Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Kami Sebut Dengan Pungli: Budaya Yang Dilestarikan

Share:

Maraknya pungli menjadi budaya yang kita lestarikan. Di balik progress kemajuan bangsa dengan satu pembangunan yang disentuh dengan percepatan, sebuah penyakit kronis membentuk budaya tetapi liar, menggerogoti jalanan sempit kehidupan. Kami sebut itu dengan Pungutan Liar (Pungli).

Ibarat benalu, pungli menempel pada berbagai sektor, mencekik rasa keadilan dan menghambat kemajuan. Menjerat kelancaran “prosedur sebagai budaya yang tak kunjung sembuh”. Bagai Koreng yang membusuk. Tak ada obat. Dilihat pun “maaf” sedikit menjijikkan.

Kami Sebut Itu Sebagai Pungli

Bayangkanlah suatu saat ternyata kita harus mengurus surat izin usaha, kamu dipaksa “menyumbang” sejumlah uang pada oknum tak bertanggung jawab. Dengan dalih “Akan kami bantu dan percepat pengurusannya”. Seraya berkata “Aman!”.

Atau saat hendak mendapatkan layanan kesehatan, kamu harus merogoh kocek lebih dalam untuk “memperlancar” prosesnya. Bukannya malah di bantu, tapi malah di persulit hingga pulang pakai kaus kutang doang. “Nasib badan punya Negeri beginian”.

Inilah wajah kelam pungli yang menghantui kita rakyat bawah. Penghuni bumi yang di perlemah otak, pikiran, dan suara jeritannya, untuk di jadikan makanan, dan penindasan. Tanpa ada rasa malu mereka berdalih “semua ini untuk setoran ke ketua”. Harap maklum.

Pungli yang menjadi bayangan hitam bangsa ini, “sungguh di luar nalar”. Di biarkan saja dan maseeehh kita lestarikan. Jika pun ada instruksi dari yang katanya “Kepala hitam” untuk segera diberantas, yaa cuma sebatas “terlihat kerja di media”.




Membongkar Akar Pungli

Terjadinya pungli bagaikan benang kusut dengan akar permasalahan yang kompleks. Pertama, kesadaran hukum yang rendah bahkan sudah tidak ada, memicu anggapan bahwa pungli adalah hal lumrah. “Sudah biasa di Konoha ini”.

Kedua, sistem birokrasi yang di buat rumit dan berbelit-belit membuka celah bagi ‘oknum-oknum liar’ untuk mencari keuntungan. Ketiga, kurangnya pengawasan dan penegakan bahwa ada hukum di Negeri ini untuk membuat rasa aman bagi para pelaku.

Mekanisme Santuy

Pungli bagaikan “kecoa tapi berbisa”, yang bersembunyi di balik diding tebal satu lembaga bertangan besi. Berbagai modus operandi sering kali di gunakan. Mulai dari pemintaaan uang secara terang-terangan, penawaran jasa “cepat, siap dan segera.” Tanpa basa basi, hingga pengenaan biaya tambahan yang tidak sah.

Jika pun di tegur mereka yang marah. Bagai preman kehabisan uang gegara judi online. Nasib mata membaca topik beginian dari: Berita Online, membuat rasa hati ingin menggali lebih dalam, dalang di balik maksiat yang di halalkan. Mencari jejak si Kepala Hitam.

Jejak Si Kepala Hitam

Siapa dalang di balik jeratan pungli, Terangnya si Kepala hitam? Si anu, Si Ono, dan Situ. Jawabannya memang tidak bisa sesederhana apa lagi untuk disederhanakan. Oknum pejabat, petugas pelayanan publik, bahkan perantara tak luput dari lingkaran hitam ini.

Pun jika beberapa bagian dari mereka mulai sadar bahwa “ini adalah perbuatan salah”, langsung di singkirkan. Dan lebih kejamnya lagi di kambing-hitamkan atau malah di jebak oleh si kepala hitam.

Bagai 1 orang waras di antara 9 orang gila, tentu yang di anggap gila itu adalah minoritas. Alias 1 orang tadi. 9 orang gila lainnya tersebut, pastinya bersandar di tembok-tembok si kebal hukum, para tokoh-tokoh yang kecipratan persentase keuntungan, dengan judul “Ini adalah sumbangan dari kami”.

Menembus Jeratan Pungli

Lantas, bagaimana cara membebaskan diri dari jeratan pungli? Mungkin saat ini tidak akan pernah bisa. Maaf cakap, “Generasi ini sudah terlanjur rusak”. Rusak otak, kebiasaan dan akhlak. Sudah terlalu bingung mana yang benar dan mana yang salah. Banyak-banyak berdoa saja.

Ada solusi namun bisa di katakan mustahil untuk di tembus. Kuncinya ada pada kesadaran kolektif. Masyarakat sebagai target dan korban, harus berani melapor kepada pihak berwajib dan mempublish ke masyarakat lainnya demi mencari dukungan. Pengelola Negara pun perlu memperkuat sistem birokrasi, meningkatkan pengawasan, dan memperberat hukuman bagi para pelaku.



Langkah Nyata

Langkah yang paling nyata adalah dengan cara meviralkan ketika kejadian berlangsung. Videokan hal tersebut dan sebarkan ke media sosial atau media lainnya. Jika pun oknum keamanan kita masih bisa di percaya, segera laporkan situasi yang di alami. Ingatlah, pungli itu bukan budaya baik, tapi koreng bernanah yang harus kita sembuhkan.

Catatan Pinggir

Beberapa catatan yang bisa kita renungkan dalam menyikapi kebiasaan dan penyakit mental seperti ini. Pahami hak dan kewajiban kita dalam mengakses layanan publik. Jika saja kamu binggung akan sesuatu, ajukan pertanyaan jika menemukan kejanggalan dalam proses pelayanan.

Selalu untuk siaga dan berusaha mengumpulkan bukti seperti: Video, foto, rekaman suara, atau saksi mata jika kamu mengalami atau terindikasi terjadi pungli.

Jika berani, segera laporkan kepada bagian pengawasan. Ada banyak aplikasi yang sudah cukup membantu kita dalam mengatasi pungli yang terkadang membuat kita merasa kesulitan atau di persulit.

Jawaban dari akhir artikel ini adalah satu yaitu mau bersatu melawan penyakit pungli. Bukan untuk siapa-siapa tapi demi kita pemilik sah Desa Konoha. Membangun Negeri yang bersih, transparan, dan bebas dari pungli. Jadi, siapa si kepala hitam itu?

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.