Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Emotional Disorders: Melemahkan Termasuk Organ Dalam

Share:

Pernahkan merasa sakit kepala tiba-tiba, atau sering mengalami mules dadakan? Mungkin kamu mengira itu hanya masalah sepele yang biasa. Namun, tahukah bahwa pikiran dan tubuh kita terhubung lebih erat dari yang kita bayangkan. Emosi yang kamu rasakan hari ini, seperti tegang, cemas, atau marah sekalipun, memicu reaksi fisik yang saling bertautan di dalam tubuh. Jika berlebihan bisa menjadi Gangguan emosi atau emotional disorders.

Gangguan emosi itu seperti penyakit pikiran dan perasaan. Jika berlebihan tentu saja itu berbahaya, dan yang pasti, membuat orang di sekitar kita menjadi tidak nyaman. Tak ada angin, gak ada hujan, kamu merasa begitu sedih hingga sulit untuk bernapas, atau begitu cemas hingga tubuh berkeringat dan tegang.

Jika sudah begitu, masih bisa disebut ‘biasa’?

 

Emotional Disorders

Apa yang terjadi jika kita tidak bisa mengendalikan emosi, misalnya stres berat?  

Hallo! Barang-barang dirumah pecah, pasangan menjadi sasaran kemarahan, atau orang disebelahmu kamu maki-maki tanpa sadar dan penyesalan. “Sudah gila kali yaa!” Setelah itu tepar kena serangan jantung. Mati!

Amit-amit, deh. Maka dari itu, kenali ‘emotional disorders’ tak terkendali yang bisa saja memperlemah pikiran dan kerja organ dalam tubuh kita.

 

Menjadi Lemah

Lemah itu bukan karena kurang makan, latihan, atau olahraga saja, tapi gangguan emosi juga bisa membuat kamu lemah. “Menjadi lemah termasuk Organ Dalam.” Berikut beberapa organ dalam yang menjadi lemah akibat mengalami gangguan emosional, diantaranya:

 

1. Ketakutan Melemahkan Ginjal

Itu sebabnya kadang kala ketika seseorang ketakutan, bisa terkencing-kencing di celana. Ketika tubuh merasakan satu ancaman atau hal-hal yang mengerikan, “Masuk ke rumah hantu misalnya” sistem saraf simpatik akan langsung bereaksi. Sistem ini akan memicu berbagai respons fisik, seperti peningkatan detak jantung, pernapasan yang lebih cepat, dan pelepasan hormon adrenalin.

Adrenalin ini yang kemudian membuat otot-otot di sekitar kandung kemih menegang, sehingga sulit untuk menahan buang air kecil. Dan akhirnya Suuuuuuurr! Keluar sudah apa yang ditahan selama ini.

 

2. Marah Melemahkan Jantung

Marah yang sering dan intens dapat melemahkan jantung secara bertahap. Ketika marah, tubuh melepaskan hormon stres yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Kondisi ini jika berulang dapat merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko pembentukan plak, dan pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Selain itu, stres kronis akibat marah juga dapat memicu kecemasan dan depresi, yang dapat memperburuk kondisi jantung.

 

3. Stres Melemahkan Otak

Stres yang berkepanjangan dapat melemahkan otak secara bertahap. Hormon stres yang terus-menerus diproduksi dapat merusak sel-sel otak, mengganggu koneksi antar neuron, dan mempercepat proses penuaan otak. Akibatnya, kita dapat mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti kesulitan berkonsentrasi, gangguan memori, dan penurunan kemampuan belajar.

Selain itu, stres kronis juga dapat memicu gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, yang dapat semakin memperburuk kondisi otak.

 

4. Kecemasan Melemahkan Lambung

Kecemasan yang berkepanjangan dapat melemahkan lambung secara bertahap. Ketika merasa cemas, tubuh melepaskan hormon stres yang dapat mengganggu sistem pencernaan, meningkatkan produksi asam lambung, dan menyebabkan iritasi pada dinding lambung.

Kondisi ini jika berulang dapat memicu berbagai masalah pencernaan, seperti maag, dan sindrom iritasi usus besar (IBS). Selain itu, kecemasan juga dapat mengganggu pola makan dan kebiasaan tidur, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah pencernaan.

 

5. Sedih Melemahkan Paru-Paru

Kesedihan yang mendalam dan berkepanjangan dapat melemahkan paru-paru secara bertahap. Ketika sedih, tubuh cenderung menahan napas atau bernapas lebih dangkal, sehingga pasokan oksigen ke paru-paru berkurang dan proses pembuangan karbon dioksida terhambat.

Kondisi ini jika berulang dapat memicu berbagai masalah pernapasan, seperti sesak napas, asma, dan gangguan pernapasan lainnya. Selain itu, kesedihan juga dapat mengganggu pola tidur dan nafsu makan, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi paru-paru.

