Makin ditahan makin menjadi dan ternyata ini tidak bisa kami bendung. Rasa tertekan ini, Gabut banget neehh. Kesal dengan keadaan kemarin. Bongkar celengan, angkat kasur, kuras ATM dan cabut kita. Revenge Travel itulah namanya. Satu istilah balas dendam karena dilarang jalan oleh keadaan.
Dengan nada DO tinggi, kesal mengatakan “Kami tak bisa kemana-mana. Boro-boro mau liburan, menyapa tentangga pun ANTI”. Sekarang meledak sudah. Emosi ku, keinginan ku, dan tindakan yang terpendam lama harus segera disalurkan. Pokoknya harus meluncur kesana, urusan lainnya belakangan. Kemana kita? Wisata!
Table of Contents
Toggle
Apa Itu
Katakan ‘Revenge travel’ adalah istilah orang galau buat pada kisaran tahun 2021, ketika orang-orang mulai bepergian lagi setelah terancam pandemi lamaaaaaa. Istilah ini menggambarkan keinginan keras dari masyarakat untuk bepergian lebih banyak (jalan-jalan), executive class (lebih mewah) sebagai bentuk balas dendam terhadap waktu yang hilang selama ini, pandemi.
Oleh karena perilaku tersebut merupakan bentuk ekspresi diri yang tertekan, ketika masyarakat tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan bebas, maka perilaku tersebut akan semakin menekan lebih dalam, dan akhirnya “BOOM” meledak dengan intensitas yang lebih tinggi. “Sudah tak penting uang banyak jika seperti di penjara”.
Makin Ditahan Makin Menjadi
Ini bentuk pelampiasan dari emosi di ubun kepala. Ketika kita merasa marah, kesal, frustrasi, atau cemas, maka akan cenderung melakukan tindakan yang harus di lampiaskan. Jika perilaku tersebut terus tertahan, maka emosi negatif akan semakin meningkat, menjadi penyakit, dan akhirnya mendorong ‘perilaku aneh’. Ngemil cokelat kebanyakan, main game berlebihan, makan pun pesan online.
Bagi diri pribadi, perilaku ini sungguh menyebabkan bebal, stres, kecemasan, dan depresi. Bagi orang lain, perilaku dapat menyebabkan konflik (lihat kanan dan kiri, itu-itu saja), kekerasan, dan bahkan kriminalitas. Dan kini kita wujudkan dalam bentuk yang simple, Revenge travel.
“Mari berangkat”.
Revenge travel dapat di wujudkan dalam berbagai bentuk, seperti: Memilih destinasi yang lebih mahal dan eksklusif, melakukan perjalanan yang lebih lama, maunya serba mewah, dan lebih sering berpergian keluar kota, bahkan kalau bisa “kita ke bulan berdua”, Ciee.
Mengapa Revenge Travel Diprediksi Meningkat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan I 2023 secara akumulasi menyentuh 2,5 juta kunjungan. Sektor ini terbang tinggi sebesar: 508,87% di bandingkan periode sama tahun 2022. Dan di prediksi kunjungan wisman ‘semakin kencang’ hingga akhir tahun menembus kurang lebih sebanyak 9 juta kunjungan.
Revenge travel tidak hanya di dorong oleh keinginan untuk menggantikan waktu yang hilang, tetapi juga oleh keinginan untuk merayakan hidup dan menikmati pengalaman baru setelah melalui masa-masa sulit. Masa di mana nyawa jadi taruhannya. Beberapa Destinasi wisata lokal yang baik untuk kita kunjungi, antara lain:
- Bali dan Lombok sudah pasti;
- Palembang dan Medan paling enak kulinernya;
- Kota Mataram merupakan kota yang multi etnis dan agama;
- Kota Solo dengan kuliner, keindahan dan kelembutan penduduknya;
- Jogja dengan candi dan gudegnya yang ikonik;
- Semarang dan Surabaya dengan sejarahnya;
- Padang dengan rendah asli maknyos dimakan dirumah gadang; dan
- Masih banyak lagi, tentunya layak untuk kita kunjungi.
Dampak Yang Ditimbulkan Karenanya
Revenge travel memiliki dampak positif bagi industri pariwisata, yang sangat terpukul oleh pandemi. Ekonomi dan transaksi meningkat pesat, pastinya. Namun, revenge travel juga menimbulkan beberapa dampak karenanya, seperti: kenaikan harga tiket pesawat dan hotel, overcrowding di destinasi wisata populer, dampak negatif terhadap lingkungan.
