Tak Salah Apa-apa Tapi Ikut Dihujat! Kok Bisa?

You are currently viewing Tak Salah Apa-apa Tapi Ikut Dihujat! Kok Bisa?

Kadangkala kita hidup memang dengan penuh lika dan liku. Kadang susah, kadang pula senang. Hari ini ceria, dan besok bisa saja kecewa. Yups ini benar dan bisa menimpa siapa saja termasuk Abdul. Abdul yang awalnya bersahaja kini kecewa. Ia tidak punya salah dan masalah apa-apa, tapi dihujat! Kok Bisa?

Berikut cerita lengkapnya.

Kok Bisa?

Sebut saja Abdul, seorang pengusaha muda, tampan, kaya raya, punya istri cantik bernama Dwi, sedang asyik-asiknya menikmati udara pagi segar dan ceria. Pagi itu ia tengah menikmati secangkir kopi di teras rumahnya. Ia baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar yang mengantarkannya pada keuntungan berlimpah. Senyum puas tersungging di bibirnya.

Namun, mood dan hari ceria pagi itu sirna saat notifikasi handphone-nya keluaran terbaru berbunyi tanpa henti. Ratusan pesan dan komentar membanjiri akun media sosialnya. Ting tong, Bip bip. Rasa penasaran mendorongnya untuk membuka pesan-pesan tersebut.

“Waduh, ada apa ini!” Betapa terkejutnya dia saat mengetahui bahwa dirinya dihujat dan dicaci maki oleh netizen, orang-orang yang tidak ia kenal, keluarga pun turut mempertanyakan. Komentar-komentar pedas memenuhi akunnya, menuduhnya sebagai “Dasar lho tukang korupsi”, koruptor dan penjahat.

Aku Tak Salah Apa-apa

Bingung dan panik, Abdul berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. “Aku tak salah apa-apa”. Walau muka merah, hati kudu tenang. Tapi jantung berdetak kencang sembari mencari tahu apa yang terjadi.

Usut punya usut setelah ditelusuri, dia menemukan bahwa seorang pejabat tinggi yang kebetulan nama mereka sama, baru saja tertangkap KPK karena kasus korupsi. Kesamaan nama ini telah memicu kemarahan netizen. Mereka tanpa pikir panjang langsung menghujat Abdul, menyamakannya dengan koruptor yang tertangkap.

Abdul berusaha menjelaskan bahwa dia bukan koruptor dan tidak ada hubungannya dengan kasus tersebut. Namun, amarah netizen sudah terlanjur membara. Mereka tetap saja menghujatnya dan bahkan mengancamnya dengan kekerasan.

Salah orang, Woy!

Tentu Abdul merasa kecewa “Mengapa aku dihujat?”. Dia sungguh tak menyangka bahwa kesamaan nama bisa mendatangkan masalah besar baginya. Dia merasa difitnah, dizalimi, bahkan dipermalukan tanpa bukti-bukti yang jelas. “Salah orang, Woy!”

“Okey” kata Abdul. “Aku harus membela diri dan memutuskan melawan demi harga diri”. Abdul memutuskan untuk melawan. “Kita melawan”. Tentunya berkonsultasi dengan pengacara dan berniat membawa kasus ini ke ranah hukum. Dia ingin membersihkan namanya dan menuntut orang-orang yang telah mencemarkan nama baiknya.

Perjalanan Abdul untuk membersihkan namanya tidak langsung mudah. Dia harus menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari berbagai pihak. Namun, dia tetap teguh pada pendiriannya dan tidak ingin menyerah.

Pada akhir cerita pelaku utama penyebar berita bohong tersebut pun terlacak. Hal tersebut di ketahui karena ‘Dalam penelusuran jejak digital, terindikasi siapa pelaku pertama penyebar berita bohong”.

Abdul tahu bahwa pelaku di balik fitnah ini adalah tentangganya sendiri yaitu Bu Fulana. Usut punya usut, yang dilakukan ‘Bu Fulana’ semata-mata hanya karena kesal melihat kesuksesan Abdul yang semakin hari makin bersinar di mata masyarakat. End. 😊Cerita yang cukup garing. Tapi,

Catatan Pinggir

Kisah Abdul ini menjadi contoh “Bagaimana seseorang dengan mudahnya dihakimi, ditindas secara verbal, dan dihujat di dunia maya” Dan belum tentu mereka tahu apa yang terjadi di dunia nyata yang sebenarnya.

Kesamaan nama, bentuk, atau informasi yang simpang siur, bisa menjadi pemicu kemarahan masyarakat atau netizen yang tak terkendali sebagai pengguna aktif dari media sosial. Instagram misalnya.

Kasus ini juga menjadi pelajaran cukup berharga dan sangat penting bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah terpancing emosi dan selalu cek fakta sebelum menyebarkan informasi.

Di akhir cerita, setelah perjuangan panjang, Abdul akhirnya berhasil membersihkan namanya. Netizen yang tak lain adalah tetangganya sendiri “yang telah menghujatnya” pun meminta maaf atas perbuatan tersebut.

Kisah Abdul menjadi pengingat bagi kita semua bahwa fitnah dan hujatan di dunia maya bisa berakibat fatal. Kita harus selalu mengedepankan etika dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

Kamu tidak perlu pergi jauh-jauh untuk melihat hal-hal jahat yang orang lakukan. Kebencian dan pelecehan yang terjadi bisa di lakukan secara online. Sesungguhnya menggunakan media sosial itu adalah satu gerakan anti-sosial, karena orang-orang di balik media sosial tersebut selalu menggunakan gawai mereka.

Ada begitu banyak hal negatif di media sosial, Apakah kamu ingin menambahkannya? Atau jangan-jangan kamu si tetangga yang ada di dalam cerita?

Salam Dyarinotescom.

Tinggalkan Balasan