Banyak kata yang bisa mengungkapkan rasa dan sikap optimis. Becoming an Optimist merupakan suatu cara yang tepat kita lakukan untuk membangun sikap. Sikap yang selalu di agung-agungkan oleh kelelahan semangat. Sikap yang berdampak positif bagi manusia yang memeliharanya. Menjadikan seseorang tegar dan bahagia. Mengobati luka dan menutup amarah. Tubuh ku sesehat ini berkat diri mu. Optimis atau optimisme merupakan pemahaman atas keyakinan akan sesuatu yang baik. Dan hal ini merupakan perwujudan dari harapan. Harapan apa? Harapan dalam memberantas kegagalan. Lingkungan tempat kita sangat bisa mempengaruhi pandangan dan semangat kita untuk segala hal. Yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana? Cara apa yang tepat dan cepat dalam membangun sikap optimisme di masa sulit ini? Melatih Diri Menjadi Optimis Ada beberapa tips cepat yang bisa kita terapkan di kehidupan untuk melatih diri menjadi pribadi yang optimis: Masalah Sebagai Tantangan Bukan Beban Bukan berarti optimisme menyelesaikan semua masalah hidup, hanya saja terkadang hal itu dapat membuat perbedaan antara mengatasi dan membatasi. Bila kita menganggap bahwa masalah merupakan beban, kita mungkin akan menghindarinya. Aku Ingin Menjadi Pribadi Super Optimis – Dan jika kita menganggap masalah sebagai tantangan, kita mungkin akan menghadapinya dengan semangat juang. Masalah adalah hadiah yang dapat kita terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam dan lebih fokus, kita bisa melihat keberhasilan di balik setiap masalah. Tingkatkan Keyakinan dan Mendekatkan Diri Kepada Pencipta Optimisme adalah keyakinan yang mengarah pada pencapaian. Tidak ada yang bisa di lakukan tanpa harapan dan keyakinan. Poin nya adalah ini suatu kewajiban bagi manusia untuk terus berdoa dan berserah diri. Mensyukuri apa yang ada. Berusaha memahami kelebihan dan kekurangan dalam menempa diri dan melatih jiwa. Motivasi Diri Sendiri itu Baik Optimisme dengan pengalaman, bisa memberikan banyak energi. Motivasi diri sendiri dengan selalu berpikir positif dan menjauhkan diri kita dari kegalauan yang bisa merusak sikap diri. Keyakinan diri, optimisme dan kerja keras, kesemua itu merupakan hal-hal ini tidak menjamin kita mencapai puncak tertinggi keberhasilan. Sejatinya yang harus kita sadari hal tersebut memberi kita kesempatan untuk berjuang. Bebaskan Diri dari Perasaan “Takut Gagal” Bersikaplah positif secara fanatik dan optimistis secara militan. Jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai, ubahlah sesuai dengan yang kamu inginkan. Kecewa tercipta ketika ekspektasi berkata rencanamu terlalu manis untuk realita – Optimisme menginspirasi, memberi energi, dan menampilkan yang terbaik. Ini mengarahkan pikiran pada kemungkinan dan membantu kita berpikir secara kreatif tentang masalah masa lalu. Perasaan takut gagal akan mencegah kita untuk mengarungi pengalaman yg sangat banyak, menarik, dan berguna bagi kita. Jangan khawatir dengan pandangan orang lain tentang siapa diri kita. Cacian orang lain kepada diri kita merupakan nilai raport untuk kita kembangkan menjadi diri yang lebih baik. Salam, DyariNotesCom
Penyebab Bercermin Dilarang Terlalu Lama
