Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Lautku, Hartaku: Kembalikan Keindahan Pantai Nusantara

Share:

Pantai, Permata Nusantara yang tak ternilai harganya, kini merintih nelangsa. Sampah berserakan, air keruh tercemar, turis angkringan dimana-mana, dan ekosistem laut punah terancam. Laut yang dulu menjadi sumber kehidupan dan harapan, kini layu seakan kehilangan cahaya perawan. Saatnya memperbaiki, saatnya memanggil kembali keindahan yang dulu direnggut oleh kebodohan pribumi. Kembalikan keindahan pantai Nusantara, dan pastikan warisan alam ini tetap lestari sepanjang Nusantara berjaya.

Pantai-pantai di Indonesia, dengan garis pantainya yang terbentang luas, menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Siapa sangka ini nyatanya harta yang luar biasa, dan bisa kita nikmati bersama keberadaannya. Tapi kitanya bodoh dan tak tahu harus “memulai dari mana?”

 

Bayangkan, semua masalah itu ada disini. Mulai dari habit kami yang seperti tak peduli, pencemaran sana-sini, abrasi, kerusakan ekosistem, dan belum lagi para bule wisatawan yang tak tahu diri. Dan sampai detik ini tidak ada kesadaran mutlak? Masih saja jadi objek materi konten belaka, tanpa aksi masif dan nyata.

Tarik Kembali Keindahan Pantai Nusantara.

 

Pantai Nusantara Direbut Masalah

Kau “pantai” yang begitu indah, dimataku kau begitu indah, mengundang manusia mendatangimu karena parasmu seperti miniatur dari surga. Pantai dengan pasir putih, air laut yang jernih, dan pemandangan matahari terbenam menjadi daya tarik utama. Dan jika tidak dikoordinir dengan baik, semua jadi sampah.

Yang tersisa hanya botol-botol minuman keras, sisa-sisa makanan minuman bekas, dan kesemerautan usai pesta bujang di malam dan siang. Wisatawan itu memang dasarnya kampungan. “Membuat kotor kala bertamu di rumah orang.”

Bali, misalnya. Pulau Bali yang terkenal dengan keindahan pantainya, mengalami masalah akibat pariwisata yang tidak terkendali. Sampah plastik berserakan di pantai, kualitas air laut menurun, dan kerusakan terumbu karang terjadi di beberapa lokasi. Belum lagi bule-bule bau terasi yang hilir mudik, tak bersih, yang betah tak pergi-pergi.

“Pulang loee bule terasi”. Gue lempar sendal neeeh.

Pulau Lombok pun sama deritanya. Setelah gempa bumi, Lombok mengalami peningkatan jumlah wisatawan. Namun, pembangunan infrastruktur pariwisata yang tidak terkendali mengancam keindahan alam pulau ini.

 

 

Bagaimana Solusi?

Kami bukan “Si omon-omon doang” yang hanya menyebar kengerian dan gelisah. Kami mencari solusi, membangun perbaikan dan pergerakan walau hanya punya data seadanya. Karena ini ‘mereka’ harta Negeri ini, dan harus kita jaga.

Laut, harta Negeri ini.

Laut sejatinya rumah bagi jutaan makhluk hidup dan sumber mata pencaharian bagi banyak masyarakat pesisir. Sayangnya, aktivitas kita manusia yang tidak bertanggung jawab telah memanfaatkannya dengan meninggalkan bekas kerusakan. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu mengambil tindakan benar. “Lautku, Hartaku” mengajak kita semua untuk berpartisipasi dalam gerakan peduli lingkungan.

Lalu, bagaimana cara agar pantai Nusantara kembali menjadi seperti dahulu? Ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan:

 

1. Pengembangan, Restorasi dan Kerjasama.

Bukan main-main, pengembangan pariwisata berkelanjutan sangat penting. Mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengedepankan keuntungan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial.

Lakukan restorasi ekosistem pantai demi memperbaiki kondisi lingkungan pantai yang telah rusak akibat berbagai aktivitas manusia. Kegiatan ini untuk menjaga keberlangsungan hidup berbagai spesies laut, melindungi garis pantai dari abrasi, dan meningkatkan kualitas air laut.

