Konsep eudemonia, yang diperkenalkan oleh Aristoteles, telah menjadi topik yang menarik bagi para filsuf dan psikolog selama berabad-abad. “Bukan hanya oleh Rocky Gerung semata”, Eudemonia, acap kali diterjemahkan sebagai “kebahagiaan sejati” atau “kemakmuran”, bukanlah sekadar perasaan senang sesaat, melainkan sebuah kondisi yang dicapai, melalui pengembangan potensi diri dan hidup sesuai dengan tujuan hidup yang bermakna.
Namun, bagaimana kita bisa menerapkan konsep kuno ini dalam era digital yang serba cepat dan penuh challenge?
Dalam era yang didominasi oleh teknologi, kita semua disini, di kelilingi oleh informasi dan pilihan yang seolah tak terbatas. Notifikasi dari ponsel, pemberitahuan media sosial dan tuntutan pekerjaan, yang tak pernah berhenti seringkali membuat kita merasa kewalahan dan kehilangan fokus.
Akibatnya, kita kesulitan untuk menemukan kedamaian batin dan menjalani hidup yang lebih berarti. “Galau sepanjang masa”. Sulit menemukan rasa diantara jerami digital.
Eudemonia dalam Perspektif Modern
Untuk memahami bagaimana kita bisa menerapkan eudemonia dalam kehidupan modern, kita perlu memaknai kembali konsep ini. Eudemonia bukan sekadar tujuan akhir yang harus dicapai, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan. Ini berarti kita perlu secara aktif mencari kegiatan yang memberikan makna dan kepuasan dalam hidup kita.
Misalnya, salah satu kunci untuk mencapai eudemonia di era digital adalah dengan menemukan keseimbangan.
Kita perlu membatasi waktu yang kita habiskan untuk mengakses media sosial dan perangkat elektronik lainnya. Dengan begitu, kita memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang disebelah kita, orang terdekat, melakukan aktivitas yang kita sukai, mencitai alam dan mengembangkan diri.
Selain itu, menumbuhkan rasa syukur juga sangat penting.
Dengan menyadari dan menghargai hal-hal positif dalam hidup, kita dapat meningkatkan rasa bahagia dan kepuasan. Praktik mindfulness, yaa seperti meditasi, juga dapat membantu kita untuk lebih fokus pada saat ini dan mengurangi stres.
Dalam Kehidupan Sehari-hari
Eudemonia itu seperti harmoni antara jiwa dan tubuh. Kesehatan fisik dan mental saling berkaitan dan keduanya seimbang. Tentu saja, menerapkan konsep eudemonia dalam kehidupan sehari-hari bukanlah perkara mudah, bukan pula hal yang mustahil. Mulai satu langkah pertama terlebih dahulu.
Misalnya:
Menentukan nilai-nilai hidup.
Bagaimana, bisa?
Tentu saja. Identifikasi apa yang benar-benar penting bagi kita dalam hidup. Dengan memiliki nilai-nilai yang jelas, kita akan lebih mudah membuat keputusan yang sejalan dengan tujuan hidup, sehingga setiap langkah yang kita ambil terasa lebih “ini sudah benar”.
Selanjutnya,
Tetapkan tujuan yang realistis.
Realistis sajalah. Jangan terlalu membebani diri dengan terlalu banyak tujuan. Fokuslah pada tujuan yang spesifik, terukur, dapat di capai, relevan, dan memiliki batas waktu (SMART). Dengan tujuan yang jelas, kita akan memiliki arah yang pasti dan merasa lebih termotivasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
Kelola waktu dengan baik.
Waktu jangan di buang-buang hanya demi tongkrongan. Buatlah jadwal yang seimbang antara pekerjaan, istirahat, dan kegiatan sosial. Waktu yang terstruktur akan membantu kita menghindari stres dan meningkatkan produktivitas.
Selain itu,
Jalinlah hubungan yang berkualitas.
“Ada teman baik, tidak ada yaa biasa saja. Ada pasangan baik, jika tak ada yaa cari.” Hubungan yang baik dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan rasa bahagia. Bisa memberikan perhatian dengan seseorang, berkonflik ria, berdebat bersama, dan susah senang bersama-sama.
Karena itu,
Jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan diri.
Nyambungnya di mana dengan hubungan?
Nah, dengan mempelajari hal-hal baru, kita akan merasa lebih tertantang dan puas. Dan memberikan sesuatu berupa informasi atau pun pengetahuan pada koneksi kita. Dan itu sebagai satu kontribusi bagi orang lain. Melakukan kebaikan bagi orang lain, sekecil apapun itu, dapat memberikan rasa makna dan kepuasan yang mendalam.
Sebenarnya masih banyak banyak lagi. Tapi, paling tidak beberapa di antara yang kita sebutkan di atas, dapat kamu gabungkan untuk mendekatkan kita mencapai eudemonia, yakni kehidupan yang bahagia dan bermakna.
Eudemonia di Era Kekinian. Bisakah?
Jawaban-nya: Bisa banget!
Bayangkan hidup yang nggak cuma happy sebentar, tapi happy yang beneran dari dalam. Itulah yang di sebut eudemonia. Di era kekinian, di mana kita di kelilingi notifikasi dan pilihan yang nggak ada habisnya, ngejar eudemonia kayak lagi nyari harta karun.
Eudemonia seperti kebahagiaan yang real tapi di dunia digital. Gak Bahaya Ta?
Gak dong!
Tapi tenang aja, ini bukan harta karun biasa, ini harta karun yang membuat hidup kita lebih bermakna. Eudemonia itu tentang menemukan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata. Ini tentang ngelakuin hal-hal yang kita suka, ngembangin diri, dan ngasih dampak positif buat orang lain.
Singkatnya, eudemonia adalah resep rahasia buat hidup yang worth it.
Jadi, sudah taukan cara kita mencapai eudemonia di tengah hiruk pikuk kehidupan modern?
Pasti bisa dong mengenali diri sendiri. Cari tahu apa yang benar-benar penting buat kamu. Pasti dong kamu berani untuk ngomong “tidak”. Batasi waktu yang kamu habiskan di depan layar.
Ini yang penting: Jalin hubungan yang berkualitas dengan orang-orang terdekat, terus belajar hal baru dan jangan lupa untuk berbagi dengan sesama. Jika semua itu kamu lakukan, “Selamat!” Kamu telah menemukan kami. Kamu semakin dekat dengan eudemonia.
Tapi ingat: Ini bukan tujuan akhir, tapi sebuah perjalanan. Jadi, nikmati, jalani setiap prosesnya! (Lilipali gadungan – Bukan Fufufafa)
Salam Dyarinotescom.