Dyarinotescom | Hidup di dunia kerja yang super kompetitif dan saling sikut terkadang membuat kita menjadi extra produktif dan tanggap. Di dunia saat ini pastinya tidak ada orang yang tidak butuh yang namanya uang. Kok uang yaa patokannya.
Jujur saja di dalam dunia kerja, aku, kamu, diriku dan dirimu saling berlomba dalam mencari posisi atau peran penting dalam perusahaan tempat kita bekerja. Dan terkadang dengan sedikit tricky yang sedikit nakal.
Intinya adalah melakukan berbagai banyak hal agar bisa menghasilkan banyak uang, jabatan untuk menyambung hidup. Sebenarnya gaya hidup seperti ini bisa di sebut “Budak Korporasi”. Yups… B U D A K. Itu kata angkatan 80-90 an yaa.
Banyak waktu kita tersita untuk bekerja, menguntungkan perusahaan dan menyenangkan atau ‘menjilat’ para Bos.
Kita pekerja yang juga punya hak. HAK sebagai manusia dan bukan sebagai individu yang seakan-akan dituntut menyerahkan seluruh waktu untuk bekerja dimana pun dan kapan pun bahkan ketika kita sedang BAB pun kita harus mengangkat telepon dari pimpinan.
Jika kita melakukan budaya kerja yang berlebihan, bisa-bisa kita akan tumbuh uban di usia muda. Intinya antara kebutuhan dan realitas hanya memiliki jarak yang dekat atau tipis. “TIPIS”
Iya kita butuh Uang!. Orang hutan pun tahu itu, namun kita juga butuh waktu untuk beribadah, me-time, makan, pacaran jika punya pacar, tidur nyenyak tanpa harus memikirkan kerjaan. Namun realisasinya kita tidak ada waktu.
Memang itu tuntutan kantor, yang sekarang sudah menjadi gaya hidup, yang lebih dikenal dengan istilah Hustle Culture.
Gaya Hidup Hustle Culture
Sahabat Dyari, Hustle Culture sebenarnya merupakan gaya hidup di mana seseorang melakukan banyak hal, sibuk terus di mana pun dan kapanpun. Dengan gaya hidup itu orang merasa puas, dengan merasa kerja keras agar dapat cepat sukses.
Saat ini banyak orang mengansumsikan kalau hustle culture itu bagus, mengapresiasi orang yang sibuk kerja, sehingga bangga kalau dia itu sibuk kerja, bangga kalau over work. Atau bisa juga pura-pura kerja seperti teman kamu di sebelah. Haha …
Point penting dari Hustle culture adalah di lakukan bukan karena kemauan tapi kebutuhan.
Gaya hidup ini menuntut kita lebih produktif, melakukan banyak hal dalam sehari kerja. Kita sangat tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak perlu. Hanya datang, absen, ngopi, main game, ngeprint sedikit, ketawa ketiwi dan ngobrol nggak penting dan seterusnya. Aku pun jika melihat atau menemukan pegawai seperti itu pasti langsung naik pitam deeh.
Gaya hidup seperti ini sepertinya bagus juga yaa. Kita harus bangga kalau seharian bisa sibuk terus dan melakukan banyak hal. Akan tetapi jika kita terlalu lelah jangan lupa untuk istirahat atau dengan rebahan sejenak.
Rebahan atau istirahat itu juga bagian dari pola hidup sehat. Kita butuh waktu istirahat untuk dapat melakukan hal-hal baru, kreativitas baru atau menemukan ide atau sekedar istirahat sejenak untuk aktivitas selanjutnya.
Hustle culture menuntut kita para pekerja untuk terus-menerus menghasilkan. Kerja, kerja dan kerja. Hustle culture tidak sepenuhnya bagus. Kerja seproduktif mungkin itu di perlukan.
Produk Hustle Culture
Produktif menjadi kunci kita agar tetap bertahan hidup dan menghasilkan banyak uang. Tapi akan menjadi salah dalam memaknai produktif apabila seluruh waktu dan hidup hanya untuk bekerja.
Produktivitas merupakan kombinasi kegiatan produktif dengan faktor lainnya. Sehingga akan salah jika dalam sehari kita hanya bermalas-malasan, rebahan saja, atau sekedar menikmati hobi.
Hustle culture, tidak menjamin akan cepat menjadi sukses atau kaya. Mengapa?
Pastinya, yang untung bukan kita. Yang menerima manfaat bukan kita juga. Yang dapat cuan pastinya bukan kita. Tapi si Bos atau pimpinan tempat kita bekerja.
Dengan produktivitas dan kerja keras yang berlebihan, kreativitas justru akan menurun dan rasa bosan akan meningkat. Namun bukan berarti produktif dan kerja keras itu tidak penting.
Produktif dan kerja keras itu penting apalagi di mana tingkat kompetisinya sudah gila-gilaan. Menjadi manusia yang produktif dan kerja keras itu kuncinya.
Menikmati proses, mensyukuri apa yang ada, memberi apresiasi pada diri sendiri, lebih memacu kreatifitas, dan tentunya tidak terjebak oleh kebosanan rutinitas. Hustle culture di lakukan bukan karena kemauan tapi kebutuhan. Kebutuhan untuk menjadi individu yang lebih produktif.
Salam DyariNotesCom
Dyarinotescom adalah media perspektif berisi kumpulan artikel menarik dan resensi
buku yang informatif lengkap dengan tips dan opini publik.