Basa-basi, sering dianggap sebagai obrolan ringan tanpa makna, yang sekedarnya saja. Namun, bagi kita sebagai masyarakat Timur, basa-basi adalah seni. Ini adalah cara halus untuk membangun ‘sesambungan atau kankei’, mengikat kepercayaan, dan menciptakan tata krama dalam interaksi sosial. Lebih dari sekadar kata-kata, basa-basi adalah cerminan budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh kebanyakan dari kita si orang Timur.
Namun, di era modern ini,
Basa-basi seringkali dipandang sebelah mata. Banyak yang menganggap hal yang demikian sebagai satu aktifitas yang membuang waktu, gak ada guna, receh dan “ngapain juga?” kurang efektif banget. Padahal, dengan memahami dan menguasai seni basa-basi, kita dapat meningkatkan kualitas komunikasi kita dan membuka banyak peluang dalam kehidupan.
Okey, cukup basa-basinya.
Lanjut-Nya:
Basa-basi Lebih dari Sekadar Kata-Kata
Basa-basi bukanlah sekadar penggunaan ‘omong kosong’ dan bukan pula bagi orang-orang dengan otak bolong. Di balik setiap kalimat yang terucap, tersimpan makna yang ringan tapi jauh lebih dalam. Basa-basi adalah cara kita untuk menunjukkan perhatian kepada orang, empati, dan rasa hormat kepada mereka. Ini juga merupakan cara untuk membangun ‘ikatan’ yang kuat.
Dalam budaya Timur,
Berbasa-basi seringkali digunakan untuk memulai percakapan, mencairkan suasana, dan mempererat hubungan. Misalnya, ketika bertemu dengan seseorang untuk pertama kali, orang Timur biasanya akan memulai percakapan dengan menanyakan kabar, keluarga, atau pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak hanya sekedar basa-basi, tetapi juga menunjukkan sikap “Lo, gue anggep”, ketertarikan dan kepedulian.
Bagaimana Berbasa-basi dalam Berbagai Situasi
Kami setuju, ini seringkali kita anggap sebagai percakapan yang membosankan. Tapi sebenarnya, dengan sedikit kreativitas, kita bisa mengubah basa-basi menjadi momen yang berkesan dan membuka peluang untuk percakapan yang lebih “masuk….”
Alih-alih bertanya dengan cara orang jadul “Apa kabar?”, cobalah memulai dengan pertanyaan yang lebih spesifik dan personal, seperti “Ada hal menarik apa yang kamu lakuin akhir pekan ini?” atau “Apa buku terakhir yang buat kamu terinspirasi?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak hanya menunjukkan ketertarikan yang ‘agak beda’, tetapi juga mendorong lawan bicara untuk berbagi cerita yang lebih menarik.
Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai pembuka percakapan. Misalnya, jika sedang berada di sebuah pameran, kita bisa memulai dengan berkomentar tentang karya seni yang sedang dipamerkan. “Wow, keren banget! variasi warna yang menarik. Yaa gak sih, menurut kamu?”
Atau, jika sedang berada di sebuah kafe yang baru, kita bisa bertanya, “Pernah coba menu baru di sini? Ada rekomendasi?” Dengan cara ini, kita tidak hanya memulai percakapan, tetapi juga menunjukkan minat yang sama terhadap sesuatu.
Satuju untuk itu, bahwa Ini bagian dalam membangun ‘Koneksi’
Basa-basi tidak hanya tentang memulai percakapan, tetapi juga tentang membangun koneksi.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong lawan bicara untuk berbagi pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, “Kalo boleh tahu, apa yang paling kamu syukuri dalam hidup ini?” atau “Jika kamu bisa mengubah satu hal di dunia, apa yang ingin kamu ubah?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini ‘bisa saja’ membuat percakapan menjadi lebih menarik, tetapi, ‘kita juga perlu’ memahami gestur dan ekspresi dari orang yang kita ajak bicara. Selain itu, kita juga bisa menggunakan humor untuk membuat suasana menjadi lebih santai dan menyenangkan.
Namun, perlu diingat bahwa humor yang digunakan haruslah sesuai dengan situasi dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Yang ringan-ringan saja, misal tentang situasi yang sedang terjadi, seperti “Cuaca benar-benar tidak bisa ditebak yaa, seperti perasaan kita pagi ini.” 😁
Jika sudah ‘masuk’, Tentu Membuka Peluang!
