Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Megalophobia: Melihat Dunia dengan Kacamata Berbeda

Share:

Follow Us

Dukungan Terbaikmu

Terbaru

Yang disarankan

Masterpiece

Menarik untuk kamu

Sulit untuk kita tidak takut bahwa dunia ini sebagai “tempat yang penuh dengan raksasa”. Gedung pencakar langit, pesawat terbang yang melintas di langit, bahkan pohon-pohon besar di taman bisa menjadi sumber kecemasan yang luar biasa bagi sebagian orang. Orang dengan ‘Megalophobia‘. fobia terhadap benda-benda yang besar, hidup dalam dunia yang berbeda.

Setiap kali mereka melihat sesuatu yang berukuran besar, rasa takut dan panik itu datang dan langsung menyergap. Memang benar bahwa Megalophobia, sebuah fobia spesifik dengan rasa takut berlebihan terhadap objek besar, seringkali kita anggap sepele.

 

“Kebanyakan nonton movie” katanya. Namun, bagi mereka yang mengalaminya, fobia ini bisa sangat membatasi kehidupan sehari-hari. Ketakutan yang intens “terus menerus” terhadap gedung tinggi, jembatan, atau bahkan laut lepas dapat membuat mereka menghindari tempat-tempat umum dan pada akhirnya mereka mengisolasi diri.

Tapi, kami masih tetap berjuang.

 

Perjuangan Melihat Dunia dengan Kacamata Berbeda

Tidak ada usia spesifik yang menentukan seseorang rentan terkena megalophobia. Fobia, termasuk megalophobia, bisa muncul pada siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Paling sering seeh itu dialami pada anak-anak. Tapi, seiring bertambahnya usia, pandangan akan ketakutan itu pun berubah.

Tiada yang salah ketika kita melihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Yang salah adalah ketika kacamata itu tidak menguntungkan kita “Menggangu!”. Membuat ketakutan, misalnya. Ketika ada orang dengan Megalophobia, bisa saja ia memilih untuk mengisolasi diri, menghindari banyak situasi dan aktivitas yang seharusnya menyenangkan.

Dan kami pun sangat-sangat memahami itu.

Ada beberapa cara untuk memperbaiki agar bisa meringankan megalophobia tanpa harus pergi ke terapis, misalnya: dengan teknik relaksasi, teknik kognitif, dan eksposur bertahap. Di perkuat juga dengan dukungan dari orang terdekat.

 

1. Bagaimana teknik relaksasi dapat membantu mengatasi Megalophobia?

Megalophobia, atau ketakutan berlebihan terhadap benda-benda besar, seringkali memicu respons kecemasan yang kuat. Teknik relaksasi berperan penting dalam mengelola kecemasan ini. Dengan melatih tubuh dan pikiran untuk rileks, kita dapat mengurangi intensitas gejala megalophobia.

Mengapa Teknik Relaksasi Efektif?

Ketika kita merasa rileks, tubuh melepaskan hormon kortisol yang lebih sedikit, yaitu hormon yang terkait dengan stres. Teknik relaksasi membantu kita lebih fokus pada saat ini dan mengurangi pikiran negatif yang seringkali memicu kecemasan. Dengan menguasai teknik relaksasi, kita merasa lebih mampu mengendalikan respons tubuh terhadap situasi yang memicu kecemasan.

 

2. Bagaimana teknik kognitif dapat membantu mengatasi megalophobia?

Teknik kognitif baik dan sangat efektif untuk mengatasi megalophobia. Teknik ini bekerja dengan mengubah pola pikir negatif yang terkait dengan ketakutan terhadap benda besar menjadi pola pikir yang lebih rasional dan positif.

Bagaimana Caranya?

Hal ini bisa dilakukan dengan cara: mengidentifikasi pikiran negatif, evaluasi pikiran, ganti dengan pikiran-pikiran yang positif.

Perhatikan situasi atau objek apa yang memicu kecemasan terkait benda besar. Ingat, jika perlu catat pikiran-pikiran yang muncul saat kamu menghadapi pemicu tersebut. Misalnya, “Aku bakalan pingsan jika melihat gedung pencakar langit.”