Bercermin atau lebih populer berkaca adalah kebiasaan yang di lakukan oleh setiap orang untuk melihat kondisi wajah dan bentuk tubuh serta tatanan rambut. Sama seperti anda. yups… betul itu Anda. Apa penyebab bercermin di larang terlalu lama? Seberapa sering kita di perbolehkan bercermin? dan Berapa lama normalnya orang di perbolehkan untuk bercermin? Ada banyak penelitian yang mengatakan bahwa terlalu banyak berkaca kurang baik untuk diri dan mental. Terlalu banyak bercermin dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kepribadian kita. Jika terlalu lama dan terlalu sering bercermin mengakibatkan kecemasan dan dapat meningkatkan rasa khawatir tentang apa yang ada pada diri kita seperti: penampilan dan bentuk tubuh terutama untuk lemak diperut dan peseknya hidung. Adakalanya bercermin terlalu lama di kaca di perbolehkan untuk moment tertentu misalnya: menghadiri pesta atau untuk ngedate bagi yang punya pacar. Ada beberapa Penyebab Bercermin di larang telalu lama dan mungkin ini di rasa sangat baik jika di terapkan tetapi tidak wajib bagi anda yang penuh dengan jerawat: Menjadi Pribadi Yang Kurang Baik Berkaca terlalu lama bisa membuat orang menjadi sombong dan angkuh serta banyak prilaku buruk lainnya. Melihat hidung kita mancung, alis mata kita tebal dan kulit kita putih membuat kita menjadi tinggi hati. Merasa bahwa kita lah paling indah sejagat raya. Pada saat berkaca, kita akan setuju dengan pujian orang atas kelebihan yang kita miliki. Akan tetapi jika ada kekurangan kita akan terfokus akan hal tersebut dan menjadi tidak pede. Berdiri di depan kaca bisa memperburuk keadaan dan kita akan mencari cara bagaimana cara untuk menutupi kekurangan tersebut. Dan ini dapat di pastikan orang akan melakukan hal tersebut. Dan jika di biarkan berlarut larut akan menyebabkan kita membenci diri kita sendiri bahkan lebih parahnya lagi dapat menyalahkan orang lain atas keadaaan kita. Berkaca terlalu lama dan sering cenderung akan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Pikiran kita akan mulai terkotori dengan kecemburuan dan rasa iri pada orang yang lebih baik dari kita. Merasa menjadi orang yang berbeda Menurut para ahli jika kita berkaca kita dapat mengeluarkan apa yang ada di dalam diri kita. Dalam kondisi di mana kita tenang dan sedikit rileks gelombang frekuensi akan bekerja lebih rendah. Hal tersebut seperti kita salat malam (salat tahajud). Dan jika kita semakin fokus, kita akan banyak melihat tentang apa yang ada di fikiran kita. Sebagai contoh jika kita menganggap bahwa wajah kita tidaklah cantik dan berjerawat dan kita terfokus akan hal tersebut, maka yang terjadi adalah kita akan melihat bayangan di kaca sosok yang buruk pula. Cara memperbaiki Cara yang tepat untuk menghilangkan keburukan dalam bercermin adalah dengan cara menentang fikiran negatif. Fikiran nagatif harus di tentang dan di lawan dengan fikiran positif. Kata kuncinya adalah Aku di ciptakan oleh Yang Maha Kuasa penuh dengan kebaikan. Dengan menilai tindakan anda dan bukan menilai diri anda sendiri yang ada di cermin di percaya akan dapat memperbaiki fikiran negatif. Salam, Dyarinotescom.
