Novel klasik yang pertama kali di terbitkan tahun 1960. Novel keluarga yang sangat bagus, dan bisa di jadikan bacaan wajib siswa-siswa di sekolah Amerika. Banyak pesan moral yang bisa kita dapat dari buku ini. Kalimat pengantar dalam Novel ini: “Kau tidak akan pernah memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup di balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya”.
Kisah klasik ini di tuturkan dari sudut pandang gadis kecil (7 tahun) Scout (Jean-Louise “Scout” Finch). Setting cerita di Kota Maycomb tahun 1930-an. Cerita berkisar pada Scout, kakaknya, ayahnya yang pengacara dan hubungan mereka dengan orang-orang terdekat disekitarnya.
Table of Contents
Toggle
Stigma Negative Warga Kota Maycomb
Lewat pemahaman bocah yang masih polos Si ‘Scout’ kita akan mendapatkan gambaran bagaimana kebencian antar ras (hitam-putih) saat itu. Dengan mudahnya prasangka di alamatkan ke orang-orang negro atau dengan kata lain orang berkulit hitam, walaupun hal tersebut belum tentu benar adanya.
Prasangka jugalah yang membuat warga Kota Maycomb memberikan stigma negatif ke Atticus Finch (ayah Scout) denga sebutan ‘Nigger-Lover’, gara-gara dia membela seorang pria negro yang di tuduh memperkosa seorang gadis kulit putih.
Negro yang di bela yaitu Tom Robinson, di tuduh memperkosa gadis bernama Mayella Ewells anak dari Bob Ewells orang kulit putih, pemabuk yang selama ini di cap sebagai sampah masyarakat.
Hanya karena keluarga Ewells berkulit putih, warga kota kehilangan rasionalitasnya. Walaupun di pengadilan Atticus berhasil membuktikan bahwa Tom tidak bersalah, Juri tetap menjatuhkan hukuman mati.
Semudah itu! Nasib seseorang di tentukan karena dia lahir dengan warna kulit yang tidak sama dengan golongan yang memegang kekuasaan. Scout mengamati bahwa di tengah ruwetnya proses pengadilan, ayahnya tetap menjadi seorang ayah yang ideal yang mendidik Jem, Kakaknya dan dia untuk menjadi orang yang bertanggung jawab dan adil.
Atticus yang ditinggal mati istrinya berperan sebagai ayah sekaligus ibu yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang baik. Contohnya: Jem benci setengah mati dengan Nyonya Dubose, tetangganya yang lansia dan sakit-sakitan. Ayahnya malah menyuruh Jem untuk membacakan buku cerita untuk Nyonya Dubose. Hal ini mengajarkan empati dan keperdulian.
Pria Misterius
Ada lagi kisah di awal Novel tentang rasa penasaran Scout dan Jem pada tentangganya yang sangat misterius. Seluruh anggota keluarga ini sangat jarang keluar rumah, kecuali kepala kaluarganya, Mr. Radley.
Ada desas desus bahwa anak laki-lakinya, Boo Radley mengalami ganguan jiwa dan di larang keluar rumah. Scout dan Jem bersama teman mainnya, Dill Haris kasak-kusuk dengan berbagai prasangka mengerikan tentang Boo.
Tapi justru di kemudian hari, Boo inilah yang menyelamatkan Finch bersaudara dari niat jahat Boo Ewell yang dendam terhadap ayah mereka karena harga diri dan kredibilitas nya di hancurkan di ruang sidang, walaupun dia memenangkan kasus nya.
Boo datang tepat waktu menyelamatkan anak-anak itu dalam perkelahian. Boo mati tertusuk pisau yang semula bakal di tikamkan ke kedua bocah tersebut. Atticus ayah meraka datang lalu berdiskusi dengan Sheriff. Dan akhirnya Aticcus dan Shariff memutuskan untuk percaya bahwa Boo tidak sengaja menusuk diri nya sendiri.
Bukan hukuman yang mereka takutkan bakal di derita oleh Boo. Yang lebih mereka khawatirkan adalah Boo yang sudah brtahun-tahun menyendiri dalam pengasingannya, tentu akan kaget melihat atau saat orang-orang beruduyun-duyun menemuinya untuk memberikan pujian atas keberaniannya.
