Table of Contents
ToggleMau jadi apa bangsa ini jika kritik dari masyarakat di bayar dengan tuntutan. Bangsa ini milik kami juga. Bukan milik kalian – Sang pelaksana kelola negara. Aneh tapi nyata. “Hey, kalian itu di bayar negara” kata seorang kritikus. Jika kritik di larang, mau jadi bangsa apa ini? Demokrasi atau lainnya? Jujur saja!
Yuk, Ngopi dahulu…
Pagi ini kami buka sebuah berita, tepatnya pada media Kompasiana dengan tajuk ‘Kritik Pemkot Jambi Siswi SMP Dipolisikan’. Berita tersebut menjelaskan bahwa seorang siswi SMP melayangkan protes terhadap Pemkot Jambi, lantaran jalan desanya dan sumur air neneknya rusak akibat kendaraan berat yang melaju di sekitar rumahnya.
Namun, bukan diberi tanggapan positif, malah dikriminalisasi karena berani melakukan protes melalui media sosial. Jerat UU ITE terkait pencemaran nama baik pun melayang, dan membuat dirinya sebagai terdakwa. Anehnya, aduan pencemaran nama baik kepada Pemkot di keluarkan oleh Kabag Humas Pemkot, yang juga memiliki jabatan sebagai Jaksa Pengadilan Negeri Jambi.
Kesal sekali mengetahui ketidakadilan semacam ini.
Bangsa Yang Menujunjung Tinggi Rasa Keadilan
Membangun kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, dengan mengedepankan kejujuran, keadilan, dan keterbukaan, itulah tujuan dari demokrasi. Dalam Demokrasi kekuasaan itu di pegang oleh rakyat dan di jalankan oleh ‘mereka’ secara langsung atau tidak langsung melalui mekanisme yang kita sepakati bersama. Demokrasi yang berlandaskan Pancasila.
Lantas yang ‘terjadi’ tidak ada rasa keadilan di dalamnya.
[INSERT_ELEMENTOR id=”18561″]
Jalur hukum sangatlah tidak bijak untuk ditempuh untuk menyelesaikan problem sosial, pun terhadap siswi SMP yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Ia hanya menyuarakan apa yang tidak adil menurutnya. Tidak perlu menjadi seorang intelektual untuk berani menyuarakan keadilan.
Mana Suaramu
Kami ‘Rakyat’ ingin bangsa ini maju dan berkeadilan sosial. Bukan mencari keburukan dan kehancuran. Kami sangat yakin, bangsa ini bisa maju di tahun-tahun mendatang. Di bawah pemimpin yang bijak nan adil seraya berkata “Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah satu bangsa”.
Jangan pernah kalian menindas kami. Kami ini bagian dari bangsa ini. Kami belajar, bekerja tapi kami juga boleh mengkritik jika itu di rasa tidak benar. Tidak perlu malu jika melakukan kesalahan. Salah itu biasa, tapi jika berulang kali itu bodoh.
Demokrasi pada akhirnya untuk membatasi kekuasaan. Kekuasaan tertinggi ada di tangan kami, Rakyat. Kami sangat berhak menurut konstitusi, memberikan aspirasi dan kritik pada pemerintahan, agar tidak melahirkan sistem Pemerintahan yang absolut dan diktator.
Catatan
Tanpa banyak basa-basi kami berharap semoga semua akan baik-baik saja. Ketika kita punya itikad baik untuk perubahan dan perbaikan, maka segerakan itu. Siapa tahu ada udang di balik batu. Bau mu tercium sampai kesini. #IndonesiaRaya
Salam Dyarinotescom.