Sad Beige Mom: Lebih dari Sekadar Tren Minimalis Estetis

  • Post author:
  • Post category:Parents
  • Post last modified:Desember 24, 2024
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Sad Beige Mom: Lebih dari Sekadar Tren Minimalis Estetis

Eeeh, istilah “Sad Beige Mom” sempat viral di media sosial, lho. Yaitu pola pengasuhan anak yang mengacu pada tren minimalis estetis, mengadopsi warna-warna netral seperti beige, krem, dan putih dalam berbagai aspek kehidupan anak. Meskipun terlihat sederhana, fenomena ini menyimpan ‘sesuatu’ yang menarik untuk kita bahas disini.

Di balik estetika minimalis yang menenangkan, terdapat beberapa motiv yang mendorong para ibu memilih gaya pengasuhan ini. Pertama, keinginan untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan menenangkan bagi anak, menjadi alasan utama. Warna-warna netral dianggap dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi stimulasi berlebihan pada bayi. Kedua, faktor praktis juga berperan. Warna-warna netral lebih mudah dipadukan dan tidak mudah kotor, sehingga memudahkan perawatan.

Namun, di balik keindahan visualnya, terdapat beberapa kritik terhadap tren ini.

Salah satunya adalah kekhawatiran akan kurangnya stimulasi visual bagi bayi. Bayi membutuhkan berbagai macam rangsangan visual untuk perkembangan otak yang optimal. Warna-warna cerah dan kontras tinggi dapat membantu merangsang perkembangan visual bayi. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa terlalu banyak menggunakan warna netral dapat membuat lingkungan menjadi monoton dan kurang menarik bagi anak-anak.

 

Sad Beige Mom: Sesuatu yang Tak Terduga

Kita bahas lebih jauh lagi, penggunaan warna-warna netral dalam pengasuhan anak juga dapat menimbulkan “dampak psikologis yang tak terduga.” Katanya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa warna dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Warna-warna cerah, misalnya, cenderung dikaitkan dengan perasaan positif, sedangkan warna-warna gelap atau netral dapat memicu perasaan sedih atau bosan.

Menurut kamu: Apa Iya?

Meskipun tidak ada penelitian khusus yang mengkaji dampak penggunaan warna-warna netral pada perkembangan psikologis anak secara jangka panjang, namun penting untuk diingat bahwa lingkungan sekitar dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan emosi dan perilaku anak.

 

Menemukan Keseimbangan

Jadi, bagaimana sebaiknya para orang tua menyikapi tren “Sad Beige Mom” ini? Sebenarnya, tidak ada aturan mutlak dalam memilih warna untuk kamar bayi atau perlengkapan anak. Bagi kita orang tua, yang pasti perlengkapan yang dipakai itu bersih dan higenis. Dan juga dapat menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan merangsang perkembangan anak secara optimal.

Adapuun beberapa tips yang bisa kami berikan, misalnya:

 

1. Kombinasikan warna

Jangan takut untuk menggabungkan warna-warna netral dengan warna-warna cerah lainnya. Misalnya, kamu bisa menggunakan warna beige sebagai warna dasar dan menambahkan aksen warna-warna cerah seperti kuning mustard, biru langit, atau hijau mint pada bantal, mainan, atau poster. Kombinasi ini tidak hanya akan membuat ruangan terlihat lebih hidup, tetapi juga merangsang perkembangan visual anak sejak dini.

 

2. Perhatikan tekstur

Selain warna, variasi tekstur pada mainan dan perlengkapan ‘si bocil’ juga sangat penting untuk merangsang perkembangan sensorik si kecil. Bayangkan, ketika mereka menyentuh permukaan yang lembut, kasar, atau bergelombang, otaknya akan bekerja keras untuk memproses informasi tersebut. Hal ini tidak hanya melatih indera peraba, tetapi juga membantu bayi memahami dunia di sekitarnya dengan lebih baik.

 

3. Libatkan anak

Ketika anak sudah cukup besar, libatkan dia secara aktif dalam memilih warna dan dekorasi kamarnya. Proses ini tidak hanya sekadar memilih warna cat, namun juga membangun rasa kepemilikan yang kuat terhadap ruang pribadinya. Dengan memberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri melalui pilihan warna dan dekorasi, kita turut menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas, serta membantu anak memahami konsep diri dan identitasnya.

 

4. Sesuaikan dengan kepribadian anak

Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Bayi mungkin lebih responsif terhadap kontras warna yang kuat, sedangkan anak prasekolah mungkin lebih tertarik pada warna-warna cerah dan desain yang interaktif. Dengan menyesuaikan pilihan warna dan dekorasi dengan tahap perkembangan anak, kita dapat merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas mereka.

 

5. Tetap utamakan fungsinya dari pada estetikanya

Tidak ada yang salah dengan pemilihan warna, termasuk warna-warna netral seperti beige. Asalkan kita tetap mengutamakan apa sih guna dan fungsi dari setiap ruangan atau benda tersebut, serta memastikan adanya variasi warna dan tekstur yang cukup untuk memberikan stimulasi yang dibutuhkan anak dalam tumbuh kembangnya.

 

Sad Beige Mom: Tren yang Membingungkan atau Pilihan yang Bijak?

Fenomena “Sad Beige Mom” telah memicu perdebatan “bisik-bisik” di kalangan para orang tua. Di balik estetika minimalis yang menenangkan, terdapat lapisan “psikologis” katanya, yang lumayan jelimet. Warna-warna netral memang menciptakan suasana yang tenang, namun terlalu banyak paparan warna monoton dapat membatasi imajinasi anak. Selain itu, dalam era media sosial, tren ini juga mencerminkan tekanan sosial bagi para ibu untuk menciptakan citra diri yang sempurna.

Nah, pilihan warna yang dianggap “benar” seringkali dikaitkan dengan status sosial dan gaya hidup tertentu. Namun, setiap anak adalah ‘individu unik’ dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Kita sebagai orang tua mereka, perlu melampaui tren semata dan fokus pada menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak, baik dari segi kognitif, emosional, maupun sosial.

Tulisan ini disusun oleh: Ny. Lili.

 

Salam Dyarinotescom.

 

Tinggalkan Balasan