Life’s Little Moments: Capturing thoughts, Healthy habits, and Connections. Embrace the moment, Join me on this journey.

Pahala Kok Dibagi-bagi? 🤔

Share:

Siapa sangka, aktivitas sehari-hari yang sering dianggap sepele, seperti berkomentar di media sosial atau bergunjing dengan teman bisa berdampak pada pahala kita? Tanpa disadari, banyak dari kita sering kali “membagi-bagikan” pahala yang seharusnya kita kumpulkan untuk bekal di akhirat kelak. Mulai dari kebiasaan nyinyir, menggosip, bisik-bisik tetangga, hingga pada akhirnya menjadi ghibah. Dan, jika itu tidaklah ‘benar’ melahirkan satu fitnah. Semua perbuatan tersebut otomatis menjadi semacam ‘hadiah‘ bagi orang yang kita bicarakan. Jadi, sudah banyak pahala kamu hingga harus dibagi-bagi?

 

Baik banget yaa kamu 😁…

Hal baik yang Ibnu Taimiyah Rahimahullah pernah menjelaskan, ‘Sebuah kemurahan hati yang sia-sia adalah ketika seseorang memberikan pahala amal kebaikannya kepada orang lain melalui perbuatan gibah, fitnah, hinaan, dan makian.’

Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan, “Tahukah kamu apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Engkau menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” (HR. Muslim)

 

Pahala Yang Terbagi Karena Perkataan Buruk Tentang Orang Lain

Kita semua disini menyadari bahwa setiap kata yang terucap dari mulut kita memiliki konsekuensi. Bisa itu mendatangkap kebaikan dan juga keburukan. Bahkan gosip atau komentar negatif yang terlontar begitu saja bisa mengurangi pahala kita.

Bagaimana bisa?

 

Apa Yang Terjadi?

Perbuatan seperti nyinyir, menggosip, bisik-bisik tetangga, hingga gibah, menyimpan dampak buruk yang kadang meluas kemana-mana. “Ingat! jangan kamu contohkan perbuatan itu kepada generasi yang lebih muda.” Tidak hanya merugikan orang yang menjadi sasaran, gibah mu itu berdampak pada diri, korban, dan lingkungan sekitar. Dan tanpa sadar kita telah menebar benih permusuhan, merusak hubungan sosial, dan bahkan mengurangi pahala amal baik yang telah kita kumpulkan.

Maksudnya?

 

1. Jika itu Kamu

Jika itu kamu yang melakukannya, kebiasaan menggosip dapat merusak hati. Hati yang seringkali diisi dengan pikiran negatif dan perkataan buruk akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Itu sebabnya, banyak dari orang di Negeri Konoha ini keras hatinya, tolol otaknya, dan rusak nalarnya.

Selain itu, perbuatan ini juga dapat menjauhkan diri dari rahmat Allah SWT. Dalam perspektif agama, pahala yang telah kita kumpulkan dapat berkurang bahkan hilang sama sekali akibat perbuatan dosa seperti menggosip. Seolah-olah kita memberikan pahala kita kepada orang lain dengan cara yang salah.

 

2. Jika Ia si Korban

Sementara itu, bagi korban gosip, dampaknya sangatlah menyakitkan. “Sedih pastinya” Perkataan yang menyakitkan dapat melukai perasaan, merusak reputasi, dan bahkan menyebabkan trauma. Korban gosip seringkali merasa dikucilkan, tidak nyaman, dan sulit untuk percaya pada orang lain. Hal ini dapat membuat drop-nya mental dan mengganggu nafas kehidupan sosial mereka.

 

3. Bagi Lingkungan Sekitar

Bagi lingkungan sekitar berbeda lagi. Dalam lingkup yang lebih luas, kebiasaan menggosip dapat merusak tatanan sosial. Gosip yang tersebar luas dapat memicu perselisihan, permusuhan, dan perpecahan di antara sesama. “Tim yang dulunya solid, jadi bubar, misalnya”. Hal ini dapat merusak kerukunan hidup bermasyarakat dan menghambat pembangunan mental sosial. Selain itu, gosip yang tidak benar juga dapat menimbulkan keresahan dan ketidakamanan di masyarakat.

