Pink: Perjalanan Evolusi Warna Dari Maskulin Menjadi Feminin

  • Post author:
  • Post category:History
  • Post last modified:Juli 25, 2024
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Pink: Perjalanan Evolusi Warna Dari Maskulin Menjadi Feminin

Di balik kelembutan dan cerahnya warna pink, tersimpan sejarah panjang yang penuh dengan transformasi makna. Dahulu, pink identik dengan maskulinitas, melambangkan kekuatan dan keberanian. Bayangkan para pangeran, tentara berkumis tebal, dan cowboy yang siap menembak, berani mengenakan busana bernuansa pink. (iit kecil) Ngakak besar, wkwkwk…

Namun, seiring waktu, makna pink bergeser menjadi feminin. Faktor-faktor seperti kampanye pemasaran, gerakan sosial, dan pengaruh budaya pop, berkontribusi dalam perubahan persepsi ini. Kini, pink menjelma menjadi simbol kecantikan, keanggunan, cinta, kasih sayang, kelembutan, dan feminitas.

 

Perjalanan Evolusi Pink Color

Perjalanan evolusi pink ini mencerminkan bagaimana makna atas persepsi kita terhadap warna dapat berubah secara dinamis. Semua bisa berbalik arah 180 derajat. Dari maskulin ke feminin? Geli banget kan.

“Warna pink” sebagai bukti yang menunjukkan bahwa warna itu tidak memiliki makna yang inheren, melainkan di bentuk oleh konteks budaya dan sosial. Di bakukan dari nilai-nilai yang di berikan oleh kita sebagai masyarakat. Lebih dari sekadar estetika, pink menjadi saksi bisu pergeseran gender dan norma sosial.

Di balik citranya yang feminin, pink menyimpan kisah menarik tentang kekuatan budaya dalam membentuk makna dan identitas.

 

Membuka Buku lama. Era Pink Yang dulunya Maskulin “Jantan”

Dulu warna pink identik dengan kejantan, tapi semenjak rontoknya bulu menjadi tak jantan lagi “Haha…”.

Pada jaman dahulu kala dari abad ke 18 hingga awal abad 20, pink identik dengan maskulinitas. Warna ini di asosiasikan dengan kekuatan, keberanian, dan semangat, dan sering di gunakan untuk pakaian anak laki-laki, pelaut, dan bahkan tentara.

Salah satu contohnya adalah pada abad ke-18.

Kala itu, warna pink lebih sering di gunakan untuk pakaian anak laki-laki. Warna ini di anggap sebagai versi lebih muda dari warna merah, yang identik dengan maskulinitas dan kekuatan. Raja Inggris, George III, bahkan mengenakan pakaian berwarna pink saat masa kecilnya.

Di era Victorian.

Di era Victorian, pink masih di asosiasikan dengan kejantanan. Warna ini di pakai oleh tentara dan pelaut Inggris sebagai simbol keberanian dan kekuatan. Pink juga menjadi warna populer untuk pakaian pria dewasa.

Pelaut Inggris pada abad ke-18 dan 19 mengenakan topi pink sebagai tanda pangkat. Dan para cowboys di Amerika Serikat pada abad ke-19 sering mengenakan dasi pink. Warna pink juga digunakan untuk dekorasi interior rumah pria di beberapa budaya.

Waktu terus berjalan, dan…

 

Makna pun Bergeser

Pergeseran makna pink dari maskulin ke feminin mulai terjadi pada awal abad ke-20. Hal ini di dorong oleh berbagai faktor, seperti: satu bentuk inovasi, bagaimana menjalankan marketing, dan kala itu untuk mendorong masyarakat untuk lebih lembut dan romantisme, demi mengurangi kekerasan apalagi perang.

Meskipun saat ini pink lebih identik dengan femininitas, bisa saja makna warna dapat berubah kembali seiring waktu. “Siapa yang tahu?” Memahami sejarah warna dapat membantu kita untuk melampaui stereotip gender dan menghargai keragaman ekspresi diri.

