Pernah kebayang kalau negara impian para K-Popers sejati, yang selama ini kita lihat di drama dan MV kinclong, ternyata punya sisi gelap yang bikin elus dada? Kita semua termasuk kamu, terbius sama visual menawan para bias, alunan lagu yang nge-bit, dan fashion yang bikin ngiler. Tapi, percaya atau tidak, di balik gemerlap hallyu wave, ada fakta miris yang bikin kita auto nyesek: banyak banget ‘cerita rasisme‘ yang menimpa saudara-saudari kita dari +62 di sana.
Mungkin kamu mikir, “Ah, itu cuma oknum doang kali!” atau “Palingan cuma hoax!” Eits, nanti dulu, Bro! Jangan sampai vibes positif dari Oppa favoritmu menutupi realita pahit ini. Ternyata, pengalaman rasisme di Korea Selatan itu bukan kaleng-kaleng, apalagi buat kita yang punya kulit sawo matang atau looks yang obviously bukan Korean.
So, siap-siap, karena artikel ini bakal bongkar habis sisi Korea yang jarang terekspos, dan dijamin bikin kamu melongo di setiap paragrafnya.
K-Pop Boleh Mendunia, Tapi Kok …? Mengkritisi Rasisme yang Merajalela di Korea Selatan
Gimana enggak nge-chill, Kaka?
Di satu sisi, dunia digemparkan oleh invasi K-Pop dan drama Korea yang berhasil membuat jutaan orang di seluruh planet ini oleng. Tapi di sisi lain, kita, netizen Indonesia, banyak banget yang curhat tentang perlakuan nggak enak pas lagi healing di sana. Mulai dari tatapan judgemental, diperlakukan beda di toko, sampai dapet perlakuan rude di transportasi umum.
Emosi aing bahas beginian!
Note: Ini bukan lagi sekadar gossip, melainkan kesaksian nyata yang bikin hati ambyar.
Banyak banget stories yang viral di media sosial, dari para content creator atau sekadar traveler biasa, yang membagikan pengalaman pahit mereka. Ada yang bilang susah cari taksi, ada yang merasa selalu diawasi di toko, bahkan ada yang langsung kena diskriminasi verbal hanya karena wajah mereka yang ‘asing’.
Rasa nya: semua ekspektasi tinggi tentang Korea yang ramah dan open-minded langsung buyar begitu saja.
Jadi, pertanyaan besarnya, kenapa sih bisa begini? Apa karena kita dari Asia Tenggara yang looks-nya beda? Atau emang ada mental block di sebagian masyarakat Korea yang bikin mereka sensitif sama orang asing, terutama yang bukan dari ras Kaukasia atau sesama Asia Timur?
Ini bener-bener bikin geleng-geleng kepala, apalagi pas melihat betapa gencar mereka mempromosikan toleransi dan keberagaman lewat produk budaya mereka.
Surga Idola, Neraka Realita! Menguak Sisi Gelap Korea Selatan yang Bikin ‘Hati Ambyar’
Kita semua tahu, silent treatment itu bukan kita banget. Apalagi kalau hal tersebut menyangkut harga diri. Nah, kalau kita udah kena rasisme, enggak usah diem aja, kaka! Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan, bukan buat balas dendam, tapi buat menunjukkan kalau kita punya dignity dan enggak bisa diinjak-injak.
Let’s check it out!
1. Block K-Pop & Drama Korea (Beri pelajaran dong)
Ini bukan berarti kita benci mati sama Oppa atau Eonni kita. Tapi, ini simbol perlawanan, Bro. Kalau kamu merasa udah ilfeel banget, cut off dulu semua konten Korea. Enggak usah nonton drama, unfollow akun idola, atau skip lagu-lagu K-Pop. Biarin mereka mikir, “Kok viewers-ku turun?” Ini kayak silent protest yang ngena banget.
Bisa dong!
2. Viralin Aja!
Jangan takut buat speak up! Kalau kamu punya pengalaman rasisme, jangan disimpen sendiri. Share di media sosial, bikin thread di Twitter, bikin story di Instagram, atau bahkan upload video di TikTok. #RasismeKorea bisa jadi hashtag andalan. Biar satu Indonesia tahu, dan kalau bisa, sampai ke telinga internasional.
Efek viral itu powerful, lho!
3. Dukung Produk Lokal, Kuy!
Daripada duitmu habis buat beli merchandise atau tiket konser yang promotornya Korea, mending alihkan budget-mu ke produk-produk lokal. Dukung musisi Indonesia, tonton film-film karya anak bangsa, atau beli fashion item dari desainer lokal.