Resensi Buku Four Seconds: Hentikan Kebiasaan yang Kontra-Produktif dan Dapatkan Hasil yang Anda Inginkan
Dalam hidup, setiap orang memiliki keinginan dan hasrat yang berbeda. Ada yang dengan mudah dapat diraih, namun ada pula yang terasa jauh dari jangkauan, sebatas impian belaka. Hal-hal yang umumnya kita semua inginkan, seperti hubungan yang memuaskan, pencapaian yang membanggakan di tempat kerja, serta kedamaian hati, sebenarnya mudah dicapai. Namun, kita cenderung memiliki kebiasaan dan respon yang negatif sehingga sulit mewujudkan hal-hal tersebut. Empat detik adalah solusinya, begitu menurut Peter Bregman Sang Penulis buku. Empat detik adalah waktu yang di butuhkan untuk melakukan satu tarikan napas. Dari empat detik akan membuat kita mampu menjernihkan pikiran, menyusun ulang prioritas, dan mencapai hasil yang kita inginkan tanpa membuang-buang waktu. Empat Detik Menuju Kebiasaan yang Lebih Baik Seberapa sering kita mengambil sebuah tindakan atau respon yang sama, tapi pada akhirnya justru merugikan dan kita sesali? Terkadang kita temui kondisi di saat tindakan dan tujuan kita tampak sangat jelas bertolak belakang dan seharusnya mudah kita hindari. Bagaimana jika ternyata kebiasaan dan respon kita sering tidak sesuai dengan hasil yang kita inginkan? Adakalanya ketika kita berusaha membuat orang lain terkesan, tapi malah menuai penolakan. Kita berniat menghibur seseorang, tapi entah mengapa malah membuatnya kesal. Kita bertujuan untuk menyemangati orang lain, hasilnya malah membuatnya patah semangat. Kemudian kita tertegun dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. Akhirnya kita menghabiskan waktu berhari-hari mencoba memperbaiki keadaan akibat reaksi spontan yang merugikan. Kita membuang energi dan waktu berjam-jam memikirkan apa yang sudah kita katakan dan lakukan sebelumnya. Kabar baiknya, ini bukan masalah yang sulit dipecahkan. Kita hanya membutuhkan waktu empat detik. Jeda pendek itu kita butuhkan untuk melihat apa yang salah dengan tindakan kita dan membuat sedikit pergeseran. Kita akan belajar mengganti reaksi spontan yang menghabiskan waktu, menguras energi, dan kontra-produktif, dengan kebiasaan dan perilaku yang menghemat waktu, membangkitkan energi, dan produktif. 1. Bagaimana Mengubah Kegagalan Mental Kita perlu mendapatkan kembali kendali atas perilaku serta tindakan kita dalam jangka pendek dan jangka panjang, sehingga kita akan dituntun ke arah tujuan dan membuat kita bahagia. Kita juga perlu menguasai impuls dan godaan agar menjadi lebih tenang dan damai. Sangat penting untuk memiliki sebuah tujuan yang besar, karena apabila kita tidak tahu persisnya kemana akan pergi maka kita tidak akan pernah mencapai tempat tujuan. Jika kita merasa sulit menyelesaikan sebuah tugas atau kegiatan, mungkin penyebabnya adalah kita tidak menyediakan waktu untuk menindaklanjuti dan mengevaluasinya. Daripada memotivasi diri, lebih baik kita mengerjakan tugas yang spesifik agar pikiran kita terfokus hanya pada satu hal yang benar-benar penting. Untuk menyelesaikan tugas-tugas terpenting dengan baik, kita perlu berhenti berusaha terlalu keras untuk mencapai kesempurnaan. Sebaliknya, kita hanya perlu mencoba berlomba secepat mungkin untuk melewati tahap kerja selanjutnya. Mengurangi waktu yang kita habiskan dalam menyelesaikan sebuah tugas, sangat membantu mengurangi beban pikiran kita. Dengan meluangkan waktu untuk berpikir jernih, mendengarkan suara hati kita, dan fokus pada apa yang kita rasakan akan sangat berguna untuk mencapai tujuan kita. 2. Bagaimana Memperkuat Hubungan dengan Orang Lain Dalam situasi sulit dan penuh tekanan, kita biasanya menuruti reaksi spontan untuk menjadi defensif, membantah, atau