Eh, Baca Deh, Ada Cara Stop Overthinking Cuma Semenit Loh

  • Post author:
  • Post category:Did You Know
  • Post last modified:November 20, 2025
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Eh, Baca Deh, Ada Cara Stop Overthinking Cuma Semenit Loh

Lagi-lagi Nggak Bisa Tidur. Padahal mata udah 5 watt, bantal udah posisi paling nyaman sedunia, dan selimut udah membalut rapi kayak burito. Tapi, tiba-tiba otak malah ngajak “evaluasi dadakan” jam 2 pagi. Kata Enci ini tuuh Overthinking.

Bukan bahas strategi perdamaian dunia, tapi malah memutar ulang kejadian absurd lima tahun lalu saat kamu salah sapa orang di mal, atau mendadak bikin skenario drama: “Gimana kalau besok pas lagi asyik ngerjain tugas, komputer meledak, terus aku dikeluarin, terus aku jadi pengamen?”

Sudah gila kali yaa 😂…

 

Jujur aja, rasanya kayak ada sutradara film indie di dalam kepala yang maksa kita nonton film horor psikologis tanpa henti. Kamu cuma bisa natap langit-langit kamar sambil nge-scroll medsos tanpa tujuan, berharap rasa ngantuk itu datang lagi.

Padahal realitanya, gak ada apa-apa yang terjadi. Cuma sunyi, suara jangkrik, satpam yang wara-wiri, dan isi kepala yang berisik kayak pasar PIK.

 

Kenapa Sih Otak Kita Hobi Banget ‘Drama’?

Otak kita itu canggih banget, saking canggihnya kadang jadi over-protective. Dia didesain buat nyari bahaya biar kita selamat.

Masalahnya, di zaman now, “bahaya” buat otak kita bukan lagi dikejar harimau, tapi lebih ke “Duh, dia kok balas chat singkat banget ya?” atau “Jangan-jangan orang-orang ngomongin aku.” Alhasil, otak merespons hal-hal sepele itu dengan level panik yang sama kayak ketemu hewan buas.

Lebay? Emang. Tapi itulah cara kerjanya.

Seringkali kita terjebak dalam lingkaran setan bernama “What If”. Kita sibuk mencemaskan masa depan yang belum tentu kejadian, atau menyesali masa lalu yang udah nggak bisa diubah. Energi habis cuma buat mikirin hal-hal fiktif. Rasanya capek banget, kan? Kayak lari maraton tapi nggak gerak dari tempat tidur.

Mental drained, fisik ikutan lemas.

Nah, kalau udah begini, kuncinya bukan “mematikan” otak (karena itu mustahil, kecuali kamu robot), tapi ngasih dia istirahat sejenak. Kita butuh tombol pause. Dan kabar baiknya, tombol itu ada, gratis, dan cuma butuh waktu kurang dari waktu yang kamu habisin buat nunggu mi instan matang.

Penasaran?

 

5 Rahasia 60 Detik: Tombol ‘Pause’ untuk Otakmu

Jangan buru-buru skip karena mikir ini bakal nyuruh kamu “tarik napas, buang napas” ala instruktur bantet yang senam komplek. Itu mah basi!

Ini mungkin kedengarannya agak aneh, konyol, atau bahkan bikin kamu mikir, “Ini penulisnya sehat gak seeh?” Tapi percayalah, ini adalah hacks psikologis (neuro-hacks) yang jarang orang tau buat memutus sirkuit overthinking secara instan.

Demi kewarasan mental, lakukan dengan:

 

1. Jurus “Guncang Bebek” (The Shake)

Pernah liat bebek atau anjing habis kena air? Mereka bakal ngegoyangin seluruh badan, kan? Di dunia psikologi, ini cara alami makhluk hidup buang hormon stres yang numpuk. Jadi, coba berdiri, terus guncangkan tangan, kaki, dan badanmu sebebas mungkin selama 15 detik.

Rasanya konyol abis, tapi sensasi “geli” di badan itu bakal ngereset sistem saraf kamu yang lagi tegang. Shake it off, literally!

 

2. Mode “Mata Panorama” (Peripheral Vision)

Pas lagi panik atau overthinking, mata kita otomatis jadi “fokus sempit” (tunnel vision), seolah-olah masalah ada tepat di depan hidung. Cara lawannya? Lunakkan pandanganmu. Jangan fokus ke satu titik, tapi coba sadari apa yang ada di ujung kiri dan kanan matamu tanpa menoleh.