Ini bukan cuma counter-attack rasisme, tapi juga bentuk cinta kita sama Tanah Air.
4. Edukasi Teman-Teman yang ‘Buta’ Kesadaran
Jangan cuma kamu yang melek. Ajak teman-temanmu, istri, adik-adikmu, atau siapa pun yang masih buta tentang isu rasisme di Korea. Bagikan artikel ini, tonton video-video expose rasisme, dan diskusikan bareng. Biar mereka enggak blind-fan lagi dan punya pandangan yang lebih kritis.
5. Boikot Wisata ke Korea Selatan
Kalau kamu ada planning liburan ke Korea, pikir-pikir lagi, deh! Mungkin ini saatnya cancel trip atau alihkan destinasi ke negara lain yang lebih ramah. Duit kita itu berharga, dan jangan sampai kita habiskan di tempat yang justru bikin sakit hati. Ini powerful message buat mereka, bahwa duit turis itu penting, dan rasisme bisa bikin kismin!
Di Balik Gemerlap K-Wave. Jerit Hati Warga +62 Hadapi Perlakuan Rasis di Negeri Ginseng
Kenapa sih bisa muncul benih-benih rasisme di Korea Selatan? Banyak yang bilang ini ada kaitannya sama sejarah kelam mereka.
Korea dulunya adalah negara yang sangat homogen, dengan sedikit sekali pengaruh dari luar. Invasi Jepang di masa lalu juga meninggalkan trauma mendalam, yang mungkin secara tidak langsung membentuk mentalitas tertutup dan kecurigaan terhadap “orang luar.” Mereka mungkin ketakutan tanpa alasan yang jelas kalau keberadaan orang asing akan mengganggu identitas budaya mereka yang begitu dijunjung tinggi.
Selain itu, faktor ekonomi juga bisa jadi pemicu.
Dengan semakin banyaknya pendatang, terutama pekerja migran dari Asia Tenggara, sebagian masyarakat Korea mungkin merasa tersaingi atau terancam. Ada juga anggapan bahwa orang asing, khususnya dari negara berkembang, datang ke Korea hanya untuk “mengambil” pekerjaan atau sumber daya. Padahal, banyak dari kita yang datang ke sana justru untuk belajar, bekerja keras, buat kencing doang atau sekadar buang receh.
Tradisi dan hierarki sosial di Korea juga mungkin memainkan peran.
Budaya mereka sangat menjunjung tinggi senioritas dan status sosial, yang kadang bisa diterjemahkan menjadi perlakuan diskriminatif terhadap mereka yang dianggap “berada di bawah.” Ditambah lagi, standar kecantikan mereka yang sangat mengagungkan kulit putih dan mata sipit, secara tidak langsung membentuk pandangan bahwa ras lain itu “kurang” atau “tidak sempurna.”
Ini bener-bener miris, karena kecantikan itu sejatinya universal.
Bukan Drama Korea: Ketika ‘Oppa’ Jadi ‘Oppressor’
Jadi, bisa kita simpulkan, yaa ternyata faktanya: Korea Selatan itu bukan cuma soal K-Pop, drama romantis, dan oppa yang charming. Di balik semua itu, ada realitas pahit tentang rasisme yang bikin hati kita auto ambyar. Ini bukan cuma masalah oknum lagi, tapi sudah menjadi pola yang mengkhawatirkan dan perlu perhatian serius.
Kita tidak bisa lagi tutup mata “seperti anak abah,” dan berpura-pura: “Semua baik-baik saja.”
Lemah!
Penting banget bagi kita sebagai warga +62 untuk berani bersuara dan menunjukkan bahwa kita tidak akan tinggal diam ketika hak-hak kita di injak-injak. Jangan biarkan image gemerlap Korea menutupi kenyataan yang sebenarnya. Mari kita gunakan kekuatan suara kita untuk menciptakan perubahan, sekecil apa pun itu.
Ingat, kaka, teman itu kadang butuh dua arah, “Dia okey, kita lebih okey” dan rasisme itu racun. Dan, ketika kamu menghadapi ketidakadilan, jangan hanya berdiri diam. Berdirilah tegak, jangan memalukan leluhur, angkat suaramu, dan tunjukkan kepada dunia bahwa kamu tidak akan pernah menyerah pada penindasan.
Stop! oppa jadi oppressor!
Salam Dyarinotescom.