menyalahkan orang lain. Pada akhirnya situasi semakin memburuk, kemudian kita mengasingkan diri dan menjauh dari orang lain. Untuk mencegah terjadinya hal ini, kita perlu mengganti kebiasaan buruk yang menghalangi dalam membina hubungan yang erat menjadi kebiasaan baik agar kita lebih mendalam dan damai saat berhubungan dengan orang lain. Dorongan menjadi produktif sering kali menyebabkan kita tidak memprioritaskan persahabatan. Padahal, mengembangkan hubungan erat dengan orang lain adalah salah satu kunci yang akan membuka kesuksesan kita di masa depan. Ketika sangat sibuk dan pekerjaan kita menumpuk, sebaiknya kita tidak mudah teralihkan atau tersinggung jikalau di saat bersamaan ada pesan tidak mengenakkan yang di sampaikan oleh orang lain kepada kita. Lihat dari sudut pandang yang baik, perhatikan lebih jelas bagaimana orang lain berkomunikasi dengan kita, hingga pada akhirnya kita mampu memberikan respon yang tepat dan sesuai dengan situasi yang sebenarnya terjadi. 3. Mengoptimalkan Kebiasaan Kerja Menjadi Lebih Produktif Untuk meredam reaksi spontan yang mengejutkan dan menahan godaan terhadap hal-hal yang menimbulkan dampak negatif memang bukan hal yang mudah. Namun, dengan komitmen yang kuat kita dapat membuat keadaan yang jauh lebih terkendali. Sekaligus kita juga bisa menciptakan ruang bagi orang lain untuk berubah, berkolaborasi, dan berkembang secara bersama-sama. Cara yang paling efektif adalah mencoba menahan kecenderungan kita untuk melampiaskan emosi di tempat kerja. Jika kita merasakan kemarahan, kekesalan, atau kegusaran yang tak terkontrol, lebih baik tinggalkan situasinya. Kita perlu disiplin untuk tidak terlalu cepat bereaksi agar situasinya tidak semakin buruk. Reaksi kita terhadap stres biasanya adalah mengeluh. Pemecahannya, kita perlu bersikap sebaliknya yaitu dengan membalikkan keadaan dan menawarkan bantuan kepada orang lain. Mengulurkan tangan untuk membantu akan membuat hati terasa puas dan menjauhkan diri dari stres serta menjadikan kita pribadi yang lebih produktif. Tips selanjutnya adalah kita jangan bereaksi secara defensif ketika di kejutkan oleh kritik dari orang lain. Kritik bisa menjadi berkah yang luar biasa jika kita mampu berdiam sejenak dan melihat melampaui perasaan kita sendiri. Dengan pikiran dan hati yang tenang, kita bukan hanya dapat bertahan menghadapi situasi yang negatif, tapi juga mampu mengatasi kesibukan yang kurang produktif dan memaksimalkan usaha serta menjalin hubungan yang sehat. Dan pada akhirnya kita akan menikmati dampak positif yang terjadi dalam pekerjaan dan hidup kita. Salam, Dyarinotescom
Seputar Aplikasi Clubhouse
Mungkin dari kita belum banyak mengetahui secara detail di media sosial aplikasi bernama Clubhouse. Banyak pemberitaan tentang aplikasi ini. Katanya lumayan keren. Aplikasi ini tenar karena CEO Tesla dan SpaceX “Elon Musk” cuap-cuap di jejaring sosial lalu mengunduhnya di kanal youtube. Entah apa maksudnya? Sebenarnya apa sih Clubhouse itu? Dari berbagai sumber Aplikasi ini berbasis pada audio yang di rilis di Amerika kisaran bulan maret 2020. Dikembangkan oleh perusahaan software bernama Alpha Exploration Co., pengguna bisa melakukan streaming audio, panggilan telphone hingga bisa juga membuat acara yang keren dalam bentuk podcast. Singkatnya adalah menggunakan plaform ini kita bisa mengadakan diskusi secara virtual tentunya, dan di saksikan dan di dengarkan oleh pengguna lain. Dari desain di buat sangat sederhana dan diklaim dapat menampung kurang lebih 5.000 partisipan dan jika perbiincangan selesai dapat pula di tutup oleh moderator. Kaya acara kawinan. Si Orang Terkaya Baru (OTB) ini sering sekali membuat pernyataan yang menjadi