Anti-Mainstream! Gentle Parenting: Orang Tua Muda Bisa Kok

  • Post author:
  • Post category:Parenting
  • Post last modified:Maret 28, 2025
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Anti-Mainstream! Gentle Parenting: Orang Tua Muda Bisa Kok

Di tengah gempuran tren pengasuhan anak yang kadang bikin overwhelmed, gentle parenting hadir sebagai udara segar. Banyak yang mengira, pola asuh ini cuma cocok buat orang tua “senior” yang sabarnya udah level dewa. Padahal, orang tua muda juga bisa kok menerapkan gentle parenting, bahkan bisa jadi lebih efektif!

Justru, di era digital native ini, orang tua muda punya advantage yang jarang disadari. Mereka lebih open-minded, melek teknologi, dan punya akses ke informasi parenting yang up-to-date.

Bayangkan 🤔,

Di saat orang tua zaman dulu masih pakai metode punishment konvensional, orang tua muda bisa menerapkan positive discipline yang lebih efektif dan bikin hubungan sama anak makin bonding.

Mereka lebih paham cara membangun komunikasi yang relatable dengan anak, karena bahasa dan gaya hidupnya pun lebih mirip. Mereka juga lebih aware sama kesehatan mental anak, dan gak ragu mencari bantuan profesional jika itu memang dibutuhkan.

 

Gentle Parenting di Kalangan Orang Tua Muda

Nah, sebelum banyak cerita:

Gentle parenting itu sejatinya satu pendekatan ‘pengasuhan’ yang berakar pada empati, rasa hormat, dan pengertian terhadap si anak. Lebih dari sekadar “lembut”, ini adalah gaya hidup yang mengakui anak sebagai satu personal yang utuh, dengan perasaan dan kebutuhan mereka sendiri.

Biar lebih asyik, ada beberapa mitos yang bisa kita luruskan disini.

Misal:

Mitos pertama

“Ribet dan makan waktu.”

Padahal, dengan bantuan teknologi, orang tua muda bisa mengakses berbagai sumber informasi dan komunitas parenting secara online. Mereka bisa belajar dari pengalaman orang tua lain, mengikuti Dyarinotescom, misalnya, atau bahkan konsultasi dengan psikolog anak secara virtual.

Mitos kedua

“Bikin anak jadi manja.”

Padahal, justru sebaliknya! Anak yang di besarkan dengan gentle parenting lebih mandiri, percaya diri, dan punya emotional intelligence yang tinggi. Mereka belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka, bukan karena takut dihukum, tapi karena mereka paham konsekuensinya.

Punya emotional intelligence yang tinggi, Maksudnya?

Emotional intelligence itu kami sederhanakan sebagai: kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dan orang lain. Ini bukan hanya tentang “merasa”, tetapi tentang menggunakan emosi secara baik dalam pokok-pokok yang berkaitan dengan:

  • Kesadaran diri (self-awareness);
  • Regulasi diri (self-regulation);
  • Motivasi;
  • Empati, dan
  • Keterampilan sosial (social skills).

Dan,

Realitanya

Gentle parenting itu fleksibel dan bisa disesuaikan dengan gaya hidup orang tua muda. Misalnya, saat anak tantrum di tempat umum, orang tua muda bisa menggunakan “teknik time-in yang lebih efektif daripada time-out.” Mereka bisa mengajak anak bicara, memahami perasaannya, dan mencari solusi bersama.

Teknik time-in yang lebih efektif daripada time-out, maksudnya bagaimana?

Time-out, yang sering diartikan sebagai “mengasingkan” anak untuk merenungi kesalahan, “keluar loe!” bisa menimbulkan rasa terisolasi dan tidak dipahami. Dalam konteks gentle parenting, time-in menawarkan pendekatan yang lebih empatik.

Alih-alih menjauhkan anak, time-in mengajak mereka untuk terhubung dengan orang tua, menciptakan ruang aman untuk menenangkan diri bersama. Ini bukan tentang memanjakan, tetapi tentang memberikan dukungan emosional saat anak sedang down.

Konsep time-in menekankan pada co-regulation, yaitu proses di mana orang tua membantu anak mengatur emosi mereka. Saat anak mengalami meltdown, orang tua hadir sebagai “jangkar” yang stabil, membantu mereka menenangkan diri melalui pelukan, kata-kata lembut, atau aktivitas menenangkan lainnya.

Ini bukan sekadar “menenangkan anak”, tetapi juga mengajarkan mereka keterampilan regulasi diri yang akan berguna sepanjang hidup.

Taukah kamu?

Dalam time-in, orang tua menciptakan “zona nyaman” di mana anak merasa aman untuk mengekspresikan emosi mereka. Ini bisa berupa pojok baca dengan bantal empuk, atau sekadar pelukan hangat di sofa. Tujuannya menciptakan ruang di mana anak merasa dipahami dan diterima, bukan dihakimi.

