Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Micromanagement: Molornya Kreativitas & Kemajuan Kerja

Share:

Banyak sekali problematika yang terjadi di tempat kerja Yaa! Perselisihan antar karyawanlah, dengan atasan juga ada, para kompetitor pastinya, bahkan dengan klien sekalipun, tidak bisa kita elakkan. Tapi ada satu problematika internal yang sedang hangat-hangatnya di bicarakan saat ini. Itu mereka namai dengan Micromanagement, si biang kerok hancurnya kreativitas dan kemajuan kerja sebagai anggota tim yang paling sering molor.

 

Mereka mengatakan dengan penuh kesal bahwa “Micromanagement menjadi jeruji besi kreativitas dan produktivitas”. Kami terjebak dalam micromanagement! Dan ketika kepercayaan itu hilang, moral kami pun langsung memudar. Bagaimana kami bisa kerja? jika semua di awasi terus menerus dengan satu modal dagang “ketidakpercayaan”.

Sacara kasak kusuk, sebenarnya apa sih itu Micromanagement?

Singkat saja, Micromanagement itu gaya kepemimpinan di mana seorang atasan mengawasi dan mengendalikan pekerjaan karyawan secara berlebihan. Seperti: kritik yang tidak membangun (asal bunyi saja), pengawasan super ketat (mata jelalatan), kurang memberikan kepercayaan, dan terlalu fokus pada detail yang tidak perlu.

 

Mengapa Micromanagement Menjadi Jeruji Besi Kreativitas dan Produktivitas

Mengapa itu bisa mematikan Kreativitas? Ini terkait dengan Ketakutan akan Kritik yang berlebihan. Micromanagement menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa “lebih takut” untuk mengambil risiko atau mencoba ide-ide baru karena ‘terlalu parno’ akan kritik atau koreksi dari ‘situ si atasan’.

Hal ini memadamkan Produktivitas dan semangat kerja lho. Neeh barang sungguh membatasi ruang gerak karyawan untuk mengekspresikan ide-ide, untuk ditempatkan pada program kerja, dan mencari solusi kreatif dengan caranya sendiri.

Mereka terikat, sesak, pada instruksi dan proses yang kaku lagi garing, sehingga akan sangat menghambat pemikiran, inovasi, seperti halnya out-of-the-box gitu. Ketika setiap langkah diawasi, secara ‘perintilan’ dan dikendalikan, “kami karyawan kehilangan rasa kepemilikan” atas pekerjaan mereka.

Kami sebagai anggota tim tidak merasa termotivasi untuk memberikan yang terbaik karena tidak merasa memiliki kontribusi yang signifikan. Sepertinya tidak dianggap gitu. “Kami hanya dijadikan tim hore-hore saja”. Padahal kamu seorang yang giat bekerja. Kasihan yaa kami.

 

Terjebak Di Dalam, Ketika Kepercayaan Itu Hilang, Moral Pun Memudar

Sejujurnya, Micromanagement mencerminkan ‘remehnya kamu’ dan kemampuan kamu sebagai seseorang yang mampu. Atasan merasa perlu mengawasi setiap langkah untuk memastikan pekerjaan dilakukan dengan benar tanpa celah untuk koreksi kembali. “Bergerak ke kanan di batasi, bergerak ke kiri di amati” Hal ini membuat orang merasa tidak di percaya dan diragukan kemampuannya.

Di sanalah mereka (karyawan) merasa Kehilangan Kepercayaan Diri. Di bawah pengawasan dan kontrol “yang terlalu berlebihan ketatnya, bagai celana pensil”, karyawan pun kehilangan sentuhan magis mereka.

Mereka merasa tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik tanpa arahan dan koreksi konstan dari atasan. “Sudah betul belum pak, sudah baik belum bu” dsb. Hal ini menghambat mereka untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kemampuan mereka.

Pada pilihan akhir, karyawan yang merasa tertimpa bencana micromanaged, lebih memilih mencari peluang di tempat lain di mana mereka merasa lebih dimanusiakan dan dipercaya. Hal ini dapat menyebabkan turnover karyawan yang tinggi, yang berakibat pada hilangnya pengetahuan dan pengalaman berharga bagi perusahaan.

