Law of Polarity: Dualitas Dalam Dunia yang Penuh Perspektif

You are currently viewing Law of Polarity: Dualitas Dalam Dunia yang Penuh Perspektif

Pernahkah kamu merasa kebingungan dengan adanya dua sisi yang bertolak belakang dalam setiap situasi? Kebahagiaan dan kesedihan, kanan dan kiri, Kaya dan miskin, terang dan gelap, dll. Semua hal ini seakan-akan saling berpasangan dalam putaran yang terus menerus tanpa ujung. Konsep inilah yang dikenal sebagai Law of Polarity atau Hukum Polaritas.

Polaritas atau ‘dualitas’

Merupakan konsep yang mengajarkan kita bahwa “segala sesuatu di alam semesta memiliki pasangan dan saling berlawanan”. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat berdiri sendiri. Dalam filsafat Jawa, misalnya, konsep ini seringkali dikaitkan dengan konsep dwi tunggal, yang berarti satu yang menjadi dua atau dua yang menjadi satu.

 

Nah, Mengapa Polaritas Terjadi?

Polaritas adalah cerminan dari alam semesta yang dinamis.

Setiap perubahan, setiap pertumbuhan, dan setiap pengalaman melibatkan dua kutub yang saling berinteraksi. Seperti gelas dengan air. Air yang tenang melambangkan keadaan yang statis, tanpa perubahan.

Namun, ketika kita memasukkan sedotan dan kita meniupnya, “Wuup!” air akan beriak dan membentuk pola yang beracak. Riak-riak ini adalah manifestasi dari energi yang bergerak, yang menciptakan polaritas antara titik tertinggi dan terendah dari riak tersebut.

 

Apa menariknya?

Tentu saja menarik. Hukum Polaritas menawarkan berbagai perspektif untuk memahami dunia dan diri kita sendiri. Seperti: perspektif filosofis “yin dan yang”. Ada juga perspektif psikologis “emosi dan kepribadian”, kemudian perspektif fisika, spiritual, dan perspektif sosial “konflik dan ketergantungan”.

Ketika pemahaman kita terhadap Hukum Polaritas baik, akan memberikan perspektif yang lebih luas tentang kehidupan.

Ketika kita menerima kenyataan bahwa “benar!” kita hidup dalam ‘Dualitas’, Alih-alih berusaha menghindari sisi negatif dari kehidupan, kita bisa belajar untuk menerimanya sebagai bagian yang tak terpisahkan. Dengan begitu, kita dapat ‘memetik hikmah’ dari setiap pengalaman yang kita jalani.

 

Baik-nya:

Hukum Polaritas mengajarkan kita, pentingnya mencari keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan. Baik itu, keseimbangan antara pekerjaan dan pertemanan, kehidupan pribadi dan ikatan, plus keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

Kita tahu kan, setiap ada orang memiliki perspektif yang berbeda. Tapi, dengan baiknya pemahaman, kita dapat lebih menghargai perbedaan dan menghindari gesekan pemicu konflik. Sejatinya, sebesar-besar konflik yang terjadi, itu ada di dalam diri kita sendiri.

Nah, konflik batin seringkali muncul karena adanya pertentangan antara dua keinginan atau nilai yang berbeda. Jika ini terselesaikan, kita dapat mencari titik tengah dan menemukan bahasa solusi yang terbaik.

 

‘Polaritas’ dalam Kenyataan Hidup

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali tanpa sadar😧mengalami ‘penampakan’ dari hukum ini. Bukan setan tapi dalam bentuk lain. Mulai dari emosi yang meledak💥 antara kebahagiaan dan kesedihan, hingga keputusan-keputusan yang kita hadapi selalu menyajikan hidangan dua pilihan yang berlawanan.

Memang, ini baik dalam membentuk pola pikir kita.

Misal, ketika fokus pada aspek negatif dari suatu situasi, kita cenderung menarik lebih banyak energi negatif ke dalam hidup kita. Sebaliknya, jika kita memusatkan perhatian pada aspek positif, kita akan menarik lebih banyak hal positif. Ini adalah hukum tarik-menarik yang sering dikaitkan dengan hukum polaritas.

Dalam membangun hubungan juga, sangat terasa.

Kita seringkali tertarik pada orang yang memiliki sifat yang komplementer dengan kita. Seseorang yang sangat introvert mungkin tertarik pada seseorang yang sangat ekstrovert. “Yang bawel tertarik dengan yang pendiam”. Hal ini menciptakan keseimbangan.

Selain itu,

Ini bagian dari proses pertumbuhan dan perubahan.

Setiap perubahan melibatkan pergerakan dari satu keadaan ke keadaan yang lain, yang seringkali melibatkan dua kutub yang berlawanan. Untuk mencapai ‘kemenangan’, kita harus melewati kegagalan terlebih dahulu. Coba lagi, coba lagii…

It does not matter how slowly you go as long as you do not stop. Kegagalan dan kesuksesan itu adalah dua sisi dari mata uang yang sama, dan keduanya diperlukan agar kita segera ‘matang’ dan terus tumbuh.

Tapi, patut disadari ada kenyataan pahit dalam Law of Polarity.

 

Kenyataan Pahit Dalam Law of Polarity

Meskipun Hukum Polaritas menawarkan perspektif yang menarik dan membantu kita memahami dunia, namun ada juga sisi yang kurang menyenangkan. Salah satu kenyataan pahitnya adalah bahwa polaritas seringkali memicu konflik.