 

Bagaimana Cara?

Jika emotional disorders, seperti ketakutan, marah, stres, kecemasan, dan kesedihan terbukti dapat melemahkan organ tubuh, maka jelaslah bahwa: Kesehatan mental dan fisik memiliki hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Pertanyaannya bukan lagi mana yang lebih didahulukan, melainkan bagaimana keduanya dapat mencapai keseimbangan optimal. Sebab, kesehatan mental yang buruk dapat memicu masalah fisik, begitu pun sebaliknya.

Bagaimana mencapai keseimbangan antara emosi dan tubuh?

Kesehatan yang optimal adalah hasil keseimbangan antara emosi, pikiran, dan tubuh. Jika emosi terkendali, pikiran bernalar dengan baik, maka tubuh akan sehat. Hal tersebut saling terhubung serta memengaruhi satu sama lain.

 

Emosi Yang Terkendali

Kunci untuk mengendalikan emosi adalah dengan menemukan cara yang paling cocok untukmu. Jangan ragu untuk mencoba berbagai cara hingga kamu menemukan aktivitas yang bisa membantumu merasa lebih baik. Lakukan dengan:

 

1. “Gamer” Emosi

Tingkatkan kesadaranmu! Coba perhatikan dengan seksama apa yang kamu rasakan saat ini. Rasakan aliran napas masuk dan keluar, atau dengarkan suara di sekitarmu. Seperti meningkatkan level dalam game, “yaa gak seeh?” tapi kali ini kamu sedang meningkatkan kesadaran diri.

Taukah kamu, ternyata menulis jurnal itu seperti berbicara dengan cermin. Kita akan menemukan jawaban atas banyak pertanyaan yang selama ini kamu tanyakan pada diri sendiri. Ini sama baiknya ketika kita “Unlock Mode Santai”, yaitu melakukan relaksasi seperti pernapasan dalam, ngaso-ngaso, atau meditasi.

 

2. “Chef” Emosi

Memasak adalah terapi yang luar biasa. Dengan fokus pada setiap langkah, dari memotong bahan hingga menata piring, kita bisa melatih kesabaran dan meningkatkan konsentrasi. Aroma makanan yang harum dan rasa yang lezat adalah hadiah yang sempurna untuk diri sendiri setelah seharian beraktivitas.

Selain itu, memasak juga bisa menjadi ajang untuk bereksperimen dan menyalurkan kreativitas. Jadi, jangan ragu untuk mencoba resep baru dan menciptakan hidangan yang unik!

 

3. “Artis” Emosi

Ekspresikan dirimu kawan. Tak perlu jadi pelukis profesional untuk melukis. Coba corat-coret di kertas atau kanvas, biarkan emosi mengalir lewat warna dan garis. Dengar lagu favoritmu, nyanyi sekencang-kencangnya, atau joget saja sepuasmu. Yang penting, kamu merasa senang dan bebas.

 

4. “Traveler” Emosi

Berada di alam adalah terapi gratis yang paling efektif. Jalan-jalan di taman, pantai, atau hutan bisa menjadi “air mineral saat buka puasa” mengobati pikiran yang lelah. Suara deburan ombak, kicau burung, atau gemerisik daun bisa membantu melepaskan beban dan meningkatkan mood.

Perjalanan adalah petualangan bersama yang akan membuka pintu kebisuan. Melaluinya, kita akan menemukan sisi-sisi baru dari diri kita dan orang-orang yang bersama kita dalam perjalanan. “Ajak mereka maka kamu akan lebih mengenalnya lebih dekat.”

 

5. “Social Media” Emosi

Komunitas adalah tempat yang sempurna untuk bertemu orang-orang baru yang memiliki minat yang sama. Jangan ragu untuk ikut serta dalam kegiatan komunitas, seperti diskusi, workshop, atau acara gathering. Dengan begitu, kamu tidak hanya bisa belajar hal-hal baru, tetapi juga mendapatkan dukungan dari orang-orang yang mengerti kamu.

 

Emosi Meracuni Tubuhmu Perlahan

Emosi, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi racun yang perlahan menggerogoti kesehatan. Ingat bahwa kita memiliki kendali atas emosi kita. Dengan kesadaran dan upaya, kita dapat mengubah pola pikir dan perilaku yang merusak diri maupun orang lain.

Pahami bagaimana ‘emotional disorders’ bekerja dan dampak yang diakibatkannya. Jika perlu, ambil langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan emosi, pikiran, dan tubuh. Sudah saatnya kita berhenti menganggap remeh kesehatan mental.

Emosi adalah bagian dari harapan untuk mengetahui bahwa hidup tidak sejahat yang kamu pikirkan.

 

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.