Tatanan ekonomi dunia sedang mengalami pergeseran yang dramatis. Dulu, negara-negara maju di Barat mendominasi panggung ekonomi global. Kini, kelompok negara berkembang, yang di wakili oleh BRICS, akronim dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, mulai menajamkan pedangnya.
Pertumbuhan ekonomi mereka yang pesat telah mengubah lanskap ekonomi global. Namun, di balik gemerlapnya, BRICS juga di hadapkan pada banyak tantangan, seperti perbedaan kepentingan geopolitik, persaingan ekonomi yang semakin sengit, dan ketidaksetaraan dalam pertumbuhan.
Table of Contents
Toggle
Ada apa dengan: BRICS
Awal Mula Kebangkitan Ekonomi dari Negara-negara Berkembang dengan: BRICS
Kisah BRICS bermula dari sebuah gagasan yang bernalar dari seorang ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill, pada awal tahun 2000-an. Ia melihat potensi besar empat negara berkembang, yakni Brasil, Rusia, India, dan China. O’Neill memproyeksikan bahwa keempat negara ini akan menjadi kekuatan ekonomi utama di dunia pada pertengahan abad ini.
Singkatan BRIC pun lahir dari inisiatifnya.
Seiring berjalannya waktu, keempat negara ini memang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terprediksi mengagumkan. Mereka menyadari bahwa “Kekuatan kami bisa semakin besar jika bersatu.” Pada tahun 2009, KTT pertama BRIC digelar di Rusia, menandai babak baru kerjasama ekonomi antar negara-negara berkembang.
Lalu, apa yang menjadi alasan utama pembentukan BRICS?
Tentu saja ini adalah suara negara berkembang.
BRICS hadir sebagai representasi negara-negara berkembang yang ingin memiliki suara yang lebih besar dalam tatanan ekonomi global yang selama ini didominasi negara-negara maju. Negara-negara BRICS ingin meningkatkan kerjasama ekonomi di antara mereka, seperti perdagangan, investasi, dan transfer teknologi. Selain itu, BRICS juga ingin bersama-sama mencari solusi atas tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidaksetaraan.
Target yang Ingin dicapai?
Cukup mengesankan, BRICS memiliki ambisi yang jauh lebih besar daripada sekadar menjadi kelompok negara berkembang yang bersatu, yaitu menjadi kekuatan ekonomi global yang sejajar dengan negara-negara maju. Dengan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, BRICS meniti tujuan mulia, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara-negara anggotanya.
Melalui lembaga-lembaga, seperti New Development Bank, misalnya, BRICS turut aktif mendukung proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan di negara-negara berkembang. Selain itu, BRICS ingin menjadi motor penggerak kerjasama internasional, dengan tujuan untuk membangun tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang, serta memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dunia.
Seiring berjalannya waktu
Afrika Selatan kemudian bergabung dengan BRICS pada tahun 2010, memperluas jangkauan kelompok ini dan mengubah namanya menjadi BRICS. Sejak saat itu, BRICS terus berkembang dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang paling berpengaruh di dunia.
Singkatnya, BRICS lahir dari visi untuk menciptakan tatanan ekonomi global yang lebih adil dan seimbang. Negara-negara anggota BRICS percaya bahwa dengan bersatu, mereka dapat mengatasi berbagai tantangan global dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.
Meretas Kebangkitan Ekonomi Dunia Baru
Jelas-jelas didepan mata kita, Dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, seringkali digunakan oleh negara-negara Barat sebagai alat atau “senjata!” untuk mencapai tujuan politik mereka. Dengan mengendalikan sistem keuangan global yang didominasi dolar, negara-negara Barat memiliki kemampuan untuk memberikan tekanan ekonomi pada negara lain melalui berbagai cara.
Sebut saja Sanksi ekonomi
Salah satu contoh paling nyata adalah penggunaan sanksi ekonomi. Sanksi ini dapat berupa pembekuan aset, larangan perdagangan, atau pembatasan akses ke pasar keuangan internasional. Sanksi semacam ini seringkali diberlakukan untuk memaksa negara lain mengubah kebijakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan kepentingan negara-negara Barat. Misalnya, sanksi yang pernah diberlakukan terhadap Iran dan Rusia.
Bagaimana dengan Manipulasi nilai tukar?
Negara-negara Barat, dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang negara lain melalui intervensi pasar atau kebijakan moneter. Dengan cara ini, mereka dapat melemahkan ekonomi negara target dan menciptakan ketidakstabilan politik.
Belum lagi, Tekanan pada lembaga keuangan internasional
Negara-negara Barat memiliki pengaruh yang kuat pada lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF. Mereka dapat menggunakan pengaruh ini untuk memberikan pinjaman dengan syarat yang menguntungkan bagi negara-negara Barat, atau bahkan menolak memberikan pinjaman kepada negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan yang diinginkan oleh Barat.
Untuk itu,
BRICS Menjadi Alternatif Baru
Penggunaan dolar sebagai senjata memiliki konsekuensi yang luas, baik bagi negara yang menerapkan sanksi maupun negara yang menjadi sasaran. Sanksi dapat menyebabkan penderitaan bagi masyarakat sipil, mengganggu stabilitas ekonomi global, dan memperburuk hubungan antar negara.