Gak keras gak main!

Ketika dua kutub yang berlawanan bertemu, kuat vs lemah, misalnya, seringkali terjadi tarik-menarik yang dapat memicu perdebatan, perselisihan, bahkan perang. “sikat, hancurkan, dsb” Selain itu, polaritas juga dapat memunculkan perasaan negatif seperti kebencian, kecemburuan, dan ketakutan.

Dan ternyata,

Kita terjebak dalam dualisme, membagi dunia menjadi hitam putih, baik dan buruk, tanpa melihat nuansa keabu-abuan yang ada di antara keduanya. Hal ini dapat menghambat kita untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam dan ‘menangkap ini’ secara baik.

Terlebih lagi, polaritas juga dapat memicu sikap ekstrem, di mana seseorang begitu fanatik pada satu ideologi atau keyakinan, sehingga menolak segala pandangan dan ide yang berbeda. Ini dapat mengarah pada polarisasi sosial dan politik yang semakin tajam.

Lalu, bagaimana mengatasi konflik batin yang muncul akibat adanya dua sisi yang berlawanan?

 

Mengatasi Konflik Batin Akibat Dua Sisi Berlawanan

Konflik batin seringkali muncul ketika kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik atau dua nilai yang saling bertentangan. Hal ini wajar terjadi, karena kita sebagai manusia memiliki emosi dan pemikiran.

Nah, untuk mengatasi konflik batin ini, lakukan:

 

1. Akui dan Pahami Konflik

Langkah perdana yang penting adalah mengakui adanya konflik batin.

Jangan berusaha untuk menampik atau mengabaikan konflik. Cobalah untuk menangkap masalah secara mendalam apa yang sebenarnya terjadi. Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sebenarnya aku inginkan?”, “Nilai apa yang paling penting dalam situasi ini?”.

 

2. Timbang Menimbang

Setelah menangkap dan memahami akar masalah, cobalah untuk menimbang semua pertimbangan yang ada. Buatlah daftar pro dan kontra dari setiap pilihan. Dengan cara ini, kamu dapat melihat secara objektif konsekuensi dari setiap keputusan yang akan kita ambil.

Sadar-nya: Jangan biarkan emosi menguasai akal sehat. Jangan takut untuk mengambil risiko, tetapi lakukan dengan pertimbangan yang matang.

 

3. Perspektif yang Berbeda

Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Bicaralah dengan orang yang kita percaya, atau cari informasi tambahan yang relevan. Perspektif baru dapat memberikan kita wawasan yang berbeda dan membantu menemukan solusi pilihan yang bisa saja itu lebih baik.

Ingat-nya: Setiap orang membawa dunia mereka sendiri ke dalam ruangan dan meiliki kebenarannya sendiri.

 

4. Prioritaskan Nilai-nilai

Nilai-nilai apa yang penting dalam hidup ini?

Identifikasi nilai-nilai yang paling penting bagi kita dengan penuh kesadaran tanpa memihak atau terdorong sesuatu. Dengan begitu, kita akan lebih mudah membuat keputusan yang selaras dengan diri kita. Ingat, ini tentang Prioritaskan nilai, bukan keinginan.

Karena, dalam setiap keputusan yang kita ambil, nilai-nilai kita akan menjadi pedoman. Dengan begitu, kita tidak akan menyesali pilihan yang kita buat.

 

5. Tidak Selalu Ada Jawaban yang Sempurna

Kadang-kadang, kita harus membuat keputusan tanpa memiliki semua informasi yang kita butuhkan. Terimalah bahwa tidak ada pilihan yang sempurna dan bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensinya sendiri. konflik batin adalah hal yang wajar. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya.

Indah-nya: Hidup itu seperti kotak cokelat, kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu dapatkan. Jadi, belajarlah untuk hidup dengan ketidakpastian dan berdoalah “Yaa Allah, beri kami petunjuk”.

 

Ketika Kita berada di Tengah Dualitas Dunia yang Penuh dengan Perspektif

Apa yang terjadi ketika kita berada di tengah dualitas dunia yang penuh dengan perspektif?

Sungguh tidak menguntungkan!

Menurut kami, kita akan menjadi orang yang rugi, karena meninggalkan pengalaman dalam menentukan pilihan. ‘Law of Polarity’ mengajak kita untuk merangkul kesadaran berkehidupan. Dalam tarian abadi antara terang dan gelap, baik dan buruk, kita menemukan kekayaan pengalaman manusia.

Tapi disini,

Memahami dualitas bukan berarti kita harus memilih satu sisi dan menolak yang lain. Sebaliknya, ini adalah undangan untuk menemukan keseimbangan, untuk menghargai kontras sebagai bagian dari keindahan hidup. Dengan menerima bahwa setiap situasi memiliki dua sisi, kita membuka diri untuk tumbuh menjadi lebih baik.

Kita belajar melihat tantangan sebagai peluang, kegagalan sebagai batu loncatan, dan konsisten sebagai kunci kesuksesan. Dalam perjalanan hidup yang penuh ‘Perspektif’, pemahaman akan hukum polaritas menjadi ejaan yang menuntun kita menuju keharmonisan diri atas pilihan dunia.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Tinggalkan Balasan