Pendidikan karakter ala jepang menuju generasi muda yang bermoral dan bertanggung jawab patutlah kita ATM kan (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Kenapa tidak, Jepang yang dulunya lulu lantah dikacangi oleh sekutu, kini menjadi Negara yang maju. Salah satunya yaitu membangun karakter pendidikan.
Dalam 5 menit kedepan Dyarinotescom akan membawa kamu menyelami filosofi di balik pendidikan karakter ala jepang yang ampuh demi percepatan pembangunan sumber daya manusia.
Filosofi di balik Pendidikan
Jepang terkenal dengan budayanya yang disiplin, sopan, dan penuh rasa hormat. Di balik kesuksesan ini, terdapat peran penting pendidikan karakter yang di tanamkan sejak dini. Mengapa begitu?
1. Pondasi yang Kuat
Menanamkan nilai-nilai moral sejak dini baik demi membangun pondasi yang kuat. Pendidikan karakter di Jepang berakar pada nilai-nilai moral universal seperti kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, dan disiplin. Nilai-nilai ini ditanamkan sejak dini melalui berbagai cara, mulai dari cerita rakyat, lagu anak-anak, hingga praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh Otona no Sekai (Dunia Orang Dewasa). Anak-anak diajarkan untuk mandiri dan menyelesaikan tugas rumah tangga sederhana. Seperti merapikan tempat tidur sendiri, atau bisa juga tugas-tugas sederhana lainnya.
Reiho (Etika) yaitu Menyapa dengan sopan, membungkuk hormat, dan menggunakan bahasa yang santun menjadi kebiasaan. Hampir sama juga seperti di tempat kita, yaa.
Renmei (Persatuan) bisa kita sederhanakan Bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan permainan tradisional. Sebenarnya ini mirip-mirip komunitas atau klub.
2. Pengetahuan dan Moralitas
Menyatukan pengetahuan dan moralitas merupakan pembelajaran holistik. Pendidikan karakter di Jepang tidak hanya berfokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter siswa secara menyeluruh. Guru tidak hanya mengajar mata pelajaran, tetapi juga menjadi teladan bagi siswa dan membimbing mereka dalam menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
Semisal, Homeroom. Yaitu Guru bertindak sebagai “orang tua kedua” dan menjalin hubungan dekat dengan siswanya.
Shinkansen (Moralitas), merupakan Pelajaran moral menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Shinkansen dapat dilihat sebagai representasi dari nilai-nilai moral Jepang, seperti: ketepatan waktu, disiplin, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Ini adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya Jepang dan tercermin dalam operasi Shinkansen. Dan juga berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan seperti klub olahraga, seni, dan budaya membantu mengembangkan berbagai aspek karakter siswa.
3. Kemandirian
Menaikkan pilar kemandirian dengan cara membangun rasa tanggung jawab dan disiplin. Pendidikan karakter di Jepang menekankan pentingnya rasa tanggung jawab dan disiplin. Siswa di ajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, disiplin dalam belajar dan mengikuti aturan, serta menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah.
Untuk masalah O-soji (Pembersihan), Siswa membersihkan ruang kelas dan lingkungan sekolah secara mandiri. Mungkin hampir mirip dengan piket kelas yang biasa kita lakukan di sekolah-sekolah dari jaman dahulu kala.
Seiton (Keteraturan), yaitu Barang-barang pribadi di simpan dengan rapi dan teratur. Serta Seiso (Kebersihan) dengan Menjaga kebersihan diri dan lingkungan menjadi kebiasaan.
4. Harmonisasi Masyarakat
Dalam fondasi masyarakat yang harmonis, anak-anak di latih untuk menumbuhkan rasa hormat dan empati. Pendidikan karakter di Jepang menanamkan rasa hormat dan empati kepada orang lain, baik itu teman sebaya, guru, orang tua, maupun anggota masyarakat lainnya. Rasa saling menghargai dan membantu ini menjadi fondasi bagi terciptanya masyarakat yang harmonis.
Sebut saja Rei (Etika), yaitu Menghormati orang tua dan guru, serta menggunakan bahasa yang sopan kepada orang lain.
Jigyo Kunren (Pelatihan Diri) seperti Berlatih untuk membantu orang lain dan berkontribusi pada komunitas.
Renmei (Persatuan) bisa kita katakan Bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok di tanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan permainan tradisional.
5. Keseimbangan
Keseimbangan di dapat dengan menyesuaikan konteks-konteks lokal. Meskipun pendidikan karakter ala Jepang memiliki banyak hal positif untuk dipelajari, penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki budayanya sendiri. Kita perlu menyesuaikan prinsip-prinsip ini dengan konteks lokal agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat kita.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ala Jepang menawarkan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana menumbuhkan generasi muda yang bermoral dan bertanggung jawab. Dengan memahami filosofi di baliknya dan menyesuaikannya dengan konteks lokal, kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa.
Generasi penerus yang semakin tumbuh seiring perkembangan jaman. Tapi, sungguh amat sangat di sayangkan, pendidikan yang sudah “Baik”, katanya, tidak bisa membangkitkan populasi jepang yang semakin tergerus oleh pemikiran dari manusia di dalamnya. Jepang mengalami kemerosotan populasi. “Mungkin saja” itu di sebabkan oleh satu hal. Yaitu: Rasa takut.
Dan keyakinan (agama, dan pendidikan) yang mereka anut, tidak bisa menyembuhkan rasa takut yang berlebihan mereka akan ber-kehidupan selama bertahun-tahun. Tidak bisa menuntun mereka kejalan yang seharusnya manusia jalankan.
Mereka seakan menutup diri atau bahkan “terlalu asyik dengan mainan sendiri” untuk tahu bahwa ada satu petunjuk yang benar di dunia ini, mengalahkan desain manusia. Buka, baca, dan pelajari. Apa itu? Al Quran Nur Karim.
Salam Dyarinotescom.