Table of Contents
ToggleSekarang, sistem kerja On-Site sudah mulai di modifikasi. Sistem ini merupakan model konvensional, di mana seorang karyawan harus berkerja full di tempat kerja atau kantor. Sedangkan sistem Remote Working kebalikannya, yaitu model kerja jarak jauh atau lebih di kenal daring. Hybrid Work itu sendiri merupakan pengabungan antara On-Site dan Remote Working.
Dalam pelaksanaannya, Remote dan Hybrid Work, memiliki beberapa asupan kendala dan kebingungan terhadap tata laksana. Sejauh mana manajemen bisa memastikan bahwa kerja dengan sistem ini layak untuk kita pergunakan.
Remote dan Hybrid Work
Ada banyak pertanyaan yang dapat kita rangkum dalam menjalankan sistem kerja ini. Pertanyaan tersebut sebagai kunci dalam menjawab kendala dari asupan kebingungan karena karyawan diberikan kuasa dan kebebasan untuk melakukan aktivitas bekerja dimana saja.
Tapi satu hal yang jelas, yaitu kita tidak akan mungkin kembali kepada sistem kerja On-Site karena keadaan saat ini sungguh tidak dapat di kendalikan. Yang penting, yang harus di garis bawahi adalah bagaimana menciptakan karyawan dengan kemampuan untuk bekerja dari jarak jauh (Remote Work) dan sebagian besar lagi mengantisipasi lingkungan Hybrid Office di masa mendatang.
Berikut ini, DyariNotesCom kumpulkan, beberapa cakupan atas pertanyaan seputar Remote dan Hybrid Work, antara lain:
1. Dimana Karyawan Harus Bekerja?
Di mana karyawan bekerja hari ini dan di mana mereka akan bekerja esok hari? Rata-rata pekerjaan saat ini dapat di lakukan oleh karyawan dari jarak jauh atau Remote-Capable Employees dengan bekerja dari rumah, atau setidaknya setengah hari.
Sebelum pandemi, kita dapat melakukan perkerjaan secara On-Site yang artinya full di kantor. Kemudian pandemi melanda, dan sebagian besar karyawan harus menerapkan Remote Work.
Pada pertengahan tahun 2022, keadaan mulai berubah. Secara berangsur-angsur kegiatan mulai kembali normal. Tapi ada sebagian karyawan dengan kemampuan jarak jauh terus bekerja dari rumah. Mungkin merasa nyaman dan lebih efisien.
Secara kasap mata, banyak karyawan mengharapkan cara kerja dengan sistem Remote dan Hybrid Work. Mereka sudah terlatih dan memiliki kemampuan kerja jarak jauh. Di ukur dari tingkat keamanan pun sistem ini cukup baik.
Dalam penerapan sistem Remote dan Hybrid Work seorang karyawan bisa berkerja di mana saja. Di rumah atau di cafe misalnya. Tergantung kebutuhan dan disesuaikan dengan schedule mereka masing-masing.
2. Seberapa Jauh Dukungan organisasi?
Perusahan kebanyakan cukup memahami dan setuju dan juga lebih menyukai hybrid work. Tetapi mereka juga memiliki keraguan jika terdapat cukup besar karyawan yang sepenuhnya bekerja jarak jauh (remote work).
Mereka khawatir tentang bagaimana mempertahankan kinerja dan budaya tim, jika anggota mereka bekerja terlalu lama dari rumah, dalam waktu lama. Jangan-jangan hanya tidur-tiduran, makan atau main game saja.
Efek jangka panjang dari pekerjaan jarak jauh mungkin belum terlihat. Tapi kita tahu bahwa bekerja dari lokasi yang tidak sesuai, dapat mendatangkan penurunan pada aspek dan pendapatan karyawan itu sendiri.
