Pernahkah kita berdua di sini “kamu yang membaca dan aku yang menulis” memperhatikan betapa sering kita terjebak dalam ‘Versus’? Membanding-bandingkan sesuatu dengan lainnya. Barang-barang mahal dianggap lebih bernilai, sementara yang murah sering kali dianggap remeh. “Kacang banget si loe.” Analogi kacang gratis dan baterai mahal, misalnya, adalah contoh sederhana dari pemikiran semacam ini.
Kacang, makanan ringan yang seringkali di berikan secara gratis, “dalam satu acara” sering kali kita semua anggap sepele “Yaah di kacangin!😂”… Dengan ukurannya yang kecil, harganya murah, dan mudah di dapatkan. Namun, ingatkah kita secara real, kacang-kacangan itu mengandung banyak nutrisi penting bagi tubuh? Dari protein hingga serat, menjadi sumber energi yang baik.
Begitu pula dalam kehidupan, hal-hal kecil “yang kita anggap remeh”, seperti senyuman hangat yang terlontar spontan, kata-kata baik yang diucapkan tulus, atau bantuan kecil yang diberikan tanpa pamrih, seringkali memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang kita sadari.
Di sisi lain, baterai, terutama jenis baterai tertentu, bisa sangat-sangat mahal “Karena susah dicari” Bernilai di pasaran. Harganya yang tinggi mencerminkan fungsinya yang vital dalam menopang berbagai perangkat elektronik yang kita gunakan sehari-hari.
Tanpa baterai, “ternyata dunia kita menjadi gelap” kebingungan interaksi, ponsel pintar menjadi tidak berfungsi, laptop atau PC tidak menyala, mobil listrik tidak bisa jalan, dan berbagai teknologi lainnya menjadi benda tak bernyawa, alias usang.
Kacang Versus Baterai. Menghargai Sesuatu yang Mahal daripada yang Gratis
Mengapa kita seringkali lebih menghargai sesuatu yang mahal daripada yang gratis?
Kata banyak orang, “ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi kita terhadap nilai suatu barang”. Pertama, biasanya harga seringkali dianggap sebagai indikator kualitas. Barang yang mahal diasosiasikan dengan kualitas yang lebih baik, teknologi yang lebih canggih, manfaat yang lebih banyak, atau bahan yang lebih premium.
Kedua, kita, ‘aku kamu mereka’, cenderung membandingkan diri kita dengan orang lain. Menyamarkan diri dengan yang bukan kita. Ketika melihat seseorang memiliki barang-barang mewah, misalnya, kita menjadi sedikit “mungkin yaa” merasa tidak lebih baik.
Namun, apakah harga selalu menjadi tolok ukur nilai yang sebenarnya?
Tentu saja tidak.
Nilai suatu barang tidak selalu sebanding dengan harganya. Banyak hal dalam hidup yang bernilai jauh lebih tinggi daripada harga yang tertera. Misalnya, pengalaman, kebahagiaan yang kita rasakan saat berkumpul bersama keluarga saat libur tiba, kepuasan yang kita dapatkan dari membantu orang lain, atau kedamaian batin yang kita raih melalui perenungan.
Hal-hal ini tidak dapat dibeli dengan uang, tetapi memberikan kepuasan yang jauh lebih besar daripada barang-barang material.
Dan ini…
Mengajarkan Kita Akan Sesuatu
Analogi kacang dan baterai menyajikan sebuah pelajaran berharga tentang nilai dalam hidup. Nilai sejati dari satu hal tidak selalu sebanding dengan harga yang tertera. Terkadang, hal-hal yang sederhana dan murah, seperti kacang, memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada yang kita sadari.
Kacang, dengan kandungan nutrisinya, adalah contoh nyata bahwa sesuatu yang sederhana dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi tubuh. Begitu pula dalam kehidupan, hal-hal kecil, seperti: salam, kata-kata baik, seringkali membawa kebahagiaan yang jauh lebih mendalam daripada barang-barang mewah.
Taukah kamu?
Ternyata…
Harga Tidak Selalu Menjadi Cerminan Kualitas
Barang yang mahal belum tentu lebih baik daripada barang yang murah. Kualitas suatu produk adalah hasil dari perpaduan, seperti pemilihan bahan baku, tingkat kerumitan proses pembuatan, serta kualitas desain.
Masyarakat modern, “seperti kita-kita ini” seringkali terpengaruh oleh tren dan iklan, dan terlalu latah untuk terjebak dalam persepsi bahwa jika harga tinggi selalu menjadi jaminan kualitas terbaik.
Kamu salah besar!
Kami percaya, anggapan tersebut terkadang di dorong oleh keinginan kita untuk tampil lebih stylish atau menunjukkan status sosial, membuat banyak orang rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli produk-produk bermerek atau dengan harga yang fantastis.
Padahal,
Banyak produk murah dengan harga yang kompetitif, yang di hasilkan oleh merek-merek lokal atau merek-merek baru, memiliki kualitas yang sama baiknya, bahkan lebih baik, di bandingkan dengan produk mahal dari merek-merek ternama. Dan ini membuktikan bahwa kualitas tidak selalu berbanding lurus dengan harga.
Kadang-nya: dengan sedikit riset dan perbandingan, kita dapat menemukan produk berkualitas tinggi dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Selain itu, membeli produk yang lebih murah juga dapat membantu kita menjadi konsumen yang lebih bijak dan mengurangi pemborosan.