pusat perhatian bagi masyarakat dunia tanpa terkecuali Indonesia. Cerita nya mundur Sedikit Tahukah kamu Uang digital receh Doge Coin jadi buming karena celotehan Bos Besar Tesla, Elon Musk. Cuitan nya di medsos di dengar dan sebagai awal monetum kenaikan harga si DOGE Coin. Entah benar atau tidak tapi itu faktanya. Cuan para treder Cripto. Indodax mencatatkan dalam 3 hari terakhir ini saja, kenaikan harga pada Dogecoin mencapai kurang lebih 150 persen dengan cepatnya. Harga DOGE pada Januari 2020 masih Rp 28 dan saat ini sudah mencapai Rp 194. Salam, Dyarinotes
Hikikomori: Isolasi Diri Si Anti Sosial
Hikikomori adalah fenomena gangguan sosial yang mulanya merebak di kalangan generasi muda Jepang. Dilansir dari harian The New York Times, para dokter mulai mengobservasi hikikomori sebagai sebuah fenomena sosial sekitar pertengahan 1980-an. Ini terjadi pada pria muda yang menunjukkan tanda-tanda kelesuan, menolak berkomunikasi dan menghabiskan banyak waktunya dengan mengurung diri seharian di rumah. Mereka menutup diri dari dunia luar, sama sekali tidak terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, dan mengisolasi diri selama lebih dari enam bulan bahkan hingga tahunan. Di Negeri Sakura, jumlah penduduk hikikomori hingga saat ini sudah mencapai jutaan, dan jumlahnya terus bertambah. Fenomena ini pun mulai menjalar ke beberapa negara Asia lain, bahkan hingga ke benua Eropa dan Amerika. Banyak penyebab yang melatari seseorang melakukan hikikomori. Beberapa di antara penyebabnya yaitu: 1. Keluarga Seorang anak yang selalu di manjakan dengan semua kemauan yang terpenuhi, akan menganggap rumah sebagai tempat ternyaman, di saat remaja/dewasa dia memilih untuk tidak meninggalkan zona nyamannya di rumah. Atau orang tua yang terlalu menganakemaskan buah hatinya, akan menjadikan anak sebagai pribadi yang selalu bergantung dan tidak ada tekad untuk maju sejak mereka masih kanak-kanak. Tidak heran ada anak yang bahkan takut/enggan untuk sekedar masuk sekolah karena merasa lebih nyaman di rumah bersama keluarganya. 2. Lingkungan sekolah • Kerap di risak/di rundung Bagi pencinta komik, literatur Jepang, ataupun penggila anime, pasti sudah familier dengan tema perisakan/perundungan (bullying) di Jepang. Perisakan merupakan hal yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Apabila seseorang sering di rundung, hingga disertai penyiksaan fisik, maka ia akan berusaha melarikan diri dari lingkungan sekolahnya. Sering muncul kasus dari seorang hikikomori yang takut dengan kehadiran perundungnya, karena itu ia tak mau lagi bersekolah. Bagi mereka dunia akan terasa jauh lebih aman jika tidak melangkah ke luar rumah. • Gagal dalam ujian Jepang terkenal dengan negara yang menanamkan kompetisi sejak masa sekolah di barengi dengan standar nilai yang tinggi. Dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, para pelajar Jepang berusaha untuk meraih nilai terbaik agar bisa lulus. Bukan hal asing jika seorang pelajar pulang larut karena belajar di lembaga bimbingan belajar. Terutama bagi anak-anak yang hendak menghadapi ujian kelulusan dan ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Kegagalan masuk sekolah favorit akan menjadi sumber stres dan depresi hingga menimbulkan aktivitas hikikomori. Gagal di ujian akhir juga sering di takuti hingga akhirnya seorang pelaku hikikomori tak mau lagi sekolah atau melanjutkan pendidikan. 