Faktanya, ketika karyawan memilih untuk bekerja secara hybrid atau sepenuhnya jarak jauh (remote work), banyak efek samping yang terjadi, seperti:
- Komunikasi dan keterlibatan secara signifikan menurun;
- Produktivitas akan sulit di pertahankan;
- Kesejahteraan dan pendapatan yang jauh berkurang;
- Pemahaman teknologi yang masih rendah;
- Niat yang jauh lebih besar untuk mencari pekerjaan baru; dan
- Tingkat kelelahan yang jauh lebih tinggi.
Dalam penerapan sistem Hybrid Work juga harus memperhatikan kesanggupan karyawan. Tidak semua karyawan sanggup mempertahankan produktivitas jika bekerja di rumah. Mereka akan mengalami tingkat kelelahan yang tinggi (Burn Out) karena bercampur dengan aktivitas rumah dengan segala kondisi yang ada.
Secara alami, lokasi dan kebijakan kerja bukanlah satu-satunya penentu kualitas kerja. Perusahaan harus menumbuhkan tempat kerja yang berkembang melalui komitmen dan tanpa henti terhadap keterlibatan karyawan, kesejahteraan, managemen yang solid, dan budaya perusahaan yang kuat.
3. Mengapa lebih memilih Hybrid Work?
Ada banyak alasan yang cukup masuk akal jika seorang karyawan di tanya mengapa lebih memilih Hybrid Work.
Dan tanggapan yang paling umum adalah karyawan lebih memilih pekerjaan hybrid untuk menghindari waktu perjalanan. Dan juga agar tidak terburu-buru menambah waktu yang di butuhkan untuk bersiap-siap bekerja, pergi ke kantor dan pulang ke rumah setiap hari.
Mereka juga berkeinginan eksplorasi kebebasan diri yang lebih besar untuk bekerja kapan, di mana, dan dengan cara yang paling cocok bagi mereka. Di samping tuntutan mereka untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik, keseimbangan kehidupan dan fleksibilitas kerja.
Menurut mereka, dunia kini semakin terdigitalisasi. Karenanya sangat mudah terhubung dengan rekan kerja dan organisasi. Terhubung dengan anggota tim dan merasa bahwa mereka adalah bagian dari budaya perusahaan.
Secara keseluruhan, alasan utama orang menginginkan sistem Hybrid Working karena memiliki fleksibilitas untuk mengelola kehidupan pribadi mereka sambil tetap merasa terhubung dengan organisasi.
Sentimen ini sejalan dengan kebutuhan yang menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja dan peningkatan kesejahteraan pribadi adalah alasan utama orang akan bertahan atau berganti pekerjaan.
4. Seperti apa Skema yang akan Terbentuk?
Berapa hari dalam seminggu anggota tim harus datang ke kantor? Apa jenis kebijakan yang harus perusahaan miliki untuk mengatur sirkulasi kegiatan?
Secara alami, preferensi karyawan dan kesesuaian jadwal kerja campuran sangat bervariasi menurut organisasi, tim, peran, dan individu. Sebagian besar karyawan setuju bahwa jumlah waktu yang moderat di kantor itu penting, dan secara konsisten menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja cenderung optimal untuk mengurangi kelelahan.
Rata-rata sebagian karyawan ingin berada di kantor tiga hingga empat hari dalam seminggu atau di modifikasi, seperti: waktu kerja yang tidak terlalu pagi. Yang penting adalah kita dapat mengevaluasi jenis pedoman mana yang paling cocok untuk tim, mengingat jenis pekerjaan yang mereka lakukan, dukungan yang di butuhkan, dan budaya kerja yang ingin kita bentuk.
Kita harus mempertimbangkan bagaimana mengikat ketergantungan anggota tim selama bekerja. Semakin erat ikatan, semakin eksplisit manajemen dalam mengatur tentang kapan orang perlu berada di lokasi bersama, kapan mereka perlu tersedia untuk rekan satu tim mereka, dan bagaimana handoff akan di tangani.
Tim-tim ini membutuhkan sejumlah kontrol dan lebih banyak waktu untuk tatap muka untuk menjaga semuanya bergerak secara kohesif.