Time-in juga memberikan kesempatan bagi orang tua untuk memahami akar permasalahan perilaku anak. Alih-alih berasumsi bahwa anak “kamu nakal banget sih!”, orang tua berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Dengan pendekatan ini, orang tua tidak hanya mendisiplinkan, tetapi juga mendidik, membantu anak memahami dan mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat. Dengan pendekatan ini pula kami menyusun beberapa tips berikut.

 

Tips Praktis untuk Orang Tua Muda

Di era digital parenting ini, menerapkan gentle parenting bukan cuma impian anti rumah seperti kapal pecah. Orang tua muda dengan segala passion dan kreativitasnya, punya modal besar untuk sukses mengaplikasikan pola asuh ini. Tips praktis berikut yang anti-mainstream dan bisa jadi baik untuk kamu.

Sebut saja:

1. “Me Time” itu Investasi, Bukan Egois

Banyak orang tua muda merasa bersalah saat mengambil waktu untuk diri sendiri. Padahal, self-care itu krusial! “Agar rambut tak gimbal 😁.” Orang tua yang bahagia dan well-rested akan lebih sabar dan empatik dalam mengasuh anak. Jadwalkan “me time” secara rutin, entah itu ngopi cantik, olahraga, atau sekadar scroll sosmed tanpa gangguan.

2. Manfaatkan Teknologi sebagai “Co-Parent”

Jangan cuma pakai gadget buat hiburan, manfaatkan aplikasi parenting untuk memantau perkembangan anak, mencari ide aktivitas seru, atau bahkan konsultasi dengan psikolog anak secara online. Ada banyak sumber daya digital yang bisa membantu kamu menerapkan gentle parenting dengan lebih efektif.

3. Bangun “Squad” Sesama Orang Tua Muda

Parenting itu perjalanan panjang, dan kamu gak sendirian! Cari komunitas online atau offline yang berisi orang tua muda dengan visi yang sama. Berbagi pengalaman, tips, dan support system akan bikin perjalanan gentle parenting kamu lebih ringan dan menyenangkan.

4. “Unfollow” Akun Parenting yang Bikin Insecure

Media sosial seringkali bikin kita membandingkan diri dengan orang lain. Unfollow akun parenting yang seperti itu, membuat kamu merasa insecure atau tertekan. Fokus pada perjalanan parenting kamu sendiri saja, dan rayakan setiap pencapaian kecil.

5. Jadikan Rumah sebagai “Safe Space”

Ciptakan lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengekspresikan emosi mereka. Sediakan pojok baca yang nyaman, atau ruang bermain yang penuh dengan mainan edukatif. Rumah harus jadi tempat di mana anak merasa diterima dan dicintai apa adanya.

6. “Upgrade” Skill Komunikasi ala “Podcast”

Pelajari teknik komunikasi yang efektif ala podcaster favoritmu. Aktif mendengarkan, mengajukan pertanyaan terbuka, dan menggunakan bahasa yang positif akan bikin komunikasi dengan anak jadi lebih lancar dan bermakna.

7. “Healing” Luka Masa Kecil Sendiri

Tanpa di sadari, pola asuh kita seringkali di pengaruhi oleh pengalaman masa kecil sendiri. Luangkan waktu untuk “healing” luka masa kecil, agar kamu tidak mengulang pola asuh yang kurang sehat pada anak. Ingat, derita kita di masa lalu tidak harus di turunkan atau menjadi rujukan dalam mendidik anak. Sesuaikan dengan zamannya saja.

 

Life Hacks Gentle Parenting, Cara Praktis Menerapkan Pola Asuh

“Gentle parenting” bukan sekadar tren, tapi investasi jangka panjang untuk membangun generasi yang tangguh dan berempati. Setiap anak itu unik, jadi jangan ragu untuk menyesuaikan “life hacks” ini dengan kebutuhan dan karakter si kecil.

Jadikan setiap momen pengasuhan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama. “Parenting” itu bukan kompetisi, tapi perjalanan penuh cinta dan kesabaran. Ketika buah jatuh tak jauh dari pohonnya, maka jadilah “role model” terbaik bagi si bocah.

Akhir kata: Jangan pernah lelah untuk terus belajar dan beradaptasi. Di era “digital parenting” ini, informasi dan inspirasi ada di ujung jari. Manfaatkan “gadget” dengan bijak untuk mencari komunitas “parenting” yang positif, atau sekadar mencari ide aktivitas seru bersama anak.

Ingat-nya: Ini bukan tentang menjadi orang tua yang sempurna, tapi tentang menjadi orang tua yang “mindful” dan penuh cinta. “Parenting is a journey, not a destination,” maka nikmati setiap langkahnya!

 

Salam Dyarinotescom.

 

Tinggalkan Balasan