Pernah dengar istilah YOLO? You Only Live Once, atau dalam bahasa Indonesia: Kita Hanya Hidup Sekali. Filosofi ini mendorong kita untuk menikmati hidup semaksimal mungkin, tanpa banyak pertimbangan. Namun, seiring berjalannya waktu, orang semakin sadar dan yakin bahwa itutuh agak ‘sesat’. Kemudian muncullah sebuah tren yang menawarkan perspektif yang berbeda: YONO. You Only Need One.
YOLO mengajak kita untuk hidup tanpa penyesalan, mengejar segala kesenangan yang ada. Ini tergambar dalam gaya hidup “Asal senang” konsumtif “Biar tekor asal kesohor”, travelling seada waktunya saja, dan pengalaman yang memacu adrenalin. Sementara itu, YONO si paling beda, mengajak kita untuk lebih selektif dan fokus. Alih-alih mengejar semua hal, YONO menekankan pentingnya memiliki satu hal yang benar-benar bernilai namun berkualitas.
Tiba Saatnya YONO Menuju Populer
Masih penasaran, apa karena musibah di LA?
Tunggu dulu!
Konsep You Only Need One atau YONO, yang mengusung prinsip bahwa kita hanya membutuhkan satu dari setiap jenis barang, sebenarnya merupakan ide yang sederhana namun sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Untuk itu pertanyaan yang tepat adalah, mengapa konsep ini baru populer dalam beberapa tahun terakhir?
Mmm🤔, bisa saja jawabannya terletak pada beberapa hal yang saling terkait, mulai dari kejenuhan terhadap konsumerisme, krisis ekonomi, hingga meningkatnya kesadaran lingkungan.
Dulu, era You Only Live Once atau YOLO berkibar, telah memberikan kita euforia akan kesenangan instan. Kita diajak untuk menikmati hidup tanpa batas, membeli apapun yang kita inginkan, dan mengejar kepuasan sesaat.
Namun, di balik gemerlapnya gaya hidup konsumtif, tersimpan kehampaan yang mendalam. “Tersadar akan semua hal yang ternyata sia-sia”. Banyak orang merasa bahwa kebahagiaan yang mereka cari tak kunjung datang, meski telah memiliki banyak barang. “Gue punya uang 300 T, mau apa loe!”
‘Mereka’ mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki banyak hal, melainkan tentang kualitas hidup dan kepuasan batin. Misalnya: Suami ada dirumah, tidak terlalu sibuk dengan urusan meeting dan melting, anak belajar dengan senang tanpa embel-embel “Aku butuh ‘healing’ mama!”.
Selanjutnya,
Krisis ekonomi yang melanda dunia dalam beberapa tahun terakhir semakin memperkuat tren YONO. “Inggris yang dulunya Negara kaya, kini mulai bangkrut”, misalnya. Ketika pendapatan tidak stabil, perpecahan mulai terjadi, dan masa depan terasa tidak pasti, orang-orang menjadi lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Mereka mulai mempertanyakan apakah setiap pembelian benar-benar diperlukan atau hanya sekedar keinginan dari standar TikTok semata.
Selain itu, meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan juga menjadi pendorong utama munculnya tren YONO. Produksi barang secara massal telah menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran, pemanasan global, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Apalagi,
Kebakaran 🔥dahsyat yang melanda Los Angeles, Amerika Serikat.
Menjadi pengingat nyata tentang: kerapuhan kehidupan dan lingkungan. “Ribuan hektar hilang sekejap mata memandang😧” Semua dimakan api, semua terdiam, semua terbisu, semua terpaku, dan pada gilirannya semua tersadar.
Kejadian yang hingga kini belum sepenuhnya terungkap “Apa penyebabnya?”, menyadarkan kita bahwa bencana dapat menimpa siapa saja dan di mana saja tanpa peringatan. Dimana asuransi berada? Kabur! Harta itu seperti sayap nyamuk yang di tepuk langsung mati, kehidupan bisa berakhir seketika.
Harusnya, di tengah peristiwa yang terjadi, tren gaya hidup You Only Need One (YONO) menjadi semacam desakan diri untuk mengurangi kepemilikan barang dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mubazir.
Dalam Kehidupan Sehari-hari
Semua bisa kita mulai dari yang kecil.
Pernahkah kamu memperhatikan koleksi pulpenmu? Atau mungkin koleksi bedak yang berjejer di meja rias? Mulailah dari hal-sehari-hari ini. Pilihlah satu pulpen favoritmu, satu bedak yang paling cocok dengan kulitmu, dan simpan sisanya. Mungkin terdengar sepele, tapi langkah kecil ini akan membantumu membangun kebiasaan memilih dan memilah.
Benar, 😁kami tidak bercanda kok. Evaluasi barang milikmu.