Jika itu kamu lakukan, pastinya senang kan?
Menjadikan itu satu kebahagiaan. Tapi, ingat!
Kebahagiaan Tidak Dapat Dibeli Dengan Uang
Kebahagiaan itu ibarat satu given yang tersembunyi di dalam diri kita sendiri dan dalam hubungan yang kita jalin dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan mengubur sesuatu yang berharga lebih dalam lagi. “Menjatuhkan harga diri kepada orang yang tidak mengerti atau memahami”.
Dan itu menyakitkan.
Setiap orang memiliki dunia yang berbeda, dengan perjalanan hidup yang penuh dengan lika-liku. Kita masing-masing memiliki kekuatan, kelemahan, mimpi, dan perjuangan yang berbeda-beda. Justru dalam keberagaman inilah keindahan hidup terletak.
Ketika kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, seakan-akan memaksakan diri untuk masuk ke dalam cetakan yang sudah ditentukan oleh orang lain. “Menyedihkan sekali jika begitu😒” Hal ini tidak hanya membuat kita merasa “tidak cukup baik”, dan juga menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri kita.
Peniru itu pasti lebih murah dari aslinya☺️.
Maauuu… dikatakan murahan?
Nah, setiap orang memiliki ritme dan waktu yang berbeda untuk mencapai keberhasilan. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kita fokus pada perjalanan pribadi kita sendiri sajalah. Rayakan pencapaian kecil, dan terus belajar dari pengalaman itu lebih baik.
Dengan begitu, kita akan menemukan kebahagiaan yang berasal dari dalam diri kita. Inilah sebagai bentuk syukur kita.
Mensyukuri apa yang kita miliki saat ini
Mensyukuri apa yang kita miliki sama seperti “rumusan matematika” untuk meraih kebahagiaan sejati. Ketika kita fokus pada hal-hal positif dalam hidup, kita akan lebih mudah merasa lega dan bahagia. Sikap bersyukur ini seperti magnet yang menarik lebih banyak hal positif ke dalam hidup kita. Semakin kita menghargai apa yang sudah kita miliki, semakin kita akan merasa kaya dan beruntung.
Analogi kacang dan baterai mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menilai sesuatu. Jangan terjebak dalam materialisme dan selalu mengejar barang-barang mewah.
Mau-nya: gadget terbaru,
Baik-nya: lebih menghargai waktu yang kita miliki untuk berkumpul bersama keluarga.
Atau, alih-alih membandingkan diri dengan teman yang selalu pamer di media sosial, kita bisa fokus pada pencapaian dan keberhasilan pribadi.
Setidak-nya: analogi kacang dan baterai mengajak kita untuk merenung kembali tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidup. Dengan mengubah perspektif kita, kita dapat menemukan “senyuman kelegaan” yang tidak dapat di beli dengan uang.
Kacang atau baterai?
Ini dua sisi berbeda yang sama-sama berharga dalam kehidupan kita. Kacang, dengan kesederhanaannya, mengajak kita merenung tentang nilai-nilai luhur seperti syukur dan kepuasan. Di sisi lain, baterai, sebagai simbol kemajuan teknologi, mengingatkan kita akan kemudahan dan efisiensi yang bisa kita nikmati.
Keduanya tidak ada masalah, asalkan kita mampu menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dan penghargaan terhadap hal-hal sederhana. Ini juga mengingatkan kita pada pentingnya kesehatan, sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Kesehatan, seperti kacang, adalah sesuatu yang berharga dan bisa di dapatkan dengan cara yang sederhana, namun seringkali baru kita sadari nilainya ketika kita kehilangannya.
Menimbang Nilai dalam Hidup
Dalam perjalanan hidup, kita seringkali di hadapkan pada pilihan-pilihan yang menuntut kita untuk menimbang nilai. Analogi kacang dan baterai telah membawa kita pada pemahaman yang lebih tentang konsep nilai ini. Kacang, dengan kesederhanaannya, mengingatkan kita akan pentingnya menghargai hal-hal kecil dalam hidup. Sementara itu, baterai, sebagai simbol teknologi modern, menyoroti peran penting inovasi dalam memenuhi kebutuhan kita.
Lantas, bagaimana kita seharusnya menyikapi berbagai nilai dalam hidup ini?
Pertama: kita perlu menyadari bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat subjektif. Apa yang bernilai bagi satu orang belum tentu bernilai bagi orang lain.
Kedua: kita harus mampu menyeimbangkan berbagai nilai dalam hidup. Tidak hanya mengejar kesenangan materi, tetapi juga memperhatikan kesehatan, hubungan sosial, dan pertumbuhan spiritual.
Ketiga: kita perlu belajar untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan mensyukuri nikmat yang telah di berikan, kita akan merasa lebih baik.
Akhir-nya:
Bukan apa yang kita miliki, melainkan apa yang kita hargai yang benar-benar mendefinisikan kita. “Cabe besar itu tidak lebih pedas dari cabe rawit” Jangan biarkan kebisingan ‘pendapat orang lain’ meredam suara batinmu. Jika jelek katakan jelek, dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu.
Sukses sejati adalah hidup dengan cara ku bukan cara mu.
Salam Dyarinotescom.