Pasar Jawa Mentok? Saatnya ‘Gaspol’ ke Indonesia Timur!

You are currently viewing Pasar Jawa Mentok? Saatnya ‘Gaspol’ ke Indonesia Timur!

Pernahkah kamu merasa, hidup di Pulau Jawa ini kok gitu-gitu aja? Harga tanah sudah melambung tinggi sampai ke langit ketujuh, kemacetan di mana-mana kayak antrean sembako, premanisme berkedok ormas makin menjadi, dan mencari peluang bisnis rasanya lebih sulit dari mencari jarum di tumpukan jerami. Belum lagi, tenaga kerja yang minim skill + (plus) “belagu!” maunya upah tinggi, misalnya. Jangan heran kalau sebagian dari kita mulai gumoh dan bertanya-tanya, ” Pasar Jawa Mentok?, Apakah memang ini ending-nya?”

Jangan salah sangka, tahan emosi dulu, bukan berarti Jawa itu buruk. Ini penilaian subjektif saja.

Nah…

Coba kita jujur, daya tarik yang dulu bikin semua orang ngebet ke sini, kini mulai memudar. Semakin banyak pengusaha dan investor yang curhat, bukan cuma soal modal yang makin besar, tapi juga return yang makin tipis. Apa jangan-jangan, kita selama ini terlalu fokus di satu titik, sampai lupa kalau Indonesia itu luasnya bukan main?

 

Jawa Overload? Saatnya ‘Gaspol’ ke Indonesia Timur!

Beberapa waktu lalu, ada seorang ‘braader😁’ pengusaha properti yang geleng-geleng kepala. “Jawa ini sudah overload, yaa… bro,” katanya sambil menyeruput kopi gayo buatan kemarin malam. “Mau bangun apa-apa, izin ribetnya minta ampun, harga tanahnya bikin nangis, dan daya beli masyarakatnya, ya… gitu deh.”

Keluhan senada juga datang dari pelaku UMKM: mereka merasa persaingan di Jawa sudah terlalu brutal, seperti pertarungan gladiator di arena sempit.

Ini, menurut kami: bukan sekadar omong kosong.

Coba saja lihat, di mana-mana ada saja kerusuhan kecil akibat sekelompok orang yang terlalu fanatik pada klub bola kesayangannya. Dan kebanyakn itu terjadi di mana? Pulau Jawa! Atau yang lebih miris, masih ada saja kasus di mana orang diperlakukan seperti budak, “minum air cucian tangan” disuruh tunduk, dan sungkem pada sistem yang sudah tidak relevan.

Ini bukan hanya mencoreng citra, tapi juga menunjukkan bahwa ada beberapa bagian masyarakat Jawa, misalnya, yang mindset-nya masih stuck di masa lalu.

Jawa memang kaya sumber daya manusia, tapi entah mengapa, angka pengangguran justru tinggi. Mirisnya, banyak dari mereka yang justru memilih jalur “rusak” daripada mencari cara untuk produktif. Padahal, jika potensi SDM ini bisa dimaksimalkan, harusnya lapangan kerja terbuka lebar.

Lihat bagaimana Jepang kesulitan mencari SDM.

Lokal, bukannya menciptakan solusi, malah menambah masalah dengan tingkat kebodohan yang masih “mewabah” di beberapa kalangan.

Makanya, jangan heran kalau semakin banyak investor dan pengusaha yang mulai melirik wilayah lain di luar Jawa. Mereka sudah kenyang dengan red ocean yang penuh persaingan sengit dan drama tak berkesudahan di Jawa. “Sudah tapi belum”.

Terlalu banyak basa-basinya. Padahal UUD juga.

‘Mereka’ mencari blue ocean, lautan biru yang belum terjamah, di mana potensi keuntungan masih sangat besar dan risiko “sakit kepala” jauh lebih minim.

 

Bosan di Jawa yang ‘Gitu-Gitu Aja’? ‘Explore’ Timur, Banyak Kejutan!

Jika sudah merasa menjadi “Si jenuh” dengan hiruk pikuk dan segala permasalahan di Jawa, ini saatnya membuka mata lebar-lebar. Indonesia Timur bukan hanya tentang keindahan alamnya yang instagenic, tapi juga tentang peluang bisnis yang nggak kaleng-kaleng. Bayangkan, sebuah wilayah dengan sumber daya alam melimpah, lahan yang masih luas, dan pasar yang haus akan inovasi.