Lebarkan pandangan jadi mode “panorama”. Saat pandangan meluas, otak otomatis ngerem mode “bahaya” dan jadi lebih rileks.

Masih ada lagi.

 

3. Panggil Nama Sendiri (The Third Person)

Kedengarannya kayak orang agak “gesges”, tapi ini ampuh. Alih-alih batin “Duh, aku takut banget nih,” coba ganti jadi “Oke [Nama Kamu], kamu lagi takut sekarang, dan itu wajar.” Misal: “Oke Burhan atau Caca, tarik napas, jangan drama.”

Teknik ini bikin jarak psikologis antara kamu dan emosimu. Kamu jadi pengamat masalah, bukan korban masalah. Cakep!

Sudah tahu?

 

4. Senam “Muka Penyo”

Stres sering ngumpul di rahang tanpa kita sadari. Coba luangkan 10 detik buat bikin muka sejelek mungkin. Kerutkan dahi, monyongkan bibir, buka mulut lebar-lebar, terus lemaskan lagi. Ulangi beberapa kali. Pas otot muka rileks, sinyal “aman” bakal dikirim ke otak.

Lagian, susah lho mau sedih atau cemas kalau muka kita lagi monyong-monyong kocak begitu. Hihihi 😁.

Dan terakhir, lakukan:

 

5. Napas “Double Inhale” (Physiological Sigh)

Ini bukan napas biasa, ini trik biologi yang dipakai atlet pro. Caranya: Tarik napas lewat hidung, pas udah penuh, paksa tarik lagi sedikit napas pendek (jadi dua kali tarikan), terus hembuskan panjang lewat mulut kayak lagi ngeluh lega.

Lakukan 3 kali aja. Jika kurang tambah! Ini satu-satunya cara tercepat buat buang karbondioksida berlebih yang bikin jantung deg-degan. Rasanya kayak habis lari maraton terus duduk di sofa empuk.

Nah, sebenarnya sih gini …

 

Jujur, Awalnya Aku Juga Skeptis…

Waktu pertama kali dengar trik-trik di atas, reaksiku standar banget: “Ah, teori doang. Mana mungkin masalah hidup yang ruwet ini kelar cuma gara-gara napas atau pegang es batu?” Rasanya terlalu too good to be true.

Btw, i tipe orang yang kalau overthinking bisa sampai subuh, meratapi nasib seolah-olah aku tokoh utama film sedih. Jadi, ide nyelesein ini dalam satu menit terdengar agak konyol. Tapi, ada satu momen di mana deadline kerjaan numpuk dan rasanya kepala mau meledak.

Iseng-iseng, aku coba teknik napas itu.

Bukan karena percaya, tapi karena udah putus asa. Dan ternyata… magic happens. Masalahnya emang gak langsung hilang, awalnya. Masalah gak langsung ‘terpecahkan’, tapi gemuruh di kepala mendadak senyap. Jantung yang tadinya maraton jadi lebih santai.

Di situ i sadar, trik semenit ini bukan buat nyelesein masalah dunia, tapi buat balikin kendali diri. Saat kita tenang, kita baru bisa mikir solusi logis. Ternyata selama ini yang bikin berat bukan masalahnya, tapi cara kita ngeresponsnya yang heboh sendiri.

Kita sering lupa kalau kita punya kendali penuh atas tombol pause itu.

 

Yuk, Berdamai dengan Isi Kepala

Overthinking itu manusiawi kok.

Nggak usah merasa bersalah kalau kadang-kadang kamu masih suka terjebak drama otak sendiri. Itu tandanya kamu peduli. Tapi, jangan biarkan kepedulian itu malah jadi racun yang bikin kamu nggak bisa nikmatin hidup. Kasihan tubuh dan mental kamu kalau diajak lembur terus-terusan.

Mulai sekarang, kalau otak mulai ngadi-ngadi bikin skenario aneh, langsung aja praktekin salah satu trik 60 detik tadi. Anggap aja itu P3K buat mental kamu. Ingat, hidup udah cukup rumit tanpa perlu ditambahin bumbu-bumbu drama dari imajinasi sendiri.

Kadang, yang kita butuhkan cuma jeda sebentar untuk sadar kalau semuanya bakal baik-baik aja. Seperti kata Enci tadi: Jangan biarkan hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan, mengganggu hal-hal yang bisa kamu kendalikan.

Stop Overthinking! Keep calm and breathe!

 

Salam Dyarinotescom.

 

Leave a Reply