 

Membongkar! Menuju Kepemimpinan yang Membangun

Micromanagement, bagaikan racun yang menggerogoti kepercayaan dan produktivitas tim, telah lama menjadi momok bagi para anggota. Di bawah bayang-bayangnya, kreativitas terkubur, moral memudar, dan semangat kerja meredup. Untungnya, racun ini bukan tak terkalahkan. Lalu bagaimana caranya?

Lakukan Delegasi tugas dan tanggung jawab.

“Berikan karyawan kepercayaan dong” dengan mendelegasikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. Ini menunjukkan bahwa kamu sebagai “The Real Bos” percaya pada kemampuan mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berkembang.

Mulailah Untuk Mendengarkan dan hargai masukan.

Luangkan waktu untuk mendengarkan masukan dan ide-ide semua anggota tim ‘jika ada waktu’. Tunjukkan kepada mereka bahwa kamu sebagai pimpinan menghargai kontribusi mereka dan bahwa pendapat mereka itu sama pentingnya dengan keuntungan perusahaan.

Otonomi sebagai kedaulatan.

Berikan karyawan otonomi untuk menyelesaikan tugas mereka dengan cara mereka sendiri. Ini memungkinkan mereka untuk menggunakan kesadaran akan pentingnya kreativitas dan inisiatif, untuk meningkatkan rasa kepemilikan atas pekerjaan mereka. Sederhana tapi ini penting.

 

Tim yang Sukses, Alternatif Micromanagement

Kesuksesan sebuah tim terletak pada seni mengelolanya. Misalnya pada urusan kepercayaan dan rasa hormat. Pemimpin harus membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat dengan para anggotanya. Hal ini dapat di lakukan dengan memberikan mereka kedaulatan pada apa yang di kerjakan dan tanggung jawab, serta mendengarkan masukan mereka dengan seksama.

Hey! dirimu yang mengaku seorang pimpinan, bisakah kamu secara teratur berkomunikasi dengan para anggotamu tentang tujuan, ekspektasi, dan kemajuan. Tim yang sukses itu, tim yang bekerja sama dengan baik. Mendorong kolaborasi dan kerjasama antar anggota tim, sehingga semua personil dapat saling membantu dan mencapai tujuan bersama.

Tentunya juga harus memberdayakan para anggota untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. “Jangan di biarkan anggota tim menjadi abadi bodoh nya” Mentok pada kemampuan yang itu-itu saja. Beri mereka ruang pelatihan woyy, beri kesempatan dan peluang pengembangan, dan juga umpan balik yang konstruktif.

Harus dan harusnya kamu memberikan pengakuan, dan menghargai kontribusi para keberhasilan sekecil apapun. Hal ini dapat di lakukan dengan memberikan penghargaan, pujian, bonus, dan peluang untuk maju dalam bidang yang sedang mereka kerjakan.

 

Delegasi yang Efektif Pada Catatan Akhir

Mendelegasikan tugas secara efektif, dapat membebaskan diri mu “sebagai pimpinan!” dari serangan micromanagement, teruntuk dan demi meningkatkan produktivitas, terutama dalam membangun tim pilahan yang lebih kuat. Pilah anggota tim yang memiliki keterampilan, pengalaman, dan kemauan yang di perlukan untuk menyelesaikan tugas.

“Jangan asal comot sini, comot sana, sesuai selera yang penting ada saja gituh”. Ujung-ujungnya kamu sebagai pimpinan bakal repot sendiri di akhir cerita, membersihkan kekacauan yang di akibatkan oleh orang yang tidak sesuai dengan tempatnya.

Kepercayaan itu seperti lukisan. Jika salah meletakkan warna, pastinya tidak akan sesuai harapan. Sejatinya, jika kamu memberikan satu kepercayaan kepada orang yang tidak layak, maka kamu benar-benar memberikan kekuatan untuk menghancurkan diri sendiri. Percaya pada diri sendiri itu penting, setelah itu mulailah belajar mempercayai orang lain, karena belajar mempercayai adalah satu dari tugas hidup yang paling sulit.

 

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.