Ini bukan cuma omdo, tapi real opportunity yang menanti untuk digarap. Adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk explore potensi di luar Jawa-nya Indonesia, sebut dengan:

 

1. ‘Pivot’ Investasi: Dari Tanah Miring ke Lahan Subur

Yaa elah! Lupakan harga tanah yang selangit di Jawa. Di Indonesia Timur, kamu bisa mendapatkan lahan yang jauh lebih terjangkau dengan potensi pengembangan yang luar biasa. Baik itu untuk sektor agribisnis, pertambangan, pariwisata, atau bahkan properti residensial. Investasi di sini bukan cuma soal menanam modal, tapi juga menanam harapan untuk return yang menggiurkan di masa depan.

Banyak area yang masih virgin dan siap untuk dikembangkan. Infrastruktur memang sedang dibangun, tapi justru di sinilah peluangnya. Kamu bisa menjadi pionir yang mengambil keuntungan pertama dari pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, sebelum para pemain besar lainnya ikut masuk dan memadati persaingan.

 

2. ‘New Lifestyle’: Hidup Tenang, Bisnis Berkembang

Bayangkan hidup di tempat yang udaranya masih bersih, kemacetan jarang ditemukan, dan biaya hidup jauh lebih murah. Ini bukan mimpi, tapi realitas di banyak kota di Indonesia Timur. Gaya hidup yang lebih santai dan tenang akan memberikan work-life balance yang lebih baik, sehingga kamu bisa fokus pada pengembangan bisnis tanpa terbebani stres perkotaan.

Selain itu, masyarakat di sana dikenal lebih ramah dan terbuka. Hal ini tentu akan memudahkan dalam membangun jaringan dan hubungan bisnis yang baik. Kamu tidak hanya berinvestasi pada bisnis, tapi juga pada kualitas hidup yang lebih baik dan komunitas yang suportif.

 

3. ‘Early Bird Catches the Worm’: Jadilah Pelopor Bisnis

Persaingan di Indonesia Timur masih belum sepadat di Jawa. Ini artinya, kamu memiliki kesempatan emas untuk menjadi first mover di banyak sektor. Baik itu di bidang retail, jasa, teknologi, atau bahkan industri kreatif. Menjadi pelopor akan memberikanmu keunggulan kompetitif yang signifikan dan kesempatan untuk membangun brand awareness yang kuat.

Dengan menjadi yang pertama, kamu juga memiliki kesempatan untuk membentuk pasar dan menetapkan standar. Ini adalah keuntungan besar yang tidak akan kamu dapatkan di Jawa yang sudah jenuh dan didominasi oleh pemain-pemain lama.

 

4. ‘Digital Frontier’: Membangun Ekosistem Teknologi dari Nol

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, potensi ekonomi digital di Indonesia Timur sangat besar. Dengan penetrasi internet yang terus meningkat, peluang untuk membangun e-commerce, startup teknologi, atau penyedia jasa digital sangat terbuka lebar. Kamu bisa menjadi bagian dari pembangunan ekosistem digital di wilayah ini.

Ini juga berarti kamu bisa menarik talenta-talenta lokal yang mungkin belum terjamah, melatih mereka, dan menciptakan lapangan kerja baru yang berbasis teknologi. Sebuah kontribusi yang tidak hanya menguntungkan bisnismu, tapi juga memajukan daerah.

 

5. ‘Cultural Blend’: Kolaborasi Budaya untuk Produk Unik

Indonesia Timur kaya akan keanekaragaman budaya dan kerajinan lokal yang unik. Ini adalah sumber inspirasi yang tak terbatas untuk mengembangkan produk-produk inovatif yang menggabungkan unsur modern dengan kearifan lokal. Bayangkan produk fesyen, kuliner, atau kerajinan tangan yang memiliki cerita dan nilai otentik dari Timur.

Kolaborasi dengan masyarakat lokal dan pengrajin setempat tidak hanya akan menciptakan produk yang bernilai jual tinggi, tapi juga memberdayakan komunitas. Ini adalah cara yang win-win solution untuk bisnis dan juga pelestarian budaya.