 

Lalu, Apa Yang Harus Kami Lakukan?

Seriusan nih, kita harus selalu inget: Kalau lagi nyinyir, gosip, atau bisik-bisik, sadarlah sebenarnya kita lagi menyakiti dan ngeboncosin diri sendiri. Seperti lagi ngebor lubang di karung beras sendiri, rugi banget kan? Bukan hanya menjadikan hubungan itu jadi toxic, tapi juga membuat pahala kita jadi ‘ngebul’.

Analogi-nya: Pahala itu seperti bonus kerja 😀. Sayang banget kan jika kamu bagi-bagikan dengan percuma tanpa sebab yang jelas, dihabiskan untuk orang yang tidak terlibat dengan pekerjaan.

Self Remember-nya, adalah: hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan hal-hal buruk.

Caranya?

 

1. Ingat! Prinsip Tabungan Pahala

Semakin kita berusaha untuk menjaga lisan dari perbuatan buruk seperti gibah, gosip, dan kawan-kawan, maka semakin kita menjaga kejernihan hati dan ketaqwaan. Mudah-mudahan, pahala yang telah kita kumpulkan terjaga dengan baik. Jikalah pahala kita itu seperti harta karun yang tersimpan, jika tidak menjaga harta karun kita dengan baik, pasti akan ada yang mengambilnya. Begitu pula dengan pahala, jika kita tidak menjaganya dengan menjaga lisan dan perbuatan, maka bisa jadi pahala kita akan berkurang, berpindah, atau bahkan hilang.

 

2. Cari Hobi Anti Gibah

Daripada sibuk mengurusi hidup orang lain dengan nyinyiran dan gosip yang ‘gak penting’, lebih baik kita manfaatkan waktu dan energi untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat. Misalnya, kita bisa belajar hal baru, mengembangkan diri, membantu orang lain, atau berkontribusi pada lingkungan sekitar. Dengan begitu, hidup kita akan terasa lebih berarti dan kita juga bisa menginspirasi para junior kita untuk melakukan hal yang sama.

Sama seperti yang penulis lakukan😁.

 

3. Fokus Pada Self Growth

Pahala sejati itu di jaga bukan di bagi. Dari pada sibuk ‘ngirim pahala’ ke orang lain bahkan ‘orang lain tersebut itu gak minta’, fokus saja kepada hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas diri, misalnya: tingkatkan amal baik dengan pengetahuan, bicarakan hal-hal yang bermanfaat, dan jadikan senyum itu sebagai komentar pertama dan utama.

Fun fact-nya: semakin kita bisa menjaga diri, makin banyak pahala yang betah untuk menjadi ‘tabungan’ kelak. Insya Allah 🙏.

 

Pahala Kok Dibagi-bagi?

“Pahala Kok Di bagi” telah membuka mata kita akan betapa pentingnya menjaga lisan. Nyinyir, menjelekkan orang lain, bergosip ria, dan gibah tidak hanya mencederai hati orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri.

Pahala yang seharusnya menjadi bekal kita di akhirat, justru berkurang bahkan berpindah ke orang yang menjadi “judul cerita buruk kalian”. Mari kita jadikan Headline ini sebagai renungan untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan yang sia-sia.

Dengan menjaga lisan dan berbuat baik, kita tidak hanya meraih kebahagiaan di dunia, tetapi juga di akhirat. Lidahku kelu tak bisa bicara, melihat kucing naik sepeda. Lebih baik diam seribu bahasa, daripada dosa karena salah bicara.

 

Salam Dyarinotescom.

Related Posts:

Jangan Lewatkan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Life’s Little Moments: Capturing Thoughts, Healthy Habits, and Connections. Embrace the Moment.

Join Me On This Journey.