3. Lingkungan sosial Lingkungan pertemanan yang di rasa tidak memberi kontribusi positif juga dapat membuat seseorang lebih memilih untuk menutup dirinya dari dunia luar. Sebagian pelaku hikikomori merasa tidak memiliki kepercayaan pada orang lain, hal ini biasanya terjadi karena adanya penolakan dan berbagai ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Semakin lama orang-orang hikikomori memisahkan diri dari masyarakat, mereka makin sadar atas kegagalan sosial yang mereka alami. Mereka kehilangan kepercayaan diri yang mereka miliki dan keluar rumah menjadi momok yang lebih menakutkan. Bagaimana dengan kondisi di era pandemi ini? Sejak pandemi Covid-19 merebak di seantero dunia, banyak orang memilih berdiam saja di dalam rumah untuk melindungi diri dan mencegah penyebarannya. Pandemi global ini, melahirkan hal yang serupa dengan hikikomori, tinggal di rumah saja. Belajar di rumah, bekerja dari rumah, hingga beribadah pun cukup di rumah saja. Meski banyak persamaan antara keduanya: sama-sama harus berdiam diri di rumah, sebisa mungkin menghindari kontak dengan orang asing, bahkan orang yang di kenal sekalipun, keduanya memiliki perbedaan yang nyata. Isolasi mandiri di masa pandemi di lakukan karena keterpaksaan. Ada kekurangikhlasan menjalani keseharian di rumah saja, menjauhi segala aktivitas di luar rumah yang selama ini menjadi rutinitas. Sementara hikikomori di lakukan secara sukarela, atas dasar kemauan dan kesadaran penuh. Seiring berjalannya waktu, kini banyak orang yang sudah terbiasa beraktivitas di rumah saja, dan menjuluki diri mereka sendiri hikikomori karena merasa telah mengurung diri di rumah dalam waktu lama. Padahal, seorang hikikomori yang sesungguhnya, bisa menghabiskan waktu paling tidak beberapa tahun atau malah dalam hitungan dekade berdiam diri di dalam rumah. (AAW) Salam, Dyarinotescom
Mengatasi Anak Yang Super Nakal
Anak adalah penerus generasi setelah kita. Memang harus di akui anak-anak sekarang nakal banget ya bun. Bermain kesana kesini, berlari-lari tiada henti, di suruh makan ga mau, di suruh tidur siang apa lagi. Pusing kan jadinya!! Belum lagi kelakuan si kakak yang ga mau mengalah dengan adik nya. Hadeeeh… ribet banget. Tanda dan Gejala Setiap fase pertumbuhan anak memiliki gejala atau tanda yang berbeda-beda dan itu pun terkadang tiap anak berbeda pula karakter yang terbangun. Kata dokter sih ngurus anak begini. Ga boleh begitu, harus begini, jangan begitu, yang tepat seperti ini. Huuhh!! terkadang dokter pun sok tahu. Dan coba deh bunda cek anak dokter ada juga yang ingusnya meler, nakalnya minta ampun melebihi anak kita di rumah. Bicara soal pendidikan sebagian orang tua mungkin berpikir pendidikan anak tuh hanya di dapatkan di sekolah dan di tempat les private saja. Sebenarnya yang paling penting dari belajar adalah proses menganalisa, bertanya, dan juga mendiskusikan sesuatu secara interaktif. Terkadang anak kita sering sekali menirukan tingkah kita. Harus di akui itu benar adanya. Tanpa basa basi anak akan mengcopi paste kegiatan dan tingkah kita tanpa ada seleksi yang artinya Si anak secara total duplikat prilaku kita. Kembali ke pembahasan, ada beberapa tips agar anak tidak nakal dan mungkin ini bisa bermanfaat. 1. Jangan bilang anak kita Nakal JIka seorang anak berbuat salah sebaiknya sih tidak langsung dimarahi dan dibilang “Kamu nakal banget sih Dek”. Ada baiknya menanyakan terlebih dahulu apa penyebab dia melakukan itu. Jangan langsung di gaplok!! Sebenarnya sih ada baiknya kita sebagai orang tua meminta maaf atas perkataan kita yang kurang baik. Jangan sedikit-sedikit bilang “kamu anak nakal !!”. 