Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Karena Fear Of People Opinion (FOPO) Jadi Hapus Akun Deh

Share:

Pernah ngalamin gak sih tiba-tiba cemas, dan mau ngilang dulu dari sosmed? Bukan karena lagi diet gadget yaa, tapi karena takut di-judge orang. Yup, Fear of People Opinion atau FOPO menjadi momok yang membuat banyak orang mikir dua kali lebih banyak, buat posting sesuatu. Apalagi kalau lagi bahas topik yang sensitif, politik, pilkada, bla, bla misalnya.

Wah siap-siap saja diserbu komentar pedaaasss!

Capek di hujat jadi gak bisa tidur, dan akhirnya “nyerah”, memutuskan untuk keluar dari dunia maya. “Aku gak mau di cap sebagai keyboard warrior, atau buzer, haters, atau apapunlah itu.” Sumpah! gak nyaman banget. Padahal, setiap orang punya hak untuk berpendapat. Tapi, karena di goreng-goreng terus, jadinya stres, menutup diri, diam, dan endingnya memilih opsi dengan menghapus akun media sosial.

Selesai!

 

Fear Of People Opinion (FOPO)

Fear of People’s Opinion (FOPO) adalah ketakutan yang di rasakan seseorang terhadap penilaian atau pendapat orang lain tentang dirinya. Ini bisa mencakup berbagai hal, mulai dari penampilan fisikkah, pilihan gaya hidup, pemikiran, kelakuan, hingga pandangan politik atau agama.

Seseorang yang mengalami FOPO, misalnya, seringkali merasa ‘cemas berlebih’ ketika harus berinteraksi dengan orang lain atau mengungkapkan pendapatnya karena takut dianggap salah, sakit, aneh, gila atau tidak cocok dengan mereka yang mengaku dirinya sebagai netizen.

Singkatnya, FOPO adalah rasa takut yang berlebihan akan penilaian orang lain.

 

Karena FOPO Aku Jadi Harus Hapus Akun

FOPO, “ketakutan akan pendapat orang lain”, seringkali mendorong kita pada bayang-bayang: bullying online. Ancaman komentar jahat dan hinaan yang membabi buta membuat Dunia ini serasa tidak aman. ☹ Tidak ada tempat bagiku untuk bersuara.

Setiap unggahan yang kita bagikan terasa seperti perjudian, di mana kita bisa menang atau kalah. Jika kalah, siap-siap saja menghadapi serangan verbal yang kejam. “Biskuit coklat menjadi seperti kotoran ternak”. Jika menang pun tak ada artinya.

Bullying online tidak hanya sekadar kata-kata kasar, tapi juga serangan terhadap keluarga, harga diri, dan kepercayaan diri kita. “kena mental” Rasanya seperti wajah kita dicoret-coret dengan tinta hitam, diubah menjadi sosok yang mengerikan dan tidak manusiawi.

 

Apa buktinya bahwa kamu itu FOPO?

Bukti Bahwa Kita Sedang FOPO

Era digital saat ini, serangan netizen bisa menjadi pemicu utama munculnya FOPO, lho.

Beberapa tanda yang menunjukkan seseorang sedang mengalami FOPO akibat serangan tersebut, misalnya: menghindari media sosial, baik dengan membatasi waktu penggunaan, mengubah nama akun, atau bahkan menghapus akun sepenuhnya.

Selain itu, mereka juga cenderung menghapus komentar, atau unggahan yang di anggap kontroversial, meskipun sebelumnya mereka yakin dengan apa yang mereka buat. Apesnya komentar tersebut sudah terlanjur di Screenshot. Hadeeeh!

 

Jadi barang bukti digital yang tepat untuk selanjutnya disidang secara sosial sebagai hakimnya.

Tanda lainnya adalah perubahan perilaku di dunia nyata jelas-jelas terlihat. Yang awalnya lembut menjadi kasar karena pertanyaan-pertanyaan, menjadi lebih pendiam, mudah tersinggung, atau bahkan menarik diri dari pergaulan.

FOPO yang di picu oleh serangan netizen juga bisa memicu ketidakpercayaan diri tentang “mau apa gue ini?”. Seseorang yang mengalami FOPO cenderung meragukan setiap keputusan yang mereka ambil, karena takut membuat kesalahan. Dan terkadang membuat mereka sangat-sangat terlihat konyol dan bodoh.