Kenaikan harga tiket pesawat dan hotel terjadi karena permintaan yang meningkat. Setelah keadaan mereda, “Masyarakat Gerah” mulai bepergian lagi dengan jumlah yang lebih besar daripada sebelum pandemi. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap tiket pesawat dan hotel meningkat berbenturan dengan ketersediaan yang terbatas.
Overcrowding di destinasi wisata populer pasca pandemi merupakan salah satu dampak dari fenomena revenge travel. Peningkatan jumlah wisatawan salah satunya. Antrian yang panjang pada tempat-tempat wisata dan penyedia kuliner, kerumunan, dan kualitas nilai pengalaman yang di dapatkan anjlok.
Apa yang terjadi dengan lingkungan akibat Revenge Travel?
Polusi udara dan suara, pastinya meningkat. Penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas wisatawan yang menimbulkan kebisingan. Sampah di mana-mana, hutan akan mulai di gunduli karena banyaknya pembangunan aset wisata, kepunahan flora dan fauna pun tak terelakkan.
Peningkatan jumlah wisatawan dapat menyebabkan peningkatan pencemaran air di destinasi wisata, lho. Endingnya menyebabkan degradasi lingkungan di sebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam dan habitat alami.
Lalu apa yang bisa kita antisipasi jika semua ini terjadi Ferguso?
Perhatikan Beberapa Hal
Memang ini bukan urusan kami. Tapi paling tidak ini cara Dyarinotescom dan kamu peduli terhadap bumi ini. Ketika berencana untuk melakukan ‘Revenge Travel’, ada beberapa hal yang perlu kamu dan kami perhatikan.
Lakukan perencanaan dengan matang, terutama jika kita ingin mengunjungi destinasi wisata populer. Siapkan juga anggaran yang cukup (banyak lebih baik), karena revenge travel cenderung lebih mahal daripada perjalanan biasa. Pilihlah destinasi wisata yang sesuai dengan minat dan jargon kamu, dan bangkitkan peduli lingkungan.
Ada baiknya bepergian di luar waktu libur.
Liburan biasanya terjadi pada akhir pekan, liburan anak sekolah, musim durian, dan musim lainnya. Jika kamu ingin menghindari overcrowding, kamu dapat bepergian di luar waktu-waktu tersebut.
Perhatikan juga destinasi wisata yang tidak terlalu populer. Walaupun itu tidak secantik kepulauan Maldives, tidak seindah Saint-Tropez, Solo juga bernilai tinggi. Jika kamu ingin menghindari kerumunan, pilih destinasi wisata yang tidak terlalu populer.
Riset dahulu boleh juga. Sebelum melakukan perjalanan, kamu dapat melakukan searching di Google.com terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi destinasi wisata yang mau kita kunjungi. Untuk tetap dapat menghindari overcrowding, kamu harus bersikap fleksibel dan menyesuaikan rencana perjalanan destinasi wisata.
Revenge Travel, Makin Ditahan Makin Menjadi
Walaupun ini kegiatan balas dendam karena keadaan lalu, tapi nyatanya Revenge travel adalah cara yang baik untuk menghargai hidup dan memperkaya pengalaman baru setelah melalui masa-masa sulit. Namun, penting untuk selalu kita ingat, lakukan itu secara bertanggung jawab. – Jaga Bumi Jangan Kau Kotori, Jagalah Bumi Titipan Ilahi.
Nikmati hari ini detik demi detik sebelum kamu kembali, melalui destinasi. Traveling sejatinya bentuk pencarian, mencari tempat yang berbeda, kehidupan berbeda walupun udaranya sama.
Dunia ini tidak hanya selebar meja kerja, kawan. Ambil cuti mu segera berangkat dan berliburlah di mana pun yang membuat dirimu nyaman. Seperti akhir pekan saat ini. Tak salah memilih tempat yang sederhana, karena itu lebih baik daripada liburan hanya sekali setahun di tempat yang menawan.
Liburan bukan untuk kabur. Traveling itu untuk mendapatkan hidup, agar ia tidak meninggalkan kita. Liburan terbaik bukanlah soal mewah, berkelas, dan mahal, tetapi soal kebersamaan. Untuk kamu yang merasa tahu segalanya, pergilah traveling. Di sana kamu akan menemukan hal baru yang belum kamu tahu, melahirkan satu pengertian, lalu berkata “Aku Baru Tahu Tentang ini”.
Salam Dyarinotescom.