Mengapa makna “Pink” bisa bergeser?

Pada tahun 1940-an, produsen pakaian mulai menargetkan pink untuk produk-produk bayi perempuan. Hal ini di picu oleh penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan lebih menyukai warna merah muda, sedangkan laki-laki menyukai biru.

Lalu,

Pink mulai di asosiasikan dengan kelembutan, romantisme, dan keibuan. Untuk menekan kekerasan yang terjadi pada kaum laki-laki yang kecanduan kemenangan atas perang. Hal ini diperkuat oleh peran perempuan dalam masyarakat yang semakin domestik dan feminin.

Selanjutnya,

Di era 1960-an dan 1970-an, munculah gerakan feminisme menantang stereotip gender tradisional, termasuk asosiasi pink dengan perempuan. Gerakan yang mendorong perempuan untuk mengekspresikan diri dengan bebas, termasuk dalam pilihan warna.

Akibatnya,

Pada akhir abad ke-20, pink telah menjadi warna yang identik dengan femininitas. Ini disahkan karena penilaian masyarakat atas warna tersebut sebagai warna dari kaum perempuan.

Namun, di era modern, pink mulai melampaui batas.

 

Warna Era Modern

Warna pink, yang dulu identik dengan maskulinitas, kini telah melampaui batas gender dan memiliki makna yang lebih luas di era modern. Maknanya tak lagi terkungkung dalam stereotip feminin, melainkan mewakili kebebasan berekspresi, kreativitas, dan keberanian.

Nuansa ‘pink’ yang beragam juga mencerminkan berbagai emosi dan ide. Pink pastel, misalnya. Pink pastel yang lembut dan halus dapat melambangkan polos “grrr banget deh”, kasih sayang, dan romansa.

Di sisi lain, ‘pink cerah’ yang energik dan berani dapat mewakili kekuatan, individualitas, dan optimisme. Pink fuchsia yang intens dan berani dapat melambangkan hasrat, sensualitas, dan pemberontakan.

 

Penggunaan pink menunjukkan evolusi maknanya.

Dalam seni, Andy Warhol menggunakan pink dalam seri “Marilyn Diptychs” untuk melambangkan kepopuleran, budaya konsumerisme, dan sisi gelap ketenaran. Di desain, arsitek Le Corbusier menggunakan pink pastel dalam desain Villa Savoye untuk menciptakan suasana tenang dan damai.

Dalam budaya populer, film “Mean Girls” menggunakan pink sebagai simbol kekejaman dan hierarki sosial di kalangan remaja perempuan. Juga dalam kampanye #PinkIsForEveryone, mendorong penerimaan dan inklusivitas terhadap semua gender dalam penggunaan warna pink.

Penggunaan pink yang beragam menunjukkan bahwa makna warna ini terus berkembang dan tak lagi terikat pada kumis dan lipstik. Pink kini berupaya keras menjadi simbol kebebasan berekspresi, kreativitas, dan keberanian bagi individu dari semua gender

 

Sebagai Satu Warna

Perjalanan warna, seperti pada warna “pink” yang kita kenal, menunjukkan bagaimana makna dari “warna” dapat berubah seiring waktu, yang sudah pasti di pengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Pink kini menjadi warna yang kompleks dan multidimensi yang melampaui batas gender dan mewakili berbagai ekspresi diri.

Walau, Ekspresi itu terkadang berlebihan.

Sebenarnya apalah arti sebuah warna? Tidak ada kan. Tunggu dulu “Ada dong”. Benar adanya, bahwa warna bisa menjadi simbol keberpihakan dan ekspresi. ‘Warna’, kini di gunakan oleh individu atau kelompok untuk menunjukkan identitas: siapa dirinya saat menggunakan warna.

 

Salam Dyarinotescom.

 

 

Tinggalkan Balasan