Lagom: Lebih dari Sekadar Cukup. Adaptasi Era PPN 12%

  • Post author:
  • Post category:Lifestyle
  • Post last modified:Desember 20, 2024
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Lagom: Lebih dari Sekadar Cukup. Adaptasi Era PPN 12%

Kamu pernah mendengar istilah “Lagom”? Kata yang berasal dari bahasa Swedia ini mungkin terdengar asing di telinga, namun konsepnya sangat relevan dengan gaya hidup modern yang penuh dengan tuntutan “harus bayar”. Kita ketahui bersama, kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) meningkat menjadi sebesar 12 persen berlaku per 1 Januari 2025, menjadikan gaya hidup seperti ini menjadi penting.

Secara sederhana, “Lagom” berarti “cukup”. Namun, di balik kesederhanaan arti katanya, tersimpan filosofi hidup yang mendalam dan menjanjikan ‘happiness… yolo’. Konsep Lagom tidak hanya sebatas memiliki barang secukupnya atau mengonsumsi makanan secukupnya. Lagom adalah tentang keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.

Ini mencakup keseimbangan antara kerja, keringat, dan istirahat; antara kesenangan, kesedihan, dan tanggung jawab; antara keinginan pribadi, keadaan, dan kebutuhan bersama. Lagom adalah tentang menemukan titik tengah yang sempurna, di mana kita merasa puas lahir batin, dan tidak pula berlebihan.

 

Dari Lagom ke Kantong Makmur. Adaptasi Gaya Hidup Era 12 Persen

Kenaikan PPN 12% mendorong kita untuk lebih bijak dalam mengatur diri dan keuangan. Konsep Lagom menekankan keseimbangan hadir sebagai solusi. Berbeda dengan frugal living “yang lebih fokus pada penghematan ekstrem”, Lagom mengajak kita untuk menikmati hidup secara cukup tanpa maruk.

Sementara gaya hidup minimalis menekankan pada minimalisasi kepemilikan, Lagom lebih luas, mencakup berbagai aspek kehidupan. Ketika diantara kamu menerapkan Lagom, kita dapat menyesuaikan gaya hidup dengan kondisi ekonomi saat ini tanpa mengurangi kualitas hidup.

Ini berarti memilih barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, mengutamakan pengalaman daripada materi, serta menghargai setiap rupiah yang kita miliki. Dengan begitu, kita tidak hanya bisa berhemat, tetapi juga hidup lebih mencari berkah.

 

Mengapa Lagom?

Lagom, semakin populer di dunia modern yang serba sat-set karena begitu menarik. Konsep “just enough” atau “tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit” ini menawarkan alternatif yang menyegarkan nafas dan mata kehidupan sehari-hari.

Menariknya dimana?

Dalam memahami Lagom, bayangkan sebuah gelas air. Jika gelas kamu terlalu kosong, pasti akan merasa haus. Sebaliknya, jika gelas terlalu penuh, air akan tumpah. Sebuah kondisi di mana gelas terisi dengan jumlah air yang tepat, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Begitu pula dalam hidup, Lagom menemukan titik tengah yang sempurna, di mana kita merasa puas bukan karena berlimpah tapi tercukupkan.

 

Apa Manfaat?

Seperti yang berulang kali kita sebutkan, ini bukan lagi sekedar “ini cukup, itu juga cukup” saja, tapi lebih ke arah “pas banget”. Bukan tentang membatasi diri, tapi tentang menemukan “udara pagi” dalam simplicity. Kita tidak perlu memiliki segalanya kok, atau melakukan segalanya, cukup merasa puas dengan apa yang kita miliki.

Menurut kamu, apa manfaatnya?

Tentu ada, misalnya:

1. Hidup Lebih Santai

Bukan bermalas-malasan, Lagom itu seperti ngasih jeda di tengah hiruk pikuknya kehidupan. Dengan fokus pada apa yang benar-benar penting, kita jadi lebih santai dan tidak gampang stres. Ini mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen, menikmati proses, dan menemukan keseimbangan yang sempurna antara bekerja keras dan bersantai. Hasilnya? Menemukan kesuksesan sejati dalam hidup. Dan ini yang orang kaya banyak pertanyakan.

2. Dompet Jadi Senang

Lagom itu sungguh berbeda. Karena kita lebih selektif dalam memilih barang atau aktivitas, otomatis pengeluaran kita jadi lebih terkontrol. Hasilnya? Dompet jadi lebih tebal dan kita bisa lebih bebas mengatur keuangan. Dengan Lagom, kita bukan hanya menghemat uang, tapi juga menciptakan kebebasan finansial. Bayangkan, bisa liburan tanpa perlu khawatir soal budget atau punya dana darurat yang cukup untuk menghadapi situasi tak terduga. Itulah kekuatan Lagom dalam mengubah hidup kita. Dengan begitu, kita tidak lagi terjebak dalam lingkaran ‘setan keinginan’ yang tanpa garis akhir.

3. Rumah Jadi Rapi

Lagom mengajarkan kita untuk lebih menghargai apa yang sudah kita miliki. Otomatis, kita jadi lebih rajin merapikan rumah dan membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai. Rumah yang rapi bikin hati jadi tenang, kan? Dengan Lagom, kita menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari memiliki banyak barang, tetapi dari kualitas hidup yang baik dan lingkungan yang nyaman. Rumah yang bersih dan teratur adalah cerminan dari pikiran yang tenang dan hati yang bersyukur.

4. Hubungan Okey Banget

Lagom itu oke banget. Fokus pada kualitas waktu bersama orang-orang terdekat, hubungan kita jadi lebih erat. Lagom itu juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai. Dengan tidak terlalu banyak menuntut atau berharap, kita memberikan ruang bagi orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri. Hasilnya: Kamu akan merasakan betapa berharganya hubunganmu.

5. Lingkungan Jadi Lebih Baik

Bukan hanya bermanfaat bagi diri dan orang lain, Lagom juga bermanfaat bagi lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi dan memilih produk yang ramah lingkungan, kita turut berkontribusi dalam menjaga bumi. Lagom mengajarkan kita untuk menghargai sumber daya alam dan hidup berkelanjutan. Setiap pilihan kecil yang kita buat, seperti mengurangi penggunaan plastik atau memilih transportasi umum, dapat menciptakan dampak besar bagi lingkungan.

 

Filosofi Lagom: Menari di Antara Kekurangan dan Kelebihan

Sebuah filosofi hidup yang mengajarkan kita untuk menemukan sesuatu dalam segala hal. Sesuatu? Sesuatu yang dimaksud adalah menghargai setiap aspek kehidupan tanpa terjebak dalam ketidakpuasan.

Dalam kesederhanaan, mengajak kita untuk fokus pada apa yang benar-benar penting. Secangkir kopi di pagi hari, obrolan hangat dengan orang terkasih, atau menikmati keindahan alam, semuanya menjadi sempurna saat kita merasa cukup menjalaninya.

Seperti kata pepatah, “sedikit itu cukup”. Dalam konteks Lagom tidak! “Sedikit adalah banyak.”

Memiliki sedikit barang, kita lebih menghargai apa yang kita punya. Meluangkan sedikit waktu untuk diri sendiri, kita menjadi lebih produktif. Dengan memberikan sedikit perhatian kepada orang lain, kita membangun hubungan yang lebih erat.

Bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang spiritualitas, mengajak kita untuk hidup selaras “dengan alam”, menghargai “setiap ciptaan”, dan berkontribusi “menjaga lingkungan.” Singkat-nya: Ini adalah sebuah undangan dari excess to enough.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Tinggalkan Balasan