Di tengah berisiknya frekuensi kehidupan, seringkali kita dihadapkan pada keputusan-keputusan pinggir jurang. Keputusan yang salah bisa ‘berdampak’ pada masa setelahnya. Sebut saja itu dalam karier, misalnya, atau terkait hubungan, bahkan kehidupan secara keseluruhan. Dalam situasi seperti ini, terburu-buru mengambil keputusan seringkali menjadi blunder atau lebih tepatnya “kekonyolan bertindak”. Justru di saat-saat genting inilah, kekuatan jeda menjadi sangat berharga. How You Use The Power of Pause.
Kekuatan Jeda 😐…
Ini sama seperti ketika kita menemukan perempuan cantik atau sebaliknya di pasar, misalnya. Karena ia itu cantik, menawan, menarik, berpenampilan keren😎, mulus dan lain sebagainya, lantas dengan seketika, tanpa ada ‘pertimbangan’ langsung kita jadikan pasangan. Eeh, ternyata “busuk semua tuh barang”.
Nah,
Dengan kesadaran dan ‘kesengajaan’ meluangkan waktu untuk berhenti sejenak, sejatinya kita memberikan ruang bagi otak untuk jernih dalam berpikir, menimbang dalam bertindak, dan menghitung kemungkinan baik buruknya. “Jeda” memungkinkan kita untuk kalkulasi segala aspek dengan lebih cermat, sehingga kita dapat membuat pilihan yang lebih bijak, dan meminimalkan penyesalan di kemudian hari.
The Power of Pause
Bagaimana menggunakan kekuatan jeda (The Power of Pause)?
Sadarkah kita, nge-pause itu bukan sekadar ‘Diam’ layaknya bengong, dan bukan pula membuang-buang waktu. Jeda kita ibaratkan momen sakral untuk merefresh otak yang kebanyakan ‘banding’, mengisi ulang mental “si ayam sayur”, dan membuka pintu bagi kreativitas “bagaimana cara baiknya”.
Lalu,
Bagaimana Menggunakannya?
Ketika kita sengaja meluangkan waktu untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk aktivitas, kita memberi ruang bagi pikiran untuk berkelana bebas, mencari kelas dan cara serta solusi atas masalah yang rumit, atau sekadar menikmati keintiman pikiran. Seperti pertunjukan dan investasi menarik masa depan yang lebih baik.
Setelah mendapatkan “ruang pikiran yang jernih dan tenang”, kita dapat merancang sesuatu dengan benar. Bisa memproyeksikan hasil ke depan, menata rencana berikutnya secara mendalam, metigasi risiko, “menelusuri mentok-nya dimana?” menghasilkan keputusan yang lebih bijak, dan meningkatkan produktivitas. Ini bukan hanya tentang mencapai tujuan jangka pendek, tetapi juga tentang membangun jalur yang kuat untuk kesuksesan yang lebih panjang.
Dengan apa?
1. Kenali Tanda-Tanda Kapan Perlu Nge-Pause
Pernahkah kamu merasa pikiran seperti putaran roda yang tak berhenti? “Pusing! tanpa ada celah selesainya dimana” Atau tubuh terasa letih meski baru saja memulai hari? Itu adalah tanda-tanda universal bahwa kamu itu perlu menekan tombol pause.
Saat otak kita kewalahan dengan informasi, tekanan, dan tuntutan, serta tubuh kelelahan akibat aktivitas yang padat, kemampuan kita untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang tepat, pasti akan terganggu. Seolah-olah otak kita adalah sebuah komputer yang perlu di-restart.
Saatnya Jeda!
Dengan memberikan waktu untuk beristirahat, kita memungkinkan pikiran dan tubuh untuk memulihkan energi dan berfungsi secara optimal. Jadi, jangan abaikan sinyal-sinyal yang dikirimkan tubuh dan pikiran. Istirahat sejenak bagai air dimusim kemarau, dan itu lebih berharga dari harta.
Kemudian,
2. Tentukan Jenis Jeda yang kita Butuhkan
Jeda itu ada macam jenisnya. Untuk memenuhi kebutuhan jeda yang berbeda, kita bisa memilih jenis jeda yang berbeda pula, disesuaikan dengan waktu dan intensitas yang biasa banyak orang butuhkan.
Jeda singkat atau Jeda Kilat, misalnya, cukup beberapa menit untuk melakukan hal sederhana seperti menarik napas dalam, peregangan ringan, atau berjalan-jalan singkat di sekitar lingkungan. Jenis jeda ini sangat efektif untuk menyegarkan pikiran ketika kita merasa lelah atau stres di tengah aktivitas.
Jika membutuhkan waktu yang lebih lama untuk benar-benar rileks, kita bisa mencoba: Jeda Menengah atau Jeda Santai, yang bisa berlangsung beberapa jam. Dalam jeda menengah, kita bisa memanjakan diri dengan aktivitas yang menyenangkan, seperti membaca buku favorit, mendengarkan musik yang menenangkan, atau menikmati keindahan alam.
Bagi mereka yang membutuhkan waktu lebih lama untuk melepaskan diri dari rutinitas, Jeda Panjang atau Jeda Liburan, bisa menjadi pilihan yang tepat. Liburan atau kegiatan yang benar-benar berbeda dari keseharian dapat memberikan kita semangat dan perspektif lain, serta power yang terbarui.
Nge-Jeda Sebelum Putuskan
“The Power of Pause” bukanlah konsep yang baru. Sejak zaman dahulu, manusia telah menyadari pentingnya jeda dalam berbagai situasi. Baik dalam perang, revolusi, reformasi, maupun diplomasi, jeda telah terbukti menjadi alat yang sangat ‘membantu’ untuk mencapai tujuan. Dalam kehidupan sehari-hari pun sama, kita dapat menerapkan prinsip ini untuk mengatasi masalah, membuat keputusan agar lebih baik, dan meningkatkan kualitas hidup.
Terbukti,
Taukah kamu?
Pada awal Perang Dunia II, pasukan Soviet melakukan taktik “penyergapan dalam” yang lebih efektif. Mereka dengan sengaja membiarkan pasukan Jerman maju jauh ke dalam wilayah mereka, lalu melakukan serangan balik yang dahsyat. ‘Jeda yang di sengaja’ ini memungkinkan pasukan Soviet untuk memperkuat pertahanan, menyiapkan serangan balik, dan “Boom!💥” mengejutkan musuh.
Digunakan juga,
Selama perang dingin. Kedua kubu, Amerika Serikat dan Uni Soviet, seringkali berada di ambang perang nuklir. Namun, berkat saluran komunikasi yang terbuka dan keputusan untuk melakukan “Pause” atau jeda sebelum mengambil tindakan, perang besar dapat di hindari. Momen-momen krisis seperti Krisis Kuba menunjukkan betapa pentingnya jeda untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi diplomatik.
Sejenak Berhenti, Seumur Hidup Berarti
Jeda adalah seni. Seni untuk mengendalikan diri, seni untuk menghargai proses, dan seni untuk menemukan titik terang. Dalam era informasi yang serba sat-set, kemampuan untuk berhenti sejenak dan fokus pada apa yang benar-benar penting adalah keterampilan yang tidak semua orang punya, dan pastinya itu berharga.
Hidup adalah sebuah perjalanan. Dan benar, kita perlu berhenti sejenak untuk menikmati, mengisi, atau memperbaiki arah. Jeda dalam pengambilan keputusan ibarat persimpangan. Dengan berhenti sejenak, kita dapat melihat berbagai kemungkinan yang bisa kita ambil, dan memilih jalan yang paling sesuai.
Salam Dyarinotescom.