Peran Habit dan Budaya dalam Strategi Pemasaran

  • Post author:
  • Post category:Marketing
  • Post last modified:Oktober 9, 2024
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Peran Habit dan Budaya dalam Strategi Pemasaran

Mengapa posisi kancing pada pakaian wanita ada disebelah kiri sedangkan pada pakaian laki-laki ada di sebelah kanan? Iya juga yaa. Mulanya, saat kancing pertama kali di perkenalkan di abad ke 17, pakaian dengan kancing hanya di kenakan oleh kalangan bangsawan.

Nyatanya, lebih dari 90 % populasi dunia (laki-laki dan wanita) adalah pengguna tangan kanan, sehingga akan memudahkan pengguna tangan kanan memakai pakaian jika posisi kancing di kanan.

 

Lalu mengapa posisi kancing di pakaian wanita ada di kiri?

Karena di masa itu, wanita kalangan bangsawan tidak pernah mengenakan pakaiannya sendiri ada pelayan yang memakaikan baju mereka, sehingga posisi kancing di kiri akan memudahkan pelayan mengancingkan pakaian mereka. Sementara kaum pria bangsawan mengenakan pakaiannya sendiri.

Selain itu, karena posisi pedang di pinggang sebelah kiri jadi tidak akan tersangkut di pakaian. Hingga saat ini, hal tersebut sudah menjadi aturan baku tidak tertulis mengenai posisi kancing pada pakaian wanita dan laki-laki.

Saat mengubah aturan tersebut, seolah merubah aturan etika berpakaian yang berlaku.

 

Aturan (Etika) Vs Strategi Pemasaran

Pernah ada kalangan fashion memperkenalkan pakaian wanita dengan posisi kancing di sebelah kanan. Mungkin dengan tujuan memperkenalkan sesuatu yang baru. Mungkin juga menampilkan sesuatu yang berbeda dan merubah ‘HABIT’ yang ada, namun produk gagal di pasaran.

Karena sebagian besar kaum hawa menolak produk tersebut,  jika mengenakan produk itu seolah-olah mereka mengenakan pakaian laki-laki, dan terutama karena merubah ketentuan (baca: habit) yang sudah ada.

 

Contoh lain dari pentingnya memahami budaya lokal dalam keberhasilan pemasaran produk yaitu pengalaman pahit yang di alami Kellogg Company.

Kellogg’s masuk ke pasar India tahun 1994 memasarkan produk corn  flakes, sereal dengan cita rasa gurih dan renyah, dengan harapan mampu mengubah pola sarapan masyarakat India yang di nilai tidak sehat. Namun Kellogg’s gagal.

Kegagalan Kellogg’s bukan karena kualitas produk, manajemen, atau pun jalur distribusi. Namun karena mereka kurang memahami budaya masyarakat India dalam mengonsumsi sereal.

Konsumen di India terbiasa dengan susu yang hangat dan menambah gula ke dalamnya, sehingga ketika mereka menuangkan susu panas ke Kellogg’s crispy  flakes membuat sereal tersebut menjadi lunak dan tidak gurih. Hal ini menyebabkan konsumen di India tidak menyukai Kellogg’s sereal.

Kellogg’s berusaha mendidik konsumen di India untuk mengonsumsi produk mereka dengan cara orang Amerika, mereka menuangkan susu dingin ke crispy flakes .

Cara seperti ini gencar di iklankan di televisi, dan Kellogg’s pun melakukan kunjungan ke konsumen. Namun, hal ini tidak berhasil. Budaya orang India mengonsumsi sereal sebagai menu makan pagi tidaklah mudah untuk di rubah.

 

Insights

  1. Budaya bukanlah hal baru, tapi sering terlupakan dalam strategi pemasaran;
  2. Strategi pemasaran harus beradaptasi dengan budaya yang terus berubah; dan
  3. Kegiatan marketing research mutlak untuk ekspansi ke luar dan memperluas jangkauan pasar.

 

Salam Dyarinotescom.

Tinggalkan Balasan