 

Bye-Bye Jawa, Halo Timur! ‘Opportunity’ Menggila di Sana.

Lanjut pembahasan bagian ke: 2 tadi, Penulis sendiri harus mengakui, curhatan dari berbagai sumber tentang sumpeknya Jawa memang ada benarnya.

Sulitnya mau ngapa-ngapain, harga yang sudah terlampau mahal, bahkan sampai pada kelakuan oknum masyarakat yang kadang memalukan. Harga tanah diluar nalar, ditambah kepadatan penduduk yang tidak jelas arahnya, membuat Jawa semakin tidak menarik bagi mereka yang ingin memulai sesuatu dari nol.

Ironisnya, meskipun SDM melimpah, pengangguran tetap merajalela.

Bukannya mengedepankan “Pemanfaatan!“, malah dibiarkan. Simple-nya: SDM itu aset. Jika, mereka minim skill, si bocah kosong, beri training 3 bulan, lalu jual ke pasar. Maksud kami ke industri yang membutuhkan, baik itu didalam maupun luar negeri. Misalnya.

Tapi anehnya, beberapa di antaranya justru menciptakan masalah.

Contohnya, Karena kebanyakan kosong menjadikan fanatisme berlebihan terhadap sepak bola hingga memicu kerusuhan, atau praktik-praktik kuno seperti perbudakan yang masih saja ditemui. Ini adalah cerminan tingkat kebodohan yang perlu dituntaskan, dan jelas bukan lingkungan yang ideal untuk membangun masa depan yang cerah, apalagi untuk generasi muda yang progresif.

Berbeda sekali dengan apa yang terjadi di Sumatera, Kalimantan, atau Sulawesi.

Wilayah-wilayah ini menawarkan ruang gerak yang jauh lebih luas. Potensi sumber daya alam yang perawan, lahan yang masih sangat luas untuk pengembangan, serta masyarakat yang cenderung lebih terbuka dan adaptif terhadap perubahan. Ini adalah kondisi ideal bagi mereka yang ingin berinvestasi dan mengembangkan bisnis dengan mindset jangka panjang.

Maka, sudah saatnya kita melihat Indonesia Timur sebagai “magnet” baru.

Di sana, opportunity benar-benar menggila. Dengan visi yang tepat dan keberanian untuk mengambil langkah, kamu bisa menjadi bagian dari gelombang pembangunan yang akan mengubah wajah ekonomi Indonesia. Ini bukan sekadar migrasi, tapi sebuah upgrade besar dalam peta strategi bisnis dan kehidupanmu.

 

Stop ‘Ngemis’ di Jawa, Saatnya ‘Jemput Bola’ ke Indonesia Timur!

Sudah jelas, Jawa kini ibarat kolam ikan yang terlalu banyak pemancing. Ikan-ikannya sudah lelah, dan para pemancing pun harus bersaing mati-matian hanya untuk mendapatkan sedikit hasil. Ini adalah momen krusial untuk berani mengambil keputusan besar: keluar dari zona nyaman dan melihat peluang di horizon yang lebih luas.

Jangan lagi ngemis peluang di Jawa yang sudah sesak, saatnya jemput bola ke Indonesia Timur.

Indonesia Timur menawarkan kanvas kosong yang siap di lukis dengan berbagai inovasi dan investasi. Dari sektor pariwisata yang belum terjamah, “cantiknya di luar nalar!” hasil bumi yang masih ada harapan, hingga kebutuhan dasar masyarakat yang masih bisa diisi dengan berbagai produk dan jasa. Ini adalah kesempatan untuk menjadi pionir, untuk menciptakan pasar, dan untuk meninggalkan jejak kesuksesan yang epic.

Jadi, tunggu apa lagi?

Jika kamu merasa sudah mentok, jadi bodoh, dan bosan dengan drama di Jawa, sudah saatnya kamu “balik kanan” dan arahkan pandangan untuk berjalan ke timur. Di sana, peluang-peluang besar menantimu. Kamu taukan, matahari itu terbit dari timur, bukan dari jawa.

Ingat-nya: Jika satu pintu tertutup, bukalah pintu lain. Tapi jika semua pintu tertutup, saatnya membangun pintu baru di tempat yang berbeda.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Leave a Reply