Sebaliknya, ketika orang bekerja secara sendiri, melakukan tugas yang membutuhkan lebih sedikit kolaborasi, mereka dapat di beri lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas atas jadwal kerja karena mereka menyelesaikan pekerjaan mereka secara individu.
Dalam Hybrid Work komunikasi itu penting. Komunikasi yang intens, bertanggung jawab atas hasil kinerja, dan menemukan waktu dalam membangun tim yang solid.
Risiko terbesar mereka adalah bekerja dalam isolasi terlalu lama atau pada saat yang salah. Tim yang sangat independen juga berisiko mengalami erosi budaya dan pengabaian rekan kerja yang bekerja jarak jauh.
Meskipun jadwal kerja berbeda menurut organisasi, secara umum penting untuk terus menilai, menyesuaikan, dan mengkaji kembali. Pada akhirnya, semua stakeholder sama-sama membutuhkan jawaban yang jelas tentang mengapa orang harus datang dan bagaimana mereka harus menghabiskan waktu secara tatap muka.
5. Bagaimana membuat Hybrid Work lebih Produktif?
Organisasi yang kita bangun dalam sebuah perusahaan pasti berusaha menciptakan landasan yang kokoh untuk kehidupan normal baru. Meski begitu, sangat mudah bagi organisasi untuk terjebak dalam kebijakan dan aturan tentang Hybrid Work dan perlu menyediakan tiga hal, seperti:
- Produktivitas: Menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan efektif;
- Fleksibilitas: Memungkinkan personalisasi sehingga orang dapat berkembang di tempat kerja dan di rumah;
- Konektivitas: Mendorong kemitraan yang mendukung kerja tim dan budaya organisasi.
Dalam meningkatkan produktivitas, bukan hanya kepatuhan terhadap kebijakan. Tapi fokus pada hasil kinerja yang tepat dan memiliki alat yang tepat untuk melacak kemajuan. Pertimbangkan saling ketergantungan pekerjaan. Ketika rekan satu tim lebih saling bergantung satu sama lain, mereka membutuhkan lebih banyak koordinasi jadwal dan waktu.
Dalam meningkatkan fleksibilitas dalam suatu kerangka kerja, tidak ada kebijakan Hybrid work yang ideal untuk semua tim. Di butuhkan otorisasi untuk membuat kebijakan sektoral yang mungkin kita perlukan. Penting juga untuk menetapkan di mana saja batasan karyawan.
Ada kalanya fleksibilitas dan otorisasi sektoral dapat menciptakan ambiguitas dan masalah koordinasi. Ketika fleksibilitas meningkat, perusahaan perlu meningkatkan komunikasi tentang prioritas kerja, kemajuan, dan penyerahan antara anggota tim.
Dalam meningkatkan konektivitas, ketika anggota tim yang bekerja di kantor berperilaku seolah-olah semua orang bekerja dari jarak jauh, pekerja jarak jauh lebih cenderung merasa seperti bagian dari tim. Agar dapat menciptakan pengalaman yang lebih inklusif.
Juga, meluangkan waktu untuk belajar bersama adalah cara yang baik untuk tumbuh menjadi Hybrid Team. Cobalah menjadwalkan pelatihan yang mengajarkan tim untuk berkolaborasi secara lebih efektif dalam pengaturan virtual.
Beri alasan kuat untuk datang ke kantor. Sebuah kebijakan bukanlah jawaban mengapa orang harus datang ke kantor. Perusahaan perlu mengembangkan proposisi nilai tempat kerja yang menarik yang mewakili budaya, manfaat dan interaksi.
NOTES
“Hybrid Work” bukan hanya berkaitan dengan jadwal kerja atau kebebasan. Banyak yang sudah memetik manfaat yang melakukannya sebelum pandemi. Hybrid Work yang luar biasa cenderung memiliki lebih banyak anggota tim yang terlibat, interaksi yang bermakna, dan pada akhirnya, fleksibilitas yang lebih baik untuk mengintegrasikan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Salam DyariNotesCom