Di balik gempuran produk di pasaran, ada beberapa brand yang berhasil menembus batas kewajaran, dan membangun koneksi emosional dengan konsumennya. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga menggugah perasaan, emosi, dan cerita. Membangun brand dengan mengubah pandangan dunia melalui emotional marketing.
Apple, contohnya, tak hanya menawarkan iPhone, tapi melambangkan inovasi dan gaya hidup modern. Rolex, bukan sekadar jam tangan, tapi penanda status dan prestise. Nike tak hanya menjual sepatu, tapi motivasi dan semangat untuk mencapai puncak. Masing-masing brand ini telah menjadi ikon, mewakili nilai dan aspirasi.
Table of Contents
Toggle
Fenomena ini dikenal sebagai emotional marketing, di mana brand tak hanya fokus pada fungsi dan kegunaan, tapi juga pada emosi dan pengalaman yang ingin dibagikan kepada konsumen. Mereka membangun cerita, komunitas, dan citra yang melekat di benak dan hati.
Dan,
Ketika konsumen merasa keren “bangga” karena memakai produk tersebut, disanalah emotional marketing bekerja, dan pandangan dunia berubah.
Ini lebih dari sekadar transaksi, emotional marketing menciptakan hubungan yang langgeng dan tentunya mendorong loyalitas. Konsumen tak hanya membeli produk, tapi juga menjadi bagian dari komunitas dan identitas yang diwakili brand tersebut. “Kami bangga karena kami memakainya”
Bagi brand ini lebih dari sekadar menjual, emotional marketing adalah kunci untuk membangun koneksi “membangun aliansi dan komunikasi” yang bermakna dengan konsumen agar mencapai grafik kesuksesan yang bertahan lama.
Satu pendekatan yang mewujudkan sentimen baik.
Membangun Brand Dengan Emotional Marketing
Headline yang menarik disini adalah Membangun brand dengan emotional marketing demi menciptakan koneksi yang mendalam dan berkelanjutan. Jujur saja, marketing yang baik itu bisa saja membuat perusahaan terlihat “sepertinya ini pintar” Hebat yaa bu Manager. Tapi marketing yang hebat adalah bagaimana cara membuat pelanggan kita merasa pintar.
Di era yang penuh dengan hiruk pikuk informasi digitasi dan persaingan ketat, membangun brand yang “kuat dan tahan lama bagai pria perkasa”, membutuhkan lebih dari sekadar menawarkan produk berkualitas tinggi atau harga yang kompetitif.
Konsumen masa kini mendambakan koneksi yang lebih dalam dengan brand, “seperti ikatan cinta fitri” koneksi yang tidak hanya didasari pada kebutuhan fungsional, tetapi juga pada pemenuhan nilai emosi, menusuk perasaan, dan memberi nilai-nilai ‘style tinggi’ yang konsumen anut.
Di sinilah emotional marketing hadir sebagai strategi yang ampuh untuk membangun brand yang tidak mudah kita lupakan dalam ingatan. Dengan ‘mengupload perasaan’ dan ‘membangun cerita yang menyentuh hati’, brand dapat menjalin hubungan yang lebih personal dengan konsumen, menjaga ketetapan loyalitas, dan mendorong advokasi brand.
“Secara tidak sadar, kadang kala kita membela brand yang kita gunakan, bukan karena kita dibayar untuk membela itu, tapi karena dirimu telah terlanjur cinta”.
Emotional marketing bukan sekadar menjual produk, ini tentang menjual emosi.
Bagaimana Cara Emotional Marketing Bekerja?
Emotional marketing memanfaatkan kekuatan cerita impian, tatapan visual, dan musik untuk menciptakan pengalaman yang menarik, berkesan, dan emosional bagi konsumen. Brand yang sukses dalam emotional marketing mampu menyelami nilai-nilai dan aspirasi maunya kita si pengguna.
Satu gagasan besar yang membangun nilai-nilai dalam setiap aspek brand. Mulai dari logo yang “waah banget”, dan slogan “berkelas”, hingga desain produk “gue banget”, dan kampanye marketing “yang tidak hanya melihat kami ‘konsemen’ sebagai target penjualan”.
Kami ingin di anggap bagian dari kebanggaan.
Apa Manfaat?
Jika kita lihat sepintas tak begitu bermanfaat, seehh. Tapi, ini seperti koin seribu, di antara uang satu juta. Tak banyak, tapi tanpa mereka apalah arti dari semua ini. Manfaat emotional marketing bagi brand sangatlah beragam. Umumnya kami simpulkan manfaat Emotional Marketing itu, semata-mata demi:
- Meningkatkan brand awareness dan engagement;
- Membangun loyalitas pelanggan dan advokasi brand;
- Meningkatkan penjualan dan profitabilitas;
- Memperkuat reputasi dan citra brand; serta
- Membedakan brand dari kompetitor.
Tentunya, emotional marketing bukanlah strategi mie instan yang semua serba cepat dan mudah. Membutuhkan komitmen jangka panjang “debatlah dulu dalam rapat, apa-apa yang akan kamu hadirkan kedalam emosi ini”. Dan tentunya ini membutuhkan dedikasi, dan pemahaman yang mendalam tentang target audiens.
Namun, bagi brand yang berani mengambil langkah ini, emotional marketing menawarkan peluang untuk membangun koneksi yang langgeng dan bermakna dengan konsumen, dan mencapai kesuksesan yang bertahan lama hingga beberapa keturunan.
Satu Pendekatan Yang Mewujudkan Sentimen Baik
Emotional marketing dan sentimen baik adalah dua konsep yang saling terkait. Emotional marketing adalah pendekatan yang ampuh untuk membangun brand yang kuat dan menciptakan sentimen baik di hati konsumen.
Memahami ‘kekuatan emosi” dan menggunakannya dengan cara yang autentik dan kreatif, brand dapat mencapai kesuksesan yang langgeng dan meninggalkan jejak digital dan cerita positif di dalam dunia memandang.
Sebenarnya konsumen “tidak ambil pusing” dan tidak terlalu peduli dengan pendekatan seperti ini. Sama seperti seorang ahli marketing, yang mereka pedulikan adalah dengan konversi.
Itu sebabnya mereka menguji apakah ini bekerja atau tidak.
Buatlah itu menjadi simple. Buat itu menjadi mudah untuk diingat, mudah pula untuk dilihat. Ambil risiko dan teruslah menguji, karena apa yang berhasil hari ini, belum tentu akan berhasil besok. Tetapi “jangan lupakan apa yang berhasil kemarin” karena boleh jadi itu dapat berhasil kembali.
Penutup yang bisa kita tangkap adalah untuk menjadi viral bukanlah suatu hasil dari apa yang di namakan marketing. “Itu tidak lebih hanyalah sebuah kejadian”. Yaa, kadang-kadang itu terjadi dan terkadang itu juga tidak. Ingat lah bahwa konsumen mu adalah bagian dari kamu, dan penjualan adalah satu nilai kewarasan.
Salam Dyarinotescom.