiap kali mereka berhasil survive nahan lapar dan haus, jangan ragu buat kasih pujian yang genuine. Misalnya, bilang “Wah, kamu strong banget hari ini!” atau “Hebat, kamu udah jadi the real pejuang Ramadan!”.
Hadiah kecil yaa seperti stiker yang cute, mainan yang lagi trending, atau jalan-jalan ke tempat yang mereka mau banget, bisa jadi extra motivation yang bikin mereka makin excited buat puasa. Anggap aja ini kayak sistem achievement unlock di game, setiap keberhasilan mereka, ada reward yang menanti. Jangan lupa, kasih juga shoutout di depan keluarga atau teman-teman, biar mereka merasa “bangga” dan makin termotivasi buat jadi best version mereka selama Ramadan.
3. Teladan Orang Tua
Strategi paling powerful buat memupuk nilai-nilai puasa pada anak adalah dengan jadi role model yang authentic. Anak-anak itu literally mesin fotokopi, mereka nyerap semua yang kita lakukan, bukan cuma yang kita omongin. Jadi, jangan cuma lips service, atau “omon-omon” nanti bisa kena skak mat leh mereka.
Tunjukan secara langsung bagaimana kita enjoy momen Ramadan dengan penuh syukur dan kebahagiaan. Misalnya, saat sahur, jangan cuma scroll HP, tapi ajak mereka ngobrol dan bikin suasana cozy. Saat buka puasa, jangan cuma fokus ke makanan, tapi ajak mereka berbagi cerita dan bersyukur atas nikmat yang didapat.
Terjemahkan kesadaran kepada mereka bahwa puasa itu bukan cuma nahan lapar dan haus, tapi juga tentang melatih kesabaran, empati, dan ketaqwaan. Jadilah influencer positif buat mereka, tunjukan bahwa Ramadan itu baik lagi positif dan bikin hidup semakin happy.
Ingat-nya: Actions speak louder than words, jadi pastikan kita jadi contoh yang worth it buat ditiru.
4. Tanpa Paksaan
Strategi memupuk nilai-nilai puasa pada anak itu crucial banget, dan yang paling penting adalah no pressure. Jangan pernah memaksa anak untuk berpuasa jika mereka sedang down atau struggling. Puasa itu bukan ajang push rank atau speedrun, tapi proses belajar yang enjoyable.
Dan jika anak merasa menjadi “korban paksaan”, mereka bakal auto-reject dan malah jadi anti-puasa. Paksaan hanya membuat mereka trauma dan bad mood, yang ujung-ujungnya bikin mereka benci sama puasa. Kita sebagai orang tua harus jadi support system yang understanding, bukan dictator yang demanding.
Biarkan mereka berpuasa sesuai kemampuan mereka, dan berikan reward setiap kali mereka berhasil mencapai target. Yang penting, mereka merasa Ramadan itu fun dan memorable, bukan malah jadi nightmare.
5. “Quality Time” Ramadan
Manfaatkan momen Ramadan sebagai kesempatan emas demi quality time bersama keluarga termasuk anak. Jangan hanya sekedar roommate yang sekadar tinggal serumah doang dong, tapi jadilah bestie yang selalu ada untuk mereka. “Jangan sok sibuk”.
Misalnya, habis tarawih, jangan langsung scroll TikTok atau main game online, tapi sempatkan waktu untuk ‘ngobrol santai’ sembari makan kurma atau ngemil snack kesukaan mereka. Atau, bisa juga dengan: bangun challenge seru bareng. Lomba menghafal surat pendek atau membuat kreasi takjil yang instagramable, misalnya.
Ciptakan momen-momen priceless yang bakal jadi “memori baik” bagi mereka. Jangan sampai Ramadan cuma jadi rutinitas biasa, tapi jadikan momen ini sebagai ajang untuk mempererat hubungan dan menciptakan ‘pelajaran hidup’ yang tak terlupakan.
Falling ke Growing Didalam Memupuk Semangat Puasa Anak
Dengan menerapkan strategi dari falling ke growing, kita bisa mengubah Ramadan menjadi momen yang penuh makna dan kebahagiaan bagi anak-anak. Jangan biarkan semangat mereka meredup di tengah jalan, tapi teruslah dukung dan motivasi mereka untuk meraih kemenangan di bulan suci ini.
Ingat-nya: puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai luhur seperti kesabaran, empati, dan ketaqwaan pada generasi penerus. Anak adalah cermin orang tua. Jadikan Ramadan tahun ini sebagai momen berharga, untuk menumbuhkan generasi yang berakhlak mulia.
Salam Dyarinotescom.