Komunikasi yang baik dapat membuka peluang untuk sesuatu yang baik pula.
Dengan memilih topik yang “sejalan, relevan dan menarik”, kita dapat menemukan kesamaan minat dengan lawan bicara kita. Misalnya, jika kita mengetahui bahwa lawan bicara kita menyukai traveling, kita bisa bertanya tentang destinasi “The Best” mereka atau tips perjalanan.
Selain itu, basa-basi juga dapat menjadi pintu masuk untuk menjalin kerjasama dan kolaborasi. Umpama-nya: jika kita sedang berada di sebuah acara, kita bisa sedikit menyinggung dan menanyakan tentang pekerjaan lawan bicara kita dan mencari tahu apakah ada peluang untuk kita bisa merajut kerja sama.
Jika terdapat ‘benteng’ dari jawaban mereka, Stop! Tahan dulu. “Siapa tahu itu tukang ojek yang sedang mengantar barang”. Jika bukan pun, segera belokan dengan pertanyaan lainnya yang lebih ringan dan lebih menarik ‘menurut gestur lawan bicara kita’.
Karena kita ketahui bersama, bahwa Berbasa-basi di budaya timur sendiri, memiliki perbedaan.
Perbedaan Basa-basi di Berbagai Budaya Timur
Basa-basi, tentu saja, sebuah seni komunikasi yang kaya dengan nuansa budaya, dan memiliki wajah yang berbeda-beda di setiap penjuru Timur.
Di Indonesia sendiri, misalnya, basa-basi seringkali digunakan untuk menjaga keharmonisan hubungan antarpribadi. Kalimat seperti “Sudah makan?” atau “Mau kemana?” lebih dari sekadar pertanyaan, melainkan ungkapan kepedulian.
Nah, di Jepang, basa-basi lebih formal dan berhierarki. Penggunaan kata “sumimasen” (maaf) dan “arigatou” (terima kasih) yang sering disertai dengan tunduk kepala mencerminkan rasa hormat yang tinggi terhadap orang lain.
Di negara-negara Arab, basa-basi juga memegang peran penting dalam interaksi sosial. Namun, topik pembicaraan cenderung lebih fokus pada keluarga, agama, dan politik. Pertanyaan seperti “Bagaimana kabar keluarga?” atau “Bagaimana pendapat Anda tentang situasi politik saat ini?” adalah hal yang umum.
Di sisi lain, di India, basa-basi seringkali diwarnai oleh filosofi dan spiritualitas. Pertanyaan tentang kehidupan spiritual atau tujuan hidup adalah hal yang wajar dalam percakapan sehari-hari.
Meskipun terdapat perbedaan, basa-basi di berbagai budaya Timur memiliki kesamaan dalam tujuannya, yaitu membangun hubungan sosial.
Basa-basi adalah cara untuk bagaimana menunjukkan perhatian, rasa hormat, dan keramahan. Memahami nuansa basa-basi di berbagai budaya tidak hanya memperkaya pengetahuan kita, tetapi juga membantu kita membangun ‘tautan’ yang lebih baik dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.
Belum selesai sampai disini, dong😀
Nah, mengingat kita telah memasuki era digital, tentu saja tantangan dalam berbasa-basi pun turut berkembang pula.
Tantangan dalam Berbasa-basi di Era Digital
Kini eranya digital, telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berkomunikasi, termasuk dalam berbasa-basi. Kemudahan dalam berinteraksi melalui platform digital seperti media sosial dan aplikasi ‘pesan instan’ telah memperluas jangkauan kita. Di balik kemudahan ini, terdapat sejumlah tantangan unik yang perlu di hadapi.
Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya konteks sosial dalam komunikasi digital.
Tanpa adanya ‘tatap muka’ langsung, nuansa seperti nada bicara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh yang penting dalam memahami maksud seseorang, menjadi hilang. Hal ini seringkali menyebabkan miskomunikasi dan kesalahpahaman, seperti pesan yang terdengar kasar atau menyindir padahal tidak di maksudkan demikian.
Misal, sebuah pesan singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata dapat di tafsirkan secara berbeda oleh penerima tergantung pada mood atau pengalaman mereka sebelumnya. Selain itu, kecepatan komunikasi di era digital juga menjadi tantangan tersendiri.