Setelah berhasil mengurangi barang-barang kecil, saatnya kita beralih ke barang-barang yang lebih besar. Ambil satu ruangan di rumahmu, misalnya kamar tidur. Keluarkan semua barang dari lemari, laci, dan rak. Letakkan di atas kasur atau lantai. Perhatikan satu per satu barang tersebut. Tanyakan pada dirimu sendiri, “Kapan terakhir saya menggunakan ini?” atau “Apakah barang ini masih berfungsi dengan baik?” Jika jawabannya adalah “Sudah lama sekali” atau “Tidak”, maka saatnya untuk melepaskannya.
Segera!
Jangan takut melepaskan. Itu gak dibawa mati.
Melepaskan barang-barang kesayangan memang tidak mudah. Kami maklum, semua orang termasuk penulis sendiri, merasa memiliki ikatan emosional dengan barang-barang tertentu. Namun, ingatlah bahwa barang hanyalah benda. Kebahagiaanmu tidak ditentukan oleh banyaknya barang yang kamu miliki.
Nah, bagaimana dengan Digitalisasi dan Minimalisasi?
Prinsip YONO tidak hanya berlaku untuk barang-barang fisik, tetapi juga untuk data digital. Hapus foto-foto yang gak penting, aplikasi yang jarang digunakan, dan email yang menumpuk. Dengan begitu, perangkatmu akan lebih cepat, tidak terasa berat, dan kamu pasti akan merasa lebih lega.
Barang-barang yang masih layak pakai, tapi tidak lagi kamu butuhkan, bisa kamu donasikan atau berikan kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan berbagi, kamu tidak hanya mengurangi jumlah barang di rumahmu, tetapi juga membantu orang lain.
Sebenarnya dari semua ini yang paling penting adalah ‘Perencanaan’ dalam pembelian.
Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada dirimu sendiri, “Apakah kami benar-benar membutuhkan ini?” atau “Apakah kami sudah memiliki barang yang serupa?” Dengan merencanakan pembelian dengan baik, kamu akan terhindar dari membeli barang-barang yang mubazir.
Dan benar-benar sangat bermanfaat.
Apa Manfaat untuk Kita?
Prinsip YONO, atau “You Only Need One”, mengajak kita untuk melakukan seleksi yang ketat terhadap barang-barang yang kita miliki. Gatal tangan karena tergoda oleh beragam pilihan yang berlimpah, YONO mendorong kita untuk fokus pada esensi: memiliki satu barang berkualitas tinggi yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Ini, yaa mungkin terdengar sederhana, tapi memiliki manfaat yang jauh lebih luas dalam kehidupan kita.
Secara logis, apa saja manfaat yang bisa kita raih dengan menerapkan prinsip YONO?
Pertama, efisiensi waktu dan energi. Dengan mengurangi jumlah barang yang harus di rawat, di bersihkan, atau di atur, kita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif atau sekadar bersantai.
Kedua, bukan pelit tapi penghematan finansial. Membeli barang berkualitas tinggi yang tahan lama akan mengurangi kebutuhan untuk sering-sering membeli barang pengganti. Dalam jangka panjang, ini berarti penghematan yang signifikan.
Ketiga, pengurangan limbah. Konsumsi yang lebih bijak berarti mengurangi produksi sampah, yang pada gilirannya berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Namun, manfaat YONO tidak berhenti sampai di situ.
Prinsip ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang. Dengan memiliki ruang yang lebih terbuka dan teratur, kita cenderung merasa lebih tenang dan fokus. Selain itu, YONO mendorong kita untuk lebih menghargai setiap barang yang kita miliki, sehingga kita lebih sadar akan nilai sebenarnya dari sebuah benda.
YONO “Bukan suaminya tante Mirna”, juga dapat membantu kita mengatasi masalah konsumerisme.
Seringkali, kita latah, dengan membeli barang bukan karena kebutuhan, tetapi karena dorongan untuk memenuhi keinginan sesaat “gelap mata” karena pengaruh iklan. YONO mengajarkan kita untuk lebih rasional dalam mengambil keputusan konsumsi, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam siklus belanja yang tak ada ending-nya.
Ketika YONO Menyegarkan Nafas Hidup Terpaksa Beli
Siapa sangka, dari tindakan ‘terpaksa beli’ justru muncul sebuah kesadaran baru. Prinsip YONO mengajarkan kita, bahwa setiap pembelian adalah sebuah keputusan. Dengan memilih satu barang yang benar-benar di butuhkan dan ‘berkualitas tentunya’, kita tidak hanya menghemat uang dan waktu, tapi juga mengurangi limbah setelahnya.
“Bukankah aneh ketika kita membeli sesuatu karena terpengaruh oleh Tren.”
Lebih dari itu, YONO juga melatih kita untuk lebih menghargai setiap barang yang kita miliki. Satu kenyataan yang hebat, dari sebuah ‘keharusan’ yang tak terhindarkan, ketika kita bisa memetik begitu banyak manfaat yang tak tertulis dalam sebuah catatan.
Salam Dyarinotescom.