Lakukan itu dengan: penanaman mangrove, misalnya. Atau bisa juga dengan melakukan rehabilitasi terumbu karang, perlindungan habitat satwa laut, dan banyak lagi lainnya.

 

Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama antar sektor.

Kerjasama Tripartit: Kunci sukses pelestarian pantai. Sinergi yang kuat antara ketiga pihak, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Masing-masing pihak memiliki peran dan kontribusi yang unik untuk mencapai tujuan bersama.

Kerjasama yang bagaimana?

Banyak program baik yang bisa di lakukan, seperti: Program Adopsi Pantai, Kemitraan dengan Komunitas Lokal, dan Pengembangan Wisata Bahari Berkelanjutan.

Program Adopsi Pantai melibatkan perusahaan swasta yang mengadopsi sebuah pantai untuk dikelola dan di jaga kebersihannya. Perusahaan akan bertanggung jawab atas kebersihan pantai, melakukan kegiatan edukasi, dan melibatkan masyarakat sekitar.

Kemitraan dengan Komunitas Lokal, Pemerintah dan swasta dapat bekerja sama dengan komunitas lokal dalam mengelola kawasan wisata pantai. Komunitas lokal akan berperan sebagai pengelola wisata, sehingga pendapatan dari pariwisata dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat.

Pengembangan Wisata Bahari Berkelanjutan pun sama baiknya. Pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat bekerja sama mengembangkan wisata bahari yang berkelanjutan, seperti snorkeling, diving, dan wisata bahari lainnya. Wisatawan akan diajak untuk menikmati keindahan alam sambil belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

 

2. Pengelolaan Yang Berkelanjutan

Pengurangan sampah plastik sebagai langkah maju menuju pantai yang bersih. Penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi masalah global yang serius, terutama di kawasan pesisir. Sampah plastik yang berakhir di laut tidak hanya merusak keindahan pantai, tetapi juga mengancam kehidupan biota laut.

Untuk mengatasi masalah ini, kita harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Plastik sekali pakai menjadi masalah besar!

“Membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami.” Plastik yang terurai menjadi potongan-potongan kecil (mikroplastik) dapat termakan oleh hewan laut dan masuk ke dalam rantai makanan manusia. Sampah plastik mencemari laut, tanah, dan udara, serta merusak keindahan alam.

 

Alternatif apa yang harusnya di perkuat?

Ini terkait bahan ramah lingkungan. Sedotan Bambu, misalnya. Eksotik? Iyaaa! Dan lagi pula, sedotan bambu merupakan alternatif yang baik untuk menggantikan sedotan plastik. Bambu adalah bahan alami yang mudah terurai dan dapat di perbaharui.

Lainnya, bisa juga dengan kantong belanja dari kain, botol minum yang dapat di isi ulang, dan produk dari bahan daur ulang. Oleh karena bule-bule wisatawan ini penganut gonta-ganti pasangan “bagai babi”, ada baiknya pernyediaan alat kontrasepsi yang ramah lingkungan.

Dan ini harus kita dorong.

Dorong ini dengan regulasi pemerintah, kampanye edukasi, dan insentif, serta contoh dari tokoh-tokoh yang di dengar dengan baik. Perkuat itu dengan Regulasi. Keluarkan kebijakan yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai, seperti larangan penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan, makanan, dan minuman.

 

Pemilahan dan infrastruktur pengelolaan sampah pun perlu diperhatikan.

Dengan konsisten memilah sampah dari sumbernya, kita dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi proses daur ulang. Langkah sederhana ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga mencegah sampah, terutama plastik, mencemari lautan dan merusak ekosistem pantai yang indah.

Pembangunan dan peningkatan fasilitas pengolahan sampah yang memadai, seperti tempat pembuangan sampah yang mudah di akses dan bank sampah yang terintegrasi dengan sistem daur ulang, adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Dengan demikian, kita dapat mengelola sampah secara lebih efektif dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya di kawasan pesisir.

 

3. Pendidikan dan Kesadaran

Pendidikan dan kesadaran merupakah hal yang mendasar dan harus sejalan dengan keadaan yang ada saat ini. Masyarakat itu Pemerintah didik agar berotak, berpengetahuan, dan berkesadaran. Bukan hanya di kegiatan formal saja, lakukan itu dengan:

Kampanye lingkungan, misalnya.

Gencarkan kampanye lingkungan yang kreatif dan inovatif untuk menyadarkan masyarakat luas, terutama generasi muda, tentang krisis sampah plastik yang mengancam keindahan pantai kita. Dengan kampanye yang menarik dan informatif, kita dapat menginspirasi banyak orang untuk mengubah perilaku dan menjadi agen perubahan.

 

Di mulai sejak dini di lingkungan belajar.

Pendidikan lingkungan harus di mulai sejak dini di sekolah. Dengan mengintegrasikan materi tentang pelestarian pantai ke dalam kurikulum, kita dapat menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sejak usia dini. Generasi muda adalah aset berharga yang dapat menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian pantai.

Berkumpul tanpa manfaat, buat apa?

Hanya foto-foto doang! Atau “haha hihi yang gak karuan” sembari mengotori pantai? Bentuk komunitas peduli pantai yang solid dan aktif. Bersama, kita dapat menggelar kegiatan bersih-bersih pantai secara rutin, menanam mangrove di kawasan pesisir, dan melakukan berbagai inisiatif pelestarian lainnya. Dengan semangat gotong royong, kita dapat menciptakan dampak yang signifikan bagi lingkungan.

 

Selain ketiga hal di atas, beberapa hal lain yang juga perlu kita perhatikan juga, adalah:

😊 Penegakan Hukum dan Regulasi yang Tegas.

Hukum sudah tegas, jangan pula penegak hukumnya “lemah sikap dan kemauan”.

Harus ada aturan dan sanksi yang jelas. Peraturan yang jelas dan tegas terkait pengelolaan lingkungan pantai, seperti larangan membuang sampah sembarangan, pembangunan di kawasan pesisir, dan penangkapan ikan yang merusak.

Penegakan hukum lingkungan harus di lakukan secara konsisten dan tanpa pandang bulu. Setiap pelanggaran, sekecil apapun, harus di tindak tegas agar menimbulkan efek jera. Pengawasan yang ketat dan berkelanjutan harus di lakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran. Karena pelanggaran biasanya datang dari penegak itu sendiri.

 

Bagaimana dengan Masyarakat?

Masyarakat sebagai “pemilik” harus mengawasi jalannya penegakkan hukum. Masyarakat itu bukan kacung pemerintah. Statusnya pemilik. Jadi harus mengawasi apa yang mereka miliki.

Jika pun bagian dari masyarakat itu melanggar, statusnya berubah menjadi “Pelanggar” dan harus di berikan sanksi. Hukum di tegakkan bagi pelaku yang melanggar, termasuk pendatang atau wisatawan, dan pelaku usaha yang tidak peduli lingkungan.

 

Hartaku, Lautku. Dimana Dirimu?

Pantai adalah harta Negeri ini yang merupakan bagian dari laut. Memang benar, Negeri kita kaya akan anugerah laut yang luar biasa. Pantai-pantai yang eksotis, minyak bumi, hasil laut yang melimpah, serta keanekaragaman hayati laut yang menakjubkan menjadi bukti betapa kayanya alam Indonesia.

Laut Indonesia adalah rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna laut yang unik dan langka. Dari terumbu karang yang berwarna-warni hingga mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba, kekayaan alam laut kita sungguh tak ternilai.

Pernahkah kamu membayangkan pantai-pantai di Indonesia tanpa sampah, dengan air yang jernih “sebening minuman soda”, dan ekosistem laut yang sehat? Itulah visi dari kampanye “Lautku, Hartaku”. Mari bersama kami mewujudkan mimpi ini dengan melakukan perubahan kecil namun berdampak besar.

Apa itu?

Jangan menjadi sampah, seperti para pendatang itu lakukan.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Join Us

Bergabung Bersama Kami Menjadi Bagian Dari Komunitas Dyarinotescom

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.