2. Memberi Teladan Yang Baik Anak memiliki otak yang cerdas. Siapa pun itu, mau anak professor, doktor semua sama. menurut penulis yaa.. Fikiran yang di punya oleh anak sangatlah jernih. Dia bisa mengcopi perilaku dengan sangat cepatnya. Inti semua ini adalah teladan. Memberi contoh yang baik merupakan cara yang ampuh untuk memperbaiki bahkan mendidik perilaku anak. 3. Hindari memarahi anak di depan umum Tau ga sih bun, anak juga punya rasa malu lho… Dia akan sangat malu jika kita marah didepan teman-temannya. Apalagi jika di bilang cengeng.. Hadeeh habis deh kita dicakar sama si anak. Jika tidak percaya buktikan sendiri. Berusaha kendalikan emosi kita. Cari waktu yang sepi atau waktu berdua untuk mengkoreksi apa yang dia lakukan itu salah. Yaa… mungkin itu lebih baik. 4. Toleransi boleh tapi jangan berlebihan Jika kita sebagai orangtua sudah menerapkan aturan pasti ada sanksi jika di langgar. Dan itu harusnya berlaku untuk semua penghuni rumah. Tanpa terkecuali. Mau itu si Kakak, Adik, atau saudara lainnya. Terkecuali jika ada kondisi yang di haruskan melanggar aturan tersebut. Mungkin dengan pulang jam lima sore sudah harus di rumah atau dengan setiap hari harus tidur siang. 5. Buat aturan jangan lupa sanksi harus tegas Aturan harus konsisten di terapkan dan sanksi nya pun harus tegas dan juga mendidik. Buka untuk menyakiti. Jangan pula mentang-mentang ada saudara datang ke rumah aturan yang ada seketika gugur dengan sendirinya. Itu yang tidak boleh. Ibadah sholat harus tepat waktu, Makan harus tepat waktu, Bermain game harus dibatasi, nonton youtube mulai diperhatikan dan masih banyak lainnya. 6. Anak yang jahil belum tentu dia nakal Anak jahil itu bukan berarti dia nakal. Terkadang anak ingin bermain dan ingin mengenal orang yang di jahilinya. Si kakak misalnya. Si adik pasti ingin tahu “ngapain si Kakak” ko serius amat… Terkadang pikiran anak simple dan polos hingga jika kita ngobrol dan berbincang dengan anak kecil pasti ketawa di buatnya. Salam, DyariNotesCom
Sekelumit Tentang Hati
Hati adalah tempat bersemayamnya rohani manusia. Ada enam keadaan hati: • Pertama KEHIDUPAN. Kehidupan hati adalah petunjuk; • Kedua KEMATIAN. Kematiannya adalah kesesatan; • Ketiga KESEHATAN. Kesehatan hati adalah kebersihan dan kejernihan; • Keempat SAKIT. Sakitnya adalah kekeruhan dan ketergantungan; • Kelima SADAR. Sadarnya adalah dzikir; • Keenam TIDUR. Tidurnya adalah kelalaian. Setiap keadaan hati memiliki tanda. Isyarat kehidupan adalah beramal dengan penuh harap dan rasa takut, sedangkan pertanda kematian hati adalah kebalikannya. Tanda kesehatan adalah rasa lezat, dan sakitnya berlawanan dengan itu. Tanda sadar adalah mendengar dan melihat, tidurnya kebalikan dari itu. Kebersihan hati akan menentukan baik buruknya seseorang. Apabila dalam diri seseorang terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji. Sebaliknya, bila dalam diri seseorang tersimpan hati yang kotor, maka akan tampak di sana akhlak yang bejat. Dalam Manhaj Tabi’in fi Tarbiyah An-Nafs, Abdul Hamid Al-Bilali menyampaikan ada beberapa sebab hati menjadi bercahaya, diantaranya: Hati akan bersinar dengan kesedihan di sebabkan rasa sesal atas habisnya umur yang sia-sia tanpa amal yang bermanfaat; Hati akan bersinar dengan kesedihan karena menyesal atas maksiat yang telah di lakukan, sehingga hati menjadi takut jika hal tersebut akan menghalangi diri masuk ke surga Allah; Hati akan bersinar karena kesedihan akibat rasa sesal atas tindakan menyia-nyiakan hukum Allah dengan beralih pada hukum-hukum buatan manusia. Adakalanya hati pun dapat tertutup. Hati bisa tertutupi oleh tiga hal: Bahagia. Jika bahagia mendapatkan sesuatu, maka akan berhasrat tinggi. Dan yang berhasrat tinggi akan terhalang; Sedih. Jika sedih karena kehilangan berarti pemurka. Dan pemurka akan diadzab; Gembira. Gembira dengan pujian tanda berbangga diri. Dan bangga diri, amalnya akan gugur. Dalil untuk ke tiga hal tersebut adalah Al Qur’an surat Al Hadid ayat 23: “Supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” Salam, DyariNotesCom