Kita di tuntut untuk merespons pesan dengan cepat, sehingga seringkali kita tidak memiliki cukup waktu untuk memikirkan kata-kata yang tepat. Akibatnya, pesan yang kita kirimkan mungkin terkesan terburu-buru atau kurang sopan. “Wah, parah ini mah!”
Penggunaan emoji dan singkatan yang marak di dunia digital juga dapat menimbulkan challenge tersendiri, terutama ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Penggunaan simbol-simbol ini mungkin tidak di pahami dengan baik oleh semua orang, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Alamat bisa kualat kita😁…
Taukah kita?
Anonymitas yang di tawarkan oleh dunia digital dapat mendorong perilaku yang kurang bertanggung jawab dalam berbasa-basi. Orang-orang cenderung lebih berani untuk mengatakan hal-hal yang tidak akan mereka katakan secara langsung, seperti menyebarkan rumor atau menghina orang lain.
‘Cyberbullying’ adalah salah satu contoh nyata dari dampak negatif dari komunikasi digital yang kurang bertanggung jawab.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, kita perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan aplikasi pesan. Membaca pesan dengan cermat, menghindari generalisasi, dan selalu berusaha untuk menjaga sopan santun adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memastikan komunikasi kita berjalan dengan lancar dan efektif.
Tips Menguasai Seni Basa-basi
Sebenarnya, cara berbasa-basi itu bisa dengan apa saja. Ya, bisa dengan apa saja, termasuk dengan senyuman, makanan, atau tindakan. Namun, kami bisa berikan beberapa tips yang dapat kamu gunakan untuk ‘Up Skill Berkomunikasi’. Jika kamu ingin meningkatkan kemampuan berbasa-basi, lakukan:
1. Jadilah Pendengar yang Baik
Dengarkan dengan seksama setiap kata yang mereka ucapkan, seolah-olah kita sedang menyerap setiap detail. Tunjukkan minat yang tulus dengan mengangguk, memberikan kontak mata, dan sesekali merespons dengan kata-kata seperti ‘Oh, begitu’, ‘Menarik sekali’, atau ‘Baik, di mengerti’.
2. Boleh Dong! Pertanyaan Terbuka
Alih-alih pertanyaan tertutup yang hanya dijawab ‘ya’ atau ‘tidak’, cobalah ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong lawan bicara untuk berbagi cerita, pendapat, atau pengalaman mereka. Misalnya, alih-alih bertanya “Apakah kamu suka kopi?”, coba tanyakan “Apa jenis kopi favoritmu?” setelah itu di jawab dengan cepat “mengapa”?
3. Pujian Tidak Berlebihan
Berikan pujian yang tulus kepada orang lain. Pujian tidak hanya membuat orang merasa ‘bernilai’, tetapi juga dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Ketika seseorang merasa di hargai, mereka cenderung lebih terbuka untuk berbagi pikiran dan perasaan mereka, sehingga mempererat kelanjutan obrolan.
4. Pelajari Budaya yang Berbeda
Jika kita berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda, sangat penting untuk meluangkan waktu mempelajari kebiasaan dan tata krama mereka. Dengan memahami nilai-nilai dan norma yang mereka anut, kita dapat lebih mudah beradaptasi, menghindari kesalahpahaman, dan bisa membangun ‘link’ yang lebih baik.
Basa-basi Sebagai Bagian dari Level Up Skill Berkomunikasi
Dalam era sat-set yang serba cepat, basa-basi seringkali di anggap lemah, lambat dan remeh. Padahal, kemampuan berbasa-basi yang baik itu aset berharga yang dapat membuka banyak pintu. Dengan menguasai ‘seni berbasa-basi’, kita tidak hanya membangun jaringan yang lebih kuat dengan orang lain, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri dan peluang dalam berbagai aspek kehidupan.
Ingat-nya: Percakapan yang baik, bisa di mulai dari basa-basi yang baik.
Basa-basi juga bukan berarti bohong, tapi lebih kepada seni dalam memilih kata yang tepat untuk membuat orang merasa nyaman. Tapi, jangan sampai kita kehilangan keaslian diri ya hanya karena ingin menyenangkan orang lain.
Akhir-nya: Basa-basi bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang sikap dan niat. Beri kesempatan untuk diri melakukan itu, dan jadikan setiap percakapan sebagai kesempatan untuk menganal lebih banyak pengalaman.
Salam Dyarinotescom.