Banyak cara untuk menjadi hebat di dunia ini. Salah satunya dengan cara membodohi orang lain, yang pastinya lebih lemah bahkan lebih rendah dari kamu. Memang ini cara yang paling cepat mendatangkan keuntungan, baik itu keuntungan finansial, menutupi kesalahan, bahkan meningkatkan andil kita dengan cara cepat di mata di banyak orang. Jadi apakah kamu cukup hebat untuk membaca artikel ini lebih dalam?
Table of Contents
ToggleAda banyak kisah yang kami sajikan untuk menggambarkan bahwa “seseorang akan sangat bisa menjadi hebat dari orang lain meskipun itu dengan cara-cara yang kurang baik”. Seperti: membodohi, berbohong, memanipulasi, hingga menipu. Bisa membodohi orang lain?
Hebat ketika Aku Bisa
Kami sebut ia sebagai seorang wanita yang selalu sempurna. Namanya Retno, bukan nama samaran. Ia cantik dan punya kepribadian yang tidak mau kalah dari pesaingnya. Segala cara ia tempuh untuk mendapatkan hasil yang ia inginkan. Ia merasa hebat karena ia bisa dan harus bisa.
“Retno itu”, kata Ana “ibaratnya seperti lintah darat”. Kemana ada kesempatan, ia akan menempel dan mengisap keuntungan dari orang lain. Sifat liciknya ini terutama terlihat dalam pekerjaannya sebagai sales properti yang mematok target di atas rata-rata sebagian kawan dan lawan.
Sugar Daddy TKO
Retno yang perparas cantik berkulit putih dengan tatapan tajam, tak segan mengibuli calon pembeli dengan memanipulasi fakta. Secara “Ini skill gue banget”. Sugar Daddy lewat dibuat mimisan dengan satu nafas. Alias TKO dalam satu ronde. Pasti dan pasti Retno akan membesar-besarkan kelebihan unit dan menutupi kekurangannya.
Contohnya, saat menawarkan rumah di daerah rawa, Retno akan berdalih, “Ah, itu bukan rawa, melainkan danau alami yang menyejukkan!” Para pembeli yang tak jeli bisa terjebak dengan bujuk rayunya. Tak jarang mereka menyesal setelah membeli properti yang ternyata jauh dari ekspektasi.
Menggagahi Rekan Kerja
Kelakuan Retno tak berhenti sampai di situ. Ia juga gemar “menggagahi” rekan kerjanya. Retno kerap kali mengambil presentasi penjualan milik orang lain dan mengklaimnya sebagai hasil jerih payahnya. “Ini ide dari gue” dan “jujur saja” kata Retno “semaleman gue kerja”, “Lembur dong!!”
Rekan-rekan yang geram pun melaporkannya ke atasan. Namun, Retno selalu lihai mengelak. Bagai lele sebelum masuk panci masakan. Ia pandai berdalih dan memutarbalikkan fakta, logika, dan neraca, membuat para korbannya gigit jari sambil pegang celana karena tak tahan ketika merasa rapuh dan tak berdaya.
Kehadiran Yang Dinantikan
Puncaknya terjadi saat Retno berhadapan dengan Pak Budiani, manajer pemasaran yang baru. Pak Budi sapaan yang paling sering di sebut, di kenal tegas dan tak pandang bulu. Ia seorang yang sangat objektif melihat sesuatu, yaitu: bukan berdasarkan siapa yang berbicara, tetapi apa yang di bicarakan. Seorang tokoh yang di nantikan kehadirannya untuk satu keadilan.
Saat Retno kedapatan mencuri presentasi lagi, Pak Budi langsung mengambil tindakan. Bukti-bukti di kumpulkan dan konfrontasi di lakukan. Di depan semua karyawan, Retno tak bisa mengelak lagi. Ia langsung dipecat dengan tidak hormat. “Get Out”. -end-
Apa Yang Terjadi Seharusnya Tak Begini
Akhir cerita singat dari Retno adalah sebuah peringatan untuk kamu yang suka berlaku curang. Berlagak hebat di atas kelemahan orang. Mungkin saja Retno tidak mengharapkan apa yang terjadi pada dirinya, tidak harus berakhir seperti ini.
“Aku hanya ingin terlihat hebat di mata mereka” kata Retno. Tapi sungguh sayang, apa yang di lakukan adalah bukti bahwa kecurangan akan berakhir kesialan. Tentu saja kelakuan “menggagahi” orang lain, entah itu dengan cara “menipu, berbohong” atau “mengambil keuntungan secara tidak adil”, pada akhirnya akan merugikan diri sendiri.
Kelicikan takkan bisa menutupi kebenaran “Selamanya!”. Seperti ketika kita merasa sudah bekerja keras tapi tidak mendapatkan apa-apa, katakan bahwa “ini sebuah pengalaman”. Anggap saja artikel ini memberikan kamu ruang untuk sadar bahwa “Ketika kita sanggup menggagahi orang di bawah level kita, ketika itu pula kita sanggup untuk menahan diri karena sadar kita bukanlah apa-apa”.
Diakhir tahun Pak Budiani merasa menyesal telah memecat Retno yang terbukti Retno sering mencapai target di atas rata-rata yang perusahaan berikan. Ia pun cukup sadar bahwa: “Menghukum bukan berarti membenci dan membuatnya berhenti” tetapi bisa dengan cara yang lebih halus, seperti: memberikan satu kesempatan untuk satu kesalahan di masa lalu.
Salam Dyarinotescom.