Atticus menganggap itu sebagai sebuah dosa untuk membunuh seseorang “Mocking Bird” (senjata burung pipit bersuara merdu seperti Boo). Scout mencoba memahami dan mencerna maksud ayahnya. Seorang Mocking Bird tidak pernah menggangu manusia.
Dia hanya ingin bersiul dan melakukan yang di sukainya dan seharusnya tidak di ganggu. Lalu Scout menyadari bahwa penngasingan diri Boo itu bukan hal buruk, dan bukan juga karena dia sakit jiwa.
To Kill a Mockingbird, Harper Lee
Pelajaran yang dia terima, seperti yang di sampaikan kutipan tulisan bukunya: bahwa apa pun yang orang lain lakukan, prasangka kita belum tentu benar. Bisa jadi mereka yag kita beri prasangka lebih baik dari dugaan kita, lebih baik dari kita atau bahkan kelak akan menjadi penolong kita.
Seperti yang di lakukan Boo terhadap Scout dan Jeremy (Jem). Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Kisah dan pesan moralnya pun bagus. Sangat layak dganjar Pulitzer Prize yang prestigious itu.
Sahabat Dyarinotes, pelajaran yang bisa kita dapat dari Novel ini, antara lain:
1. Praktekan nilai-nilai baik yang kita yakini –
Atticus hidup dengan pedoman: hari nurani menjadi pemandu. Itu sebabnya dia mau menangani kasus perkosaan dan menjadi pembela seorang pria kulit hitam yang di tuduh memperkosa seorang perempuan berkulit putih, walaupun hampir seluruh orang di kotanya menganggap dia salah karena membela orang kulit hitam.
2. Bijak dan Tetap tenang dalam Krisis –
Ketika Bob Ewell mengancam Atticus, menyumpahinya dan bahkan meludahi wajahnya, respon Atticus “Saya hanya berharap Bob Ewell tidak mengunyah tembakau”. Saat putranya Jem menanggapinya dengan gusar dia berkata: “Coba banyangkan jika kamu menjadi Bob Ewell. Saya merusak kredibilitasnya dengan menguak semua kebohongannya dan membuat dia di permalukan. Apakah kau bisa tahan? Dia berusaha mengembalikan reputasinya dengan cara melampiaskan kemarahannya kepada seseorang dan saya lebih suka dia melampiaskannnya kepada saya daripada dia melampiaskan kepada anak-anaknya.
3. Tanamkan Kebiasaan Membaca –
Kebiasaan membaca sudah di tanamkan Atticus sedari Scout dan Jem dari kecil. Setelah makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga dan membaca bersama. Bahkan ketika masing-masing dari mereka masuk ke kamar tidurnya, rutinitas itu di lakukan sembari menunggu kantuk. Mereka membaca di tempat tidur dengan penerangan lampu baca.
4. Jujur dan Percaya kepada anak-anak kita –
Di saat Scout bertanya kepada Uncle Jack, Adik Atticus, apa arti wanita jalang, si Paman menghidari dengan menceritakan hal lain. Atticus berkata kepada adiknya: “Jika seorang anak menanyakan sesuatu kepadanya, jawablah. Anak-anak memanglah anak-anak tapi meraka akan bisa tahu bahwa kita mengelak memberi jawaban. Jangan menghindar.
Berikan jawaban sesuai dengan usia mereka.
Atticus juga terkadang membicarakan suatu kasus yang sedang di tanganinya kepada Jem dan Scout dalam batas yang mereka bisa pahami. Pun seandainya mereka berdua tidak mengerti, tidak masalah, Suatu hari nanti pasti mereka akan mengerti.
Dengan sabar Atticus menjelaskan kata-kata yang baru mereka dengar yang tidak mereka pahami artinya. Seperti suatu ketika di saat Scout bertanya kepada Atticus, “memperkosa itu apa?”
Atticus memberikan definisi hukum yang akurat dan Scout merasa puas. Perkosaan adalah pelecehan badaniah terhadap seorang perempuan dengan pemaksaan dan tanpa persetujuan. Dengan sikap Atticus ini, membuat anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang kritis.
Salam Dyarinotescom