Mereka mulai cemas saat akan berinteraksi dengan orang lain, baik secara online maupun offline. Anehnya, yang paling khas adalah muncul satu perasaan penyesalan dan rasa bersalah yang berlebihan, padahal mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, lho.

Sepertinya mereka menyesal “mengapa semua jadi begini?”

 

Lagian, Mengapa Juga Harus Hapus Akun

Jika menjadi target serangan sekelompok orang yang mengaku sebagai netizen, menghapus akun bukanlah satu-satunya solusi. Ada cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi situasi ini. Misalnya, kita bisa:

 

1. Mencari Siapa Orang Dibalik Layar

Serangan netizen yang terorganisir ini patut menjadi perhatian serius.

Untuk menghentikan serangan serupa di masa mendatang, kita perlu mengungkap siapa dalang di baliknya. Isu bisa di kalahkan dengan isu. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan ruang diskusi tanpa penggiringan opini, sehat bagi pemikiran, dan bebas dari intimidasi satu golongan.

 

2. Jangan Mundur

Terkena serangan netizen ibarat tersudut di arena pertarungan. Jangan langsung menyerah dan mundur. Sebaliknya, hadapilah dengan kepala tegak. Seperti menghadapi harimau di hutan, kita perlu strategi cerdik.

Jika harimau butuh daging, beri mereka daging. Jika wartawan butuh berita, beri mereka cerita. Dan jika netizen butuh kepuasan, tambahi kemenangan itu dengan ‘penalaran’ bahwa tidak ada yang di perebutkan di sini.

Okeylah kalian menang. Lalu, maunya apa?

Jangan pernah mundur, apalagi berniat untuk kabur! Klarifikasi yang tepat dan tegas bisa menjadi senjata ampuh untuk melumpuhkan serangan dan memulihkan nama baik, dan terlepas dari Fear of People’s Opinion (FOPO).

 

3. Sadari

Yang pasti, semua manusia tidak luput dari kesalahan.

Karena sejujurnya: “Seseorang yang sering mengatakan orang lain ‘dungu’ sekalipun, tidak lah lebih pintar.” Lho, mengapa? “Karena ternyata, Ia tidak punya kosa kata lain selain itu di kepalanya”. Mereka hanya bisa itu.

Jika kita memang melakukan kesalahan, anggaplah itu sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh. Ingat, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Setiap orang punya sudut pandang yang berbeda kan.

 

4. Temukan Relasi Abadi

Hubungan manusia ibarat roda yang terus berputar.

Hari ini kita mungkin berselisih, besok bisa jadi kita bersatu kembali. Yang penting adalah menjaga diri tetap terbuka. Lingkungi dirimu dengan orang-orang yang mengangkatmu, bukan yang menjatuhkanmu.

Bergaul dengan mereka yang selalu memberikan energi positif dan menghargai setiap langkahmu. Jauhilah mereka yang hanya membawa racun ke dalam hidupmu. Salam dari para penjilat.

 

5. Manfaatkan Serangan Tersebut Bagai Bola Liar

Manfaatkan serangan netizen sebagai batu loncatan untuk membuktikan diri.

Seperti kisah underdog yang sering kita dengar, serangan yang awalnya menyakitkan bisa menjadi pemicu perubahan yang luar biasa. Jadikan cibiran sebagai pupuk yang menyuburkan semangatmu. Banyak orang yang pernah mengalami hal serupa, namun justru bangkit lebih kuat dan menginspirasi banyak orang.

 

Yang Paling Penting Ketika Fear of People’s Opinion (FOPO)

FOPO mungkin terasa seperti angkat beban berat, tapi ingat, kamu memiliki kekuatan untuk mengatasinya. Pahamkan? Hujan itu tak selamanya deras, kawan. Dengan kesadaran diri, dukungan dari orang terdekat, dan juga langkah-langkah kecil yang konsisten, kamu bisa melepaskan diri dari belenggu penilaian orang lain yang berbeda.

Jadilah dirimu sendiri, dan biarkan dunia terpesona dengan alis tebalmu. LOL

 

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.