Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Jangan Marah, Bagimu Surga. Semua Jadi Indah

Share:

Follow Us

Dukungan Terbaikmu

Terbaru

Yang disarankan

Masterpiece

Menarik untuk kamu

Marah, emosi yang katanya “lumrah” dirasakan manusia ternyata tak baik-baik saja. Namun, tahukah kamu bahwa ada janji indah di balik upaya menenangkan amarah? Sebuah hadits Rasulullah SAW menjanjikan surga bagi mereka yang mampu menahan amarah. Ada banyak kisah yang bisa kita pelajari, tentang “bagaimana kita bisa memproses marah”.

Kisah berikut akan mengajakmu menyusuri petualangan seorang anak bernama Tono, yang belajar arti kesabaran dan keindahan menahan amarah. Sebuah lemparan bola basket mengubah segalanya. Kaca jendela pecah, dan ketakutan menyelimuti hati Tono.

Bagaimana reaksi ayahnya? Murka dengan muka merah! Akankah amarah meledak atau kasih sayang yang menang? Ikuti kisah mengharukan ini dan temukan jawabannya dalam cerita “Jangan Marah, Bagimu Surga”.

 

Belajar Pada Satu Kisah: Jangan Marah, Bagimu Surga

Pak Tino Purnomo adalah seorang ayah yang sabar dan penyayang. Ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Tono yang sedang memasuki masa remaja. Tono adalah anak yang cerdas, bersemangat, dan gesit, namun terkadang sedikit ceroboh.

Suatu sore, Tono Bimanto sedang asyik bermain bola basket di halaman rumah. Dengan semangat, ia melemparkan bola sekuat tenaga. *(*@$*& “CETHAR !**” Namun, nahas! Bola basket itu terpental dan mengenai jendela kamarnya. Pecahlah kaca jendela itu berkeping-keping.

Asem banget daah! Kaca yang Mama beli yang mahal ternyata pecah berkeping-keping. Tono terkejut dan langsung berlari ke dalam rumah. Ia melihat ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu.

Dengan perasaan bersalah, “Ceming banget itu muka”, Tono memberanikan diri untuk mengaku. “Pa, maafin Tono. Tono nggak sengaja pecahin jendela kamar,” ucap Tono dengan suara lirih.

Pak Tino menatap Tono dengan lembut. Ia tidak marah seperti yang Tono bayangkan. Sebaliknya, Pak Tino tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, Nak. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Yang penting kita belajar dari kesalahan itu.”

Tono merasa lega mendengar jawaban ayahnya. Tampaknya Bokap lagi banyak untung hari ini. Barang mahal pecah, santuy saja beliau. Krik, krik, krik….. Ia kemudian bertanya, “Tapi, Pa, gimana cara kita ganti jendelanya? Tono pakai uang tabungan Tono aja, ya?”

 

Kisah Dongeng Pun Dimulai. Bip Bip.

Deg deg an.

Pak Tino mengelus rambut Tono. “Tidak perlu menggunakan uang tabunganmu, Nak. Kita akan mencari solusinya bersama-sama. Mungkin kita bisa minta bantuan Pak Andi, tukang kaca yang rumahnya tidak jauh dari sini.”

Keesokan harinya, Pak Tino dan Tono pergi ke rumah Pak Sandi. Pak Sandi dengan senang hati bersedia membantu mereka memperbaiki jendela yang pecah. Sambil menunggu Pak Sandi bekerja, Tono dan ayahnya berbincang-bincang.

“Nak,” kata beliau, “ingatlah bahwa marah tidak akan menyelesaikan masalah,” kata Pak Tino. “Lebih baik kita mencari solusi dengan kepala dingin. Dan ingat juga, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Janganlah engkau mudah marah.” Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, “Janganlah engkau mudah marah,”

Tono mengangguk mengerti. Mengerti bahwa besok uang saku bakal dipangkas 70 persen. Wkwkwk… Tapi, Ia merasa sangat bersyukur memiliki ayah sebaik Pak Tino.

Setelah jendela selesai diperbaiki, Tono dan Pak Tino pulang ke rumah. Tono merasa lebih tenang dan lega. Ia belajar bahwa kesalahan adalah hal yang wajar, dan yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya.

 

Pesan Moral Yang Kita Petik

Jangan ceroboh.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada situasi yang membuat kita marah. Namun, di balik kemarahan itu, tersimpan hikmah yang dapat membawa kita pada kebaikan. Melalui kisah Tono, kita akan diajak untuk merenung tentang pentingnya menahan amarah.

Banyak kerugian yang terjadi akibat ulah orang yang tidak bisa mengontrol diri. Sebenarnya, orang yang selalu marah-marah akan merugi “Muka jadi jelek, dan cepat tua”. Amarah tidak akan pernah menyelesaikan masalah apa pun.

Kata orang “Marah adalah perasaan yang lumrah”. Okey, iyakan saja untuk sementara. Namun jangan sampai kamu kalah dalam mengendalikan amarah. Orang yang suka marah itu bisa kita katakan bodoh.

Mengapa kurang pintar?

 

Memang benar, ketika marah semua dahaga nafsu tersalurkan “lepas dahaga”. Semua “sampah dipikiran” meluap ke udara. Tapi, apakah itu menyelesaikan masalah. Tidak, tidak kawan. Malahan masalah akan bertambah. Yang pasti, orang yang kamu marahi itu pasti tidak baik-baik saja. Walau ia berucap, “tak apa-apa, kok”. Tapi dibalik hatinya yang dalam, kita tak pernah tahu.

Bukan malah amarah yang kita perbanyak. Ketika anak membuat kesalahan, kita sebagai orang tua harus memberikan bimbingan dan dukungan, bukan malah marah-marah. Selain itu, cerita ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menahan amarah dan mencari solusi atas masalah yang kita hadapi.

“Semua orang bisa merasakan marah”. Namun yang membedakan bagaimana sikap mereka dalam mengelola perasaan itu. Kamu boleh saja marah, namun jangan sampai merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Marah terjadi secara alami. Tetapi kendalikan emosi agar diri dapat terlindungi.

 

Pada Kenyataannya Semua Berbeda

Dunia seharusnya menjadi tempat yang nyaman, penuh kasih dan kedamaian. Namun, seringkali kita menyaksikan betapa mudahnya manusia terjebak dalam pusaran amarah. Ketika amarah menguasai, logika menjadi kabur, dan tindakan impulsif pun tak terelakkan.

Ironisnya, orang yang sering marah seringkali merasa paling benar, padahal mereka sedang menghancurkan hubungan baik dengan orang lain. Bukankah jauh lebih indah jika kita mampu mengendalikan emosi dan membangun dunia yang lebih baik?

Salam Dyarinotescom.

 

 

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.