Karena inilah, BRICS hadir.
Bisa saja benar, BRICKS merupakan sebuah blok ekonomi ia sesungguhnya menyimpan intrik politik. Tapi, ingat! BRICS hadir sebagai alternatif yang menjanjikan. Dengan kerja sama yang kuat, BRICS telah berkontribusi banyak bagi negara-negara anggotanya, misalnya dalam hal:
1. Peningkatan Kerjasama Ekonomi
Salah satu tujuan utama BRICS adalah memperkuat kerjasama ekonomi antar negara anggota. Melalui berbagai mekanisme seperti KTT tahunan, forum bisnis, dan kerja sama antar kementerian, BRICS telah berhasil memfasilitasi peningkatan perdagangan, investasi, dan transfer teknologi di antara negara-negara anggotanya. Ini telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan stabil di kawasan masing-masing negara anggota.
2. Pembentukan Lembaga Keuangan Alternatif
Salah satu pencapaian penting BRICS adalah pendirian New Development Bank (NDB). NDB di dirikan sebagai alternatif dari lembaga keuangan internasional yang ada, seperti Bank Dunia. NDB menyediakan pendanaan untuk proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan di negara-negara berkembang, termasuk negara-negara anggota BRICS. Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada lembaga keuangan internasional yang seringkali menerapkan kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan negara-negara berkembang.
3. Koordinasi Kebijakan Makro Ekonomi
BRICS telah meningkatkan koordinasi kebijakan makro ekonomi di antara negara-negara anggotanya. Hal ini di lakukan melalui forum-forum diskusi dan pertukaran informasi mengenai kebijakan moneter, fiskal, dan keuangan. Koordinasi kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas ekonomi regional dan mengurangi dampak negatif dari guncangan eksternal.
4. Promosi De-Dolarisasi
BRICS secara aktif mempromosikan de-dolarisasi, yaitu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS sebagai mata uang utama dalam transaksi internasional. Hal ini di lakukan dengan cara meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral dan mendorong penggunaan mata uang alternatif dalam transaksi internasional.
5. Penguatan Suara Negara Berkembang
BRICS memberikan platform bagi negara-negara berkembang untuk menyuarakan kepentingan mereka di tingkat global. Dengan jumlah populasi dan kekuatan ekonomi yang signifikan, BRICS memiliki pengaruh yang semakin besar dalam forum-forum internasional seperti G20.
6. Pengembangan Infrastruktur
BRICS telah berkontribusi pada pembangunan infrastruktur di negara-negara anggotanya. Melalui NDB dan mekanisme kerjasama lainnya, BRICS telah mendanai berbagai proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. Infrastruktur yang memadai sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konektivitas regional.
7. Promosi Kemandirian Teknologi
Organisasi ini, mendorong pengembangan teknologi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing. Hal ini di lakukan melalui kerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan, transfer teknologi, dan pembentukan perusahaan-perusahaan teknologi lokal.
Harapan Baru Untuk Negara Bertumbuh
Banyak pengamat meyakini bahwa “Inilah saatnya!” dominasi global Amerika Serikat akan semakin berkurang di masa depan!
Beban finansial dan politik yang besar dalam menjalankan peran sebagai ‘polisi dunia’ telah menguras kekuatan mereka. Sejarah telah menunjukkan bahwa kekaisaran-kekaisaran besar seperti Romawi pun runtuh karena kesulitan mengelola wilayah yang luas.
Analogi dengan Romawi ini relevan karena ketika suatu negara adikuasa mulai melemah, negara-negara lain akan melihat peluang untuk menantang hegemoni mereka. Jika Amerika Serikat semakin terbebani, negara-negara seperti anggota BRICS akan semakin berani mengambil langkah-langkah yang sebelumnya mereka hindari.
Lalu, Implikasi bagi Indonesia?
Jika skenario di atas terjadi, Indonesia akan berada dalam posisi yang menguntungkan. Prinsip realisme internasional mengajarkan kita bahwa negara-negara hanya akan bertindak rasional berdasarkan perhitungan kekuatan dan kepentingan.
Jika Amerika Serikat tidak lagi sekuat dulu “Otot-ototnya mulai kendur”, negara-negara lain, termasuk Indonesia, akan memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk menentukan kebijakan luar negeri dan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan nasional.
Dan Sesuatu Pun Terjadi
Tonggak sejarah baru telah di toreh dalam diplomasi Indonesia. Setelah melalui proses panjang, Indonesia kini resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan kelompok BRICS. Pengumuman ini di sampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Indonesia pada KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024 kemarin.
Langkah ini menempatkan Indonesia pada posisi yang strategis dalam tatanan ekonomi global yang semakin dinamis. Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS tidak hanya semakin kuat, tetapi juga semakin inklusif, mewakili kepentingan negara-negara berkembang di seluruh dunia.
Keanggotaan di BRICS di harapkan dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar, menarik investasi, serta memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai forum internasional. Semoga…
Salam Dyarinotescom.