 

Apakah pikiran-pikiran tersebut benar-benar terbukti?

Uji kebenaran akan hal itu. Seringkali, pikiran negatif merupakan hasil dari generalisasi berlebihan atau pemikiran yang tidak realistis. Cari bukti yang mendukung dan menentang pikiran negatif tersebut.

Dan ganti itu dengan Pikiran Positif.

Ganti pikiran negatif dengan fakta yang lebih realistis. Misalnya, “Gedung pencakar langit memang besar, tetapi banyak orang yang bekerja dan menikmati pemandangan dari sana.” Ulangi afirmasi positif seperti “Aku mampu mengatasi rasa takut ini” atau “Ini aman dan terkendali.” Afirmasi positif sangat baik bila kita gunakan.

 

Bagaimana Penerapan Teknik Kognitif?

Misalnya, seseorang dengan megalophobia merasa sangat takut saat melihat jembatan gantung. Pikiran negatif yang muncul mungkin seperti, “Jembatan ini pasti akan putus dan saya akan jatuh.” Dengan teknik kognitif, orang tersebut dapat:

  • Mengidentifikasi pemicu: Jembatan gantung
  • Mengidentifikasi pikiran negatif: “Jembatan ini pasti akan putus dan saya akan jatuh.”
  • Evaluasi pikiran: “Apakah ada bukti bahwa jembatan ini tidak aman? Jembatan ini dibangun dengan konstruksi yang kuat dan telah diperiksa secara berkala.”
  • Ganti dengan pikiran positif: “Jembatan ini sangat kokoh dan dirancang untuk menahan beban yang berat. Saya aman jika berjalan di atasnya.”

 

Dengan mengubah pola pikir negatif, kecemasan yang ditimbulkan oleh megalophobia dapat berkurang secara signifikan. Dan seiring berjalannya waktu, kamu akan merasa lebih percaya diri dalam menghadapi situasi yang sebelumnya menakutkan.

Teknik ini bisa di kombinasikan dengan teknik lain.

Efektif jika dikombinasikan dengan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, dan zikir. Kombinasi kedua teknik ini akan membantu kita mengatasi baik aspek emosional maupun kognitif dari megalophobia.

 

3. Bagaimana eksposur bertahap dapat membantu mengatasi Megalophobia?

Eksposur bertahap dapat membantu dalam mengatasi fobia, termasuk megalophobia. Prinsip dasarnya adalah dengan secara bertahap mendekati objek atau situasi yang ditakuti, sehingga tubuh dan pikiran dapat terbiasa dan mengurangi respons kecemasan.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Ini dilakukan dengan membuat satu hirarki ketakutan, yang dimulai dari paling rendah, lalau ditingkatkan secara bertahap, demi menghindari kecemasan dan tetap berada di situasi tersebut.

 

Bagaimana membuat Hirarki Ketakutan?

Tentukan objek atau situasi yang paling membuat kamu takut hingga yang paling sedikit menakutkan. Misalnya, jika takut pada gedung tinggi, hirarki bisa dimulai dari melihat gambar gedung, lalu video gedung, hingga akhirnya melihat gedung secara langsung dari jarak dekat.

Mulailah itu pada sesuatu atau dari yang Paling Rendah.

Ini sebagai satu paparan bertahap. Mulailah dengan situasi yang paling sedikit menakutkan dalam hirarki kita. Misalnya, jika takut pada pesawat, mulailah dengan melihat gambar pesawat.

Tingkatkan Secara Bertahap.

Setelah merasa nyaman dengan satu tahap, lanjutkan ke tahap berikutnya yang sedikit lebih menantang. Misalnya, setelah kamu nyaman melihat gambar pesawat, kiranya kamu juga bisa menonton video pesawat terbang.

 

Bagaimana menghadapi kecemasan?

Semua orang sangat normal untuk cemas. Ingat! “Semua orang boleh cemas”. Untuk itu, izinkan diri kamu merasa cemas. Kecemasan adalah hal yang wajar dalam proses eksposur. Fokuslah pada pernapasan dan teknik relaksasi untuk mengelola kecemasan.

Pertahankan dan Tetap di Situasi.

Jangan mundur, Jangan menghindari. Tetaplah berada di situasi yang memicu kecemasan hingga kecemasan berkurang. Ini akan membantu kita belajar bahwa situasi tersebut sebenarnya tidak berbahaya.

 

Beberapa Contoh Eksposur Bertahap untuk Megalophobia:

Jika seseorang takut pada jembatan gantung atau “apalah itu yang kamu takutkan saat ini”, hirarki eksposurnya bisa, seperti:

  • Melihat gambar jembatan gantung;
  • Menonton video orang menyeberang jembatan gantung;
  • Berdiri di dekat jembatan gantung;
  • Melihat ke bawah dari jembatan gantung;
  • Berjalan di bagian awal jembatan gantung;
  • Berjalan di tengah jembatan gantung; dan
  • Menyelesaikan perjalanan menyeberangi jembatan gantung.

 

Apakah Eksposur Bertahap Efektif?

Tentu saja kami percaya ini amat sangat membantu. Dengan menghadapi ketakutan secara bertahap, kamu akan menyadari bahwa ketakutan kamu seringkali tidak berdasar. Dan ini amat sangat mendukung kepercayaan diri.

Setiap keberhasilan dalam menghadapi situasi yang menakutkan akan meningkatkan kepercayaan diri kamu. Semakin sering kita menghadapi situasi yang ditakuti, respons kecemasan tubuh akan semakin berkurang.

 

Semua Menjadi Lebih Bisa Karena Dukungan

Dukungan memang menjadi bagian penting dalam mengatasi megalophobia. Ketakutan terhadap benda-benda besar bisa terasa sangat mengisolasi, namun dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat, proses pemulihan bisa menjadi lebih bisa, mudah, dan menyenangkan.

Bagaimana Dukungan Bisa Membantu Mengatasi?

Ketika kamu sebagai orang di sekitar memahami dan menunjukkan empati terhadap ketakutan kita, kita merasa lebih dipahami dan tidak sendirian. Dukungan positif dapat menjadi motivasi yang kuat untuk terus berusaha mengatasi fobia. Kata-kata semangat dan dorongan dapat membantu kita keluar dari zona nyaman.

Memiliki seseorang yang siap menemani saat menghadapi situasi yang menakutkan bisa mengurangi kecemasan dan memberikan rasa aman. Setiap kemajuan kecil, sekecil apapun, patut dirayakan bersama. Ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk terus maju.

 

Akhir Dari Perjuangan Melawan Takut

Bagi kebanyakan Anak-anak misalnya, melihat pesawat terbang melintas di langit adalah pemandangan yang biasa “waaah!”. Namun, bagi penderita megalophobia, pesawat terbang adalah simbol kebisingan, bahaya, dan ketakutan yang besar. Ukurannya yang sangat besar dan kemampuannya untuk terbang tinggi di atas tanah membuat ‘mereka’ merasa sangat kecil dan tidak berdaya.

Maka untuk itu berjuang melawan rasa takut.

Setiap orang tentu memiliki rasa takut. Satu hal yang wajar kan? asal tidak berlebihan porsinya hingga menguasai pikiran. Bahkan, jika kamu tidak pernah melawan “rasa takut itu sendiri”, seseorang tidak akan mengalami kemajuan dalam hidupnya.

Ketakutan adalah pengetahuan yang setengah-setengah. Bisa jadi apa yang kamu takutkan, di saat yang sama, bukan seperti yang ada di dalam pikiranmu. Sejujurnya, sisi lain dari setiap ketakutan adalah ‘kelegaan’. Ketika seseorang telah mengatasi ketakutannya, maka itu sebenar-benarnya kebebasan.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Join Us

Bergabung Bersama Kami Menjadi Bagian Dari